Seorang Ateis yang Terpanggil Menjadi Imam, “Tuhan memenangkan hatiku hanya dalam 30 detik”

0
932
Pastor Christopher (Krzysztof) Kralka. IST

KIELCE, Pena Katolik – Hanya 30 detik saja yang Tuhan butuhkan untuk menunjukkan kepada Pastor Christopher (Krzysztof) Kralka panggilan sejatinya, imamat. Sebelumnya, pemuda Polandia kelahiran Kielce, Polandia tenggara ini telah benar-benar berpaling dari Gereja. Selama bertahun-tahun, ia bahkan tidak pernah masuk bangunan keagamaan mana pun. Baginya ketika itu, Gereja adalah institusi terbelakang yang tidak ada hubungannya dengan pandangan dunia modern. Namun semua berubah, ketika kedatangan Paus Yohanes Paulus II (JP II) ke Polandia, Agustus 2002.

Hari itu, kunjungan pertama kepausan, Christopher kesal. Dia bertanya-tanya bagaimana dia bisa selamat dari peristiwa ini, yang dilaporkan oleh semua media negara. Tentu saja, tidak seperti kebanyakan rekan senegaranya, dia tidak berniat menonton siaran televisi.

“Saya tidak merasakan keinginan untuk menyalakan televisi, tetapi hari itu saya merasakan tekanan batin yang luar biasa, tekanan untuk mendengarkan kata-kata Paus,” kenang Pastor Christopher.

Ia mengingat, tema ziarah JP II kali itu adalah ungkapan dari Alkitab: “Allah kaya dengan rahmat” (Ef 2:4). Bapa Suci menjelaskan bahwa Yesus mati untuk semua orang. Di sinilah, Christopher tersentuh.

“Saya sangat tersentuh dengan kata-kata lelaki tua itu sehingga saya tidak bisa bangun dari kursi saya,” kata Pastor Christopher itu kepada Aleteia.

Setelah mendengar kata-kata Yohanes Paulus II, Christopher merasa seolah-olah berada dalam semacam ekstase. Ketika orang tuanya meminta dia untuk membantu mereka berkebun, dia menolak, dan mengatakan, ia tidak dapat meninggalkan layar TV karena ia sedang menonton Paus.

“Mereka mengira itu adalah alasan bagi saya untuk tidak membantu mereka. Tetapi, saya merasakan kegembiraan, kebebasan, dan kedamaian yang luar biasa pada saat itu. Sekarang saya tahu itu adalah Roh Kudus,” kenangnya.

Suara hati berbisik kepadanya bahwa dia akan menerima hadiah khusus.

“Ketika saya memberi tahu Tuhan bahwa saya memilih dia, saya segera mendengar jawabannya di dalam hati saya: ‘Menjadi imam,’” ujarnya.

Pastor Christopher mengakui bahwa begitu momen ini berlalu, dia mempertanyakan realitasnya.

“Setelah saya berhenti mendengarkan Paus, saya merasa ragu. Pada saat itu, saya berkata ‘tidak!’ Saya tidak dapat membayangkan diri saya sebagai seorang pendeta. Saya adalah contoh sempurna dari seorang antiklerus.

dalam kisahnya kepada redaksi Aleteia, Christoper melihat imam tampak seperti orang yang lebih rendah secara manusiawi. Ia berpikir menjalani panggilan itu adalah pilihan terburuk. Namun dalam kenyataannya, tidak butuh waktu lama baginya untuk meresap, mungkin sekitar 30 menit saja.

“Saya menyadari dengan gembira dan lega jalan yang telah Tuhan siapkan untuk saya, dan bahwa jalan inilah yang akan memungkinkan saya bahagia,” lanjutnya .

Itu sebabnya, setelah sekitar 30 detik, Christopher akhirnya berkata “ya” kepada Tuhan.

Menginjili kaum muda

Sebelumnya, Pastor Christopher meyakini, Tuhan terus mengawasi dan membimbing. Dia ada di sana, Dia mengawasi, mengilhami dalam hasrat sejati. Saat ini ia merasa, panggilannya juga adalah untuk menginjili kaum muda. Nyatanya, saat ini ia menjalankan pelayanannya di sekolah penginjilan baru yang didirikan oleh Pallottines. Di sini ia memimpin retret spiritual untuk kaum muda.

“Saya baru saja kembali dari retret bagi kaum muda mempersiapkan mereka untuk sakramen pengukuhan.”

Pastor Christopher menjelaskan. Dia menyimpulkan bahwa akan baik bagi kaum muda ini untuk mengetahui bahwa Gereja memiliki harta karun dalam pribadi Yesus. Ia merupakan jawaban atas penderitaan dan kesulitan kaum muda. Pastor Christoper memahami ini dengan mengatakan “ya” kepada Yesus. Hanya butuh 30 detik bagi Yesus untuk memenangkan hatinya. (AES)

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here