Senin, Desember 23, 2024
26.7 C
Jakarta

Paus Fransiskus Prihatin Melihat Kenyataan bahwa Ada Tiga Perang Dunia dalam Satu Abad

Paus Fransiskus berjumpa dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin sebelum pecah perang di Ukraina. Hingga saat ini, Paus berjuang untuk segera terwujud perdamaian di Ukraina dan dunia. Pena Katolik.

VATIKAN, Pena Katolik – Selama penerbangan membawanya kembali dari Bahrain, Paus Fransiskus berbicara tentang Ukraina dan banyak konflik dunia. Dia berbicara tentang persahabatannya dengan Imam Besar Al Azhar, tentang pentingnya memastikan hak dan kesetaraan bagi perempuan, tentang masalah migrasi dan melawan pelecehan anak.

Menjawab pertanyaan dari wartawan Kantor Berita Bahrain, Paus Fransiskus mengatkan bahwa kunjungan ini adalah kunjungan perjumpaan karena tujuannya benar-benar untuk berdialog antaragama dengan Islam dan dalam dialog ekumenis dengan Patriark Bartholomeus. Paus menegaskan, ide-ide yang dikemukakan oleh Imam Besar Al-Azhar adalah ke arah mencari persatuan, kesatuan dalam Islam, menghormati nuansa, dan perbedaan, tetapi dengan persatuan; dengan umat Kristen dan dengan agama lain.

“Dari sudut pandang Islam, saya mendengarkan dengan seksama ketiga pidato Imam Besar. Saya terkejut dengan caranya mendesak dialog intra-Islam, bukan untuk menghapus perbedaan tetapi untuk saling memahami dan bekerja sama, serta untuk tidak saling bertentangan.

“Kami orang Kristen memiliki sedikit sejarah perbedaan yang buruk yang membawa kami ke perang agama: Katolik melawan Ortodoks atau melawan Lutheran. Sekarang alhamdulillah, setelah Konsili, ada kedekatan kita bisa berdialog dan bekerja sama. Kemudian para ahli dan teolog akan dapat membahas hal-hal teologis, tetapi kita harus berjalan bersama sebagai orang percaya, sebagai teman, sebagai saudara dan saudari, berbuat baik.

Wawancara ini juga menyinggung usaha dialog Vatikan untuk Ukraina. Saat ditanya sejauh mana capaian usaha dialog yang dilakukan Vatikan, Paus menjelaskan apa yang sedang berlangsung di pihak Vatikan untuk merintis perdamaian di Ukraina.

“Pertama-tama, Vatikan selalu penuh perhatian, Sekretariat Negara bekerja dan bekerja dengan baik. Saya tahu bahwa sekretaris, Uskup Agung Gallagher, bekerja dengan baik di sana.”

Paus menceritakan kunjungannya ke Kedutaan Besar Rusia di Roma, hanay sehari setelah perang peceh di Ukraina. Paus berbicara dengan duta besar, yang ia sebut sebagai orang baik yang sudah ia kenal selama enam tahun, sejak dia tiba. Paus ingat komentar dari Duta Besar Rusia ‘Nous sommes tombés dans la dictature de l’argent’ ‘Kita telah jatuh ke dalam kediktatoran uang’,. Paus bahkan menceritakan percakapannya dengan Menteri Luar Negeri Rusia.

“Saya mengatakan kepadanya bahwa saya bersedia pergi ke Moskow untuk berbicara dengan Putin, jika diperlukan. Lavrov [menteri luar negeri, red.] menjawab dengan sangat sopan – ‘Terima kasih’ – [tetapi] itu tidak perlu untuk saat ini.”

Sejauh ini, Paus sudah berbicara dua kali berbicara dengan Presiden Zelensky; kemudian dengan Duta Besar Rusia di Roma. Paus menegaskan, usaha perdamaian ini sedang dilakukan untuk menjadi lebih dekat, untuk mencari solusi.

“Saya sangat menghargai orang-orang Rusia, untuk humanisme Rusia. Pikirkan saja Dostoevsky (pemikir Rusia), yang sampai hari ini mengilhami kita, mengilhami orang Kristen untuk memikirkan kekristenan.”

Paus menegaskan kasih sayangnya yang besar untuk orang-orang Rusia. Demikian juga, ia memiliki kasih saying yang tak kalah besar untuk orang Ukraina. Paus menceritakan, Takhta Suci telah mengadakan banyak pertemuan rahasia, dan sejauh ini mencapai banyak hasil yang baik.

“Kita tidak bisa memungkiri bahwa perang pada awalnya mungkin membuat kita berani. Tapi kemudian itu melelahkan dan menyakitkan dan kita melihat kejahatan yang dilakukan perang.”

Di akhir komentar pada bagian ini, Paus menyesali bahwa ada tiga perang dunia dalam satu abad. Kenyataan ini sungguh menyayat hati Paus.

“Kemudian saya ingin meratapi, ada tiga perang dunia dalam satu abad. Salah satu tahun 1914-1918, tahun 1939-1945, dan yang ini. Yang ini adalah perang dunia, karena memang benar bahwa ketika kerajaan, baik di satu sisi atau yang lain melemah, mereka perlu berperang agar merasa kuat, dan juga untuk menjual senjata.”

Paus meyakini, bencana terbesar di dunia adalah industri senjata. Situasi-situasi ini menjadikan usaha untuk perdamaian menjadi sedemikian sulit. Paus mengingatkan, apabila tidak ada produksi senjata selama setahun, potensi ekonomi darinya cukup untuk menghapus kelaparan du dunia.

“Silahkan! Saya telah diberitahu, saya tidak tahu apakah itu benar atau tidak, bahwa jika kita tidak membuat senjata selama setahun, kita bisa mengakhiri kelaparan dunia. Industri senjata mengerikan.”

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini