LISABON, Pena Katolik – Para uskup Portugal pada hari Jumat mulai mengambil langkah konkret untuk menanggapi laporan investigasi yang memberatkan bulan lalu. Laporan itu memperkirakan lebih dari 4.000 anak telah menjadi korban pelecehan seksual di dalam Gereja Katolik negara itu sejak tahun 1950-an.
Bertemu dalam sidang pleno di Fátima, Konferensi Waligereja Portugal mengumumkan pembentukan komisi keuskupan untuk masalah ini. Nantinya akan dibuat tugu peringatan bagi para korban yang akan diresmikan selama Hari Pemuda Sedunia yang berlangsung di Lisabon 1–6 Agustus 2023.
“Kami mengucapkan terima kasih yang mendalam kepada semua korban yang telah memberikan kesaksian mereka selama setahun terakhir. Tanpa Anda, itu tidak akan mungkin untuk mencapai hari ini. Kami juga ingin memberikan kata keberanian kepada semua korban yang masih menyimpan rasa sakit di lubuk hati mereka,” kata Pastor Manuel Barbosa.
Pastor Barbosa juga mengulangi permintaan pengampunan yang ditujukan kepada “semua korban pelecehan seksual dalam Gereja Katolik di Portugal. Ia menambahkan bahwa permintaan ini akan diumumkan pada bulan April ini di Fátima dalam pertemuan para uskup berikutnya.
Para uskup berjanji untuk memberikan pendampingan spiritual, psikologis, dan psikiatris kepada semua korban. Para uskup menyatakan tidak ada toleransi terhadap semua pelaku dan terhadap mereka yang, dengan cara tertentu, menyembunyikan pelanggaran yang dilakukan di dalam Gereja Katolik.
Perlu Investigasi
Banyak imam dan tersangka pelaku pelecehan yang diidentifikasi dalam laporan akhir komisi independen itu, yang dikeluarkan pada 13 Februari. Sebagian dari korban maupun pelaku telah lama meninggal.
Pada hari Jumat, 3 Maret 2023 lalu, komisi yang disahkan oleh Konferensi Uskup Portugal telah memberi nama-nama imam yang masih aktif yang masuk dalam dituduh tindak pelecehan. Namun, tuduhan-tuduhan itu masih harus diselidiki. Ini berarti, hasil laporan ini belum merupakan status final dari para tertuduh.
“Saya tidak dapat memecat seseorang dari pelayanan hanya karena seseorang menuduhnya,” jelas Mgr. José Ornelas.
“Kami hanya punya nama, itu sangat sulit. Untuk melangkah ke depan, jelas bahwa kami perlu memiliki data, dan daftar yang kami terima ini hanya memiliki nama,” katanya.
Sementara itu, Mgr. Leiria-Fátima menekankan bahwa Gereja Portugal tidak di akhir proses melainkan bergerak dari halaman laporan ke tindakan nyata. Pada hari Kamis, 2 Maret 2023, Gereja Portugal menandatangani protokol dengan Asosiasi Portugis untuk Dukungan Korban Pelecehan Seksual. Kesepakan ini menguraikan langkah-langkah untuk memastikan, tanpa toleransi, terhadap pelecehan selama Hari Orang Muda Sedunia.
Protokol tersebut bertujuan untuk memberikan pelatihan khusus kepada karyawan dan sukarelawan acara tersebut dalam pencegahan korban sehingga mereka dapat bertindak dalam menghadapi kemungkinan kejadian selama acara di Lisabon nanti.
Jenis kemitraan ini, yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah Hari Orang Muda Sedunia, menerapkan pencegahan pelecehan dan kekerasan. Kesepakatan ini memastikan bahwa para korban tidak pernah dilupakan.