Minggu, November 17, 2024
26.9 C
Jakarta

Benediktus XVI: Teolog Terbesar Gereja di Era Modern

Kardinal Josep Ratzinger. IST

VATIKAN, Pena Katolik – Kematian Paus Emeritus Benediktus XVI mendorong mantan muridnya dan cendekiawan Katolik lainnya untuk merenungkan arti penting Paus Bavaria ini bagi Gereja Katolik. Josep Ratsinger adalah seorang teolog, cendekiawan, dan pengkhotbah. Beberapa bahkan mengungkapkan kemungkinan kanonisasi dan pengakuan sebagai pujangga Gereja.

“Saya tidak tahu siapa pun yang telah bekerja sama dengan dia yang tidak mengakui kesucian dan kecemerlangannya,” kata Pastor Joseph Fessio, SJ, pendiri dan editor Ignatius Press yang berbasis di San Francisco, Sabtu, 31/12/22. Pastor Fessio adalah seorang mahasiswa doktoral di bawah bimbingan Pastor Josep Ratsinger ketika mengajar di Universitas Regensburg.

George Weigel, penulis biografi St. Yohanes Paulus II  memuji mendiang paus sebagai salah satu teolog Katolik paling kreatif di zaman modern dan bisa dibilang yang terbesar  sejak Paus St. Gregorius Agung.

“Tidak ada orang yang pernah saya temui memiliki pikiran yang lebih jernih atau teratur daripada Joseph Ratzinger,” tambah Weigel. “Dia percaya bahwa kebenaran Injil adalah kebenaran dunia, dan dia mengerahkan segala upaya untuk membantu orang lain memahami kebenaran itu.”

Pemikir Konsili Vatikan II

Paus Emeritus Benediktus XVI meninggal pada hari Sabtu di usia 95 tahun. Ia menjabat sebagai paus dari tahun 2005 hingga 2013, ketika ia menjadi paus pertama dalam hampir 600 tahun yang mengundurkan diri.

Ia lahir di wilayah Jerman di Bavaria pada 16 April 1927. Ia dibesarkan dalam bayang-bayang Nazi Jerman, sebuah rezim yang kemudian dianggapnya “jahat” dan rezim yang “mengusir Tuhan dan dengan demikian menjadi kebal terhadap apa pun yang benar dan baik.”

Sebagai seorang imam muda, ia melayani sebagai ahli teologi selama Konsili Vatikan II. Sebagai Kardinal Joseph Ratzinger, dia menjabat sebagai uskup agung Munich dan Freising dan kemudian menjadi prefek Kongregasi Ajaran Iman di bawah Paus Yohanes Paulus II. Dalam peran itu, dia memainkan fungsi penting dalam mempersiapkan Katekismus Gereja Katolik. Kardinal Ratzinger mengklarifikasi serta mempertahankan ajaran Katolik dari para teolog yang salah dan kelompok aktivis yang berbeda pendapat.

Setelah kematiannya, penghargaan mengalir dari para pemimpin dan penulis yang berkontribusi kepada Ignatius Press, penerbit utama karya Paus Emeritus Benediktus XVI dalam bahasa Inggris. Karya-karya ini termasuk buku terlarisnya Jesus of Nazareth dan karya-karya sebelumnya seperti Introduction to Christianity dan The Spirit of the Liturgy. Ignatius Press telah menerbitkan lebih dari 80 buku karya Benediktus XVI atau tentang dia.

Pujangga Gereja

Mark Brumley, presiden Ignatius Press, mengatakan Benediktus XVI adalah “seorang tokoh besar” dalam sejarah Gereja dan dunia.

“Dia adalah salah satu teolog besar di abad ke-20 dan awal abad ke-21. Bersama dengan Paus Yohanes Paulus II, dia melayani Tuhan dan umat-Nya secara luar biasa dengan membantu Gereja Katolik dengan setia merangkul reformasi dalam kesinambungan, daripada perpecahan radikal atau kembali ke masa lalu tanpa kritik. Dia adalah kekuatan utama untuk kesetiaan dan keterlibatan evangelis dengan dunia modern,” kata Brumley.

Dalam pandangan Fessio, kehidupan mendiang paus menunjukkan kebajikan heroik dan bukti bahwa dia harus dikanonisasi. Ia melihat, menjadi Paus bukanlah bukti kesucian, juga bukan alasan yang cukup untuk kanonisasi. Tapi, Fessio melihat bahwa Joseph Ratzinger telah menunjukkan kesucian dan kemurnian imannya.

Pastor Fessio melangkah lebih jauh dengan mengatakan bahwa dia mengharapkan “santo subito”, frasa bahasa Italia yang secara harafiah berarti ‘kesucian sekarang’. sebelumnya, banyak pelayat St. Yohanes Paulus II menggunakan ungkapan itu pada saat kematiannya pada tahun 2005.

Pastor Fessio menambahkan bahwa dia menantikan untuk melihat Benediktus XVI dinyatakan sebagai Pujangga Gereja.

Gelar khusus ini dalam arti kata Latin yang berarti “guru”. Gelar tersebut diberikan kepada seorang santo yang tulisan dan pemikirannya dianggap penting bagi Gereja. Saat ini ada 37 orang kudus yang dinobatkan sebagai pujangga Gereja resmi. Deretan nama ini  termasuk St. Gregorius Agung, St. Agustinus, St. Thomas Aquinas, St. John Chrysostom, St. Francis de Sales, St. Basil yang Agung, St. Katarina dari Siena, St. Hildegard von Bingen, dan St. Therese dari Lisieux.

Peter Kreeft, seorang profesor dan penulis filsafat di Boston College, mengatakan bahwa dia menganggap Benediktus sebagai “orang suci dan akhirnya seorang Pujangga Gereja.”

“Paus Benediktus XVI adalah karunia Tuhan, salah satu guru terbaik yang pernah kita miliki, setara dengan Gregorius Agung, Leo Agung, dan Leo XIII,” kata Kreeft.

Pastor D. Vincent Twomey, SVD, mengatakan tidak mengherankan baginya jika Benediktus XVI diangkat sebagai Pujangga Gereja. Pastor Twomey adalah seorang teman dan mantan mahasiswa doktoral mendiang paus. Kni, ia adalah profesor emeritus teologi di Universitas Kepausan St. Patrick di Maynooth, Irlandia. Mendiang paus, kenan Pastor Twomey, akan dikenang di atas segalanya karena karya sastra dan ilmiahnya.

“Tulisannya tentang spektrum topik teologis dan filosofis yang luas memiliki kejelasan dan kedalaman yang membuat teologinya menginspirasi dan karenanya membebaskan,” kata Twomey.

Pastor Twomey mengatakan, generasi masa depan dari semua lapisan masyarakat akan menemukan inspirasi dalam homili Paus Benediktus XVI dan dalam tulisan pastoralnya sebagai paus. Ia juga menyoroti ensiklik Benediktus XVI tentang cinta dan harapan harus termasuk yang paling menonjol yang pernah datang dari pena seorang paus.

Bagi Tracey Rowland, Ketua Teologi Yohanes Paulus II di Universitas Notre Dame (Australia), Benediktus XVI adalah “salah satu orang terpelajar yang pernah menduduki Kantor Petrus.”

“Saya yakin generasi mendatang akan menghormatinya dengan gelar Doktor Gereja,” katanya. “Warisan intelektualnya sangat besar dan setidaknya setara dengan St. John Henry Newman, salah satu pahlawan intelektual di masa mudanya.”

“Dia tidak pernah kehilangan kepercayaan masa kecilnya di Bavaria dan dia mempertahankannya secara intelektual di panggung dunia,” tambah Rowland. “Dia memahami akar teologis dari krisis budaya dunia Barat lebih baik daripada pemimpin dunia mana pun di generasinya.”

Teolog Sejati

Seruan untuk mengakui kontribusi mendiang Paus menggemakan kata-kata Kardinal Gerhard Müller, Prefek Emeritus Dikasteri untuk Ajaran Iman. Dalam wawancara tanggal 31 Desember dengan National Catholic Register, Kardinal Müller menyebut Benediktus XVI sebagai “Pujangga Gereja sejati untuk hari ini” dan “pemikir hebat”.

Tim Gray, presiden sekolah pascasarjana teologi yang berbasis di Denver, Institut Augustine, mengatakan bahwa pelayanan Benediktus XVI melengkapi pelayanan teman dan pendahulunya St. Yohanes Paulus II. Benediktus XVI menunjukkan bagaimana Konsili Vatikan II dengan setia menerapkan Sabda Tuhan dan pewartaan Injil sebagai cara untuk mengatasi krisis kebenaran yang dihadapi Gereja sekarang. Tulisan-tulisan mendiang paus mencontohkan deskripsi klasik Kristen tentang teologi sebagai “iman mencari pengertian”.

“Dia berbicara tentang harapan yang menantang kita untuk melepaskan kenyamanan untuk merangkul salib, berjuang maju untuk harapan yang telah disimpan Kristus bagi kita di surga,” kata Gray.

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini