JAYAPURA, Pena Katolik – Mgr. Yanuarius Teofilus Matopai You terpilih menjadi Uskup Jayapura yang baru. Pengumuman keterpilihan Mgr. Yanuarius ini disampaikan langsung oleh Uskup Jayapura, Mgr. Leo Laba Ladjar OFM pada Sabtu, 29 Oktober 2022.
Mgr Yanuaris lahir di Kampung Uwebutu, Kabupaten Paniai, 1 Januari 1969. Ia adalah putra pasangan Lukas You dan Rosalina Tatogo. Ia ditahbiskan menjadi imam projo Keuskupan Jayapura pada 16 Juni 1991 oleh Mgr Herman Munninghoff, OFM di Nabire. Saat ini, ia dipercayakan menjadi Ketua Sekolah Tinggi Filsafat Teologi (STFT) Fajar Timur, Abepura.
Dengan keterpilihan ini, Mgr. Yanuarius menjadi putra asli Papua pertama yang terpilih sebagai Uskup Jayapura. Ia nantinya akan menggantikan Mgr Leo Laba Ladjar, OFM.
“Nuncio Apostolik menyampaikan kepada saya agar saya mengumumkan di Gereja lokal keuskupan ini bahwa telah mengangkat seorang untuk menjadi Uskup Jayapura yang baru meneruskan karya anda. Berita ini dipublikasikan pada momen ini di Roma dan di seluruh dunia. Dia adalah putra asli Papua yaitu Pastor Yanuarius Teofilus Matopai You,” kata Mgr Leo.
Mgr. Leo menyambut gembira peristiwa ini. Di usianya yang ke-80, seharusnya ia sudah pensiun sebagai uskup. Namun, karena menunggu keterpilihan Uskup Jayapura yang baru, ia harus menunggu selama 5 tahun. Mgr. Leo menyampaikan pengumuman siapa yang menjadi penggantinya di hadapan umat Katolik di Gereja Katedral Jayapura. Tepuk tangan riuh pun menyambut pengumuman ini.
Ditentang Keluarga dan Berbagai Tuduhan
Tidak gampang bagi sebuah keluarga untuk melepas salah satu anak mereka untuk menjadi seorang imam. Hal yang sama dialami Mgr. Yanuarius. Kisah ini diceritakan, Romo Yanuarius dalam refleksi usia imamatnya yang ke-25 tahun pada 2016 lalu. Saat itu, Pastor Yan menerbitkan sebuah buku berisi biografi dan refleksi berjudul Melodi Prahara: Antara Imamat dan Keluarga. Buku setebal 416 halaman itu ditulis Demitrius Namsa diluncurkan pada 6 Juni 2016 di Aula Biara Susteran Maranatha.
Pastor Yan, begitu ia akrab dipanggil, mengaku bahwa cita-citanya untuk menjadi imam tidaklah berjalan mulus di awal. Bahkan saat ia sudah mulai pendidikan di seminari, keluarga tidak langsung mengerti dan menerima. Ia mengingat, keinginannya itu ditentang oleh keluarganya.
“Mereka ingin agar sesuai dengan adat istiadat Suku Mee, saya sebagai anak laki-laki sulung harus menikah dan mendapat keturunan,” kenang Pastor Yan dalam bukunya.
Namun, Pastor Yan tetap maju. Ia menyadari, sebagai imam Katolik ada nilai luhur yang ingin dicapai. Dalam Gereja Katolik, para pastor atau kaum klerus lainnya, menghayati hidup selibat atau tidak menikah.
Halangan dari keluarga tak langsung berhenti. Pastor Yan menceritakan, seorang pamannya bahkan mengirim radiogram kepada kepala biara. Surat itu berisikan tuduhan bahwa Frater Yan You telah menghamili istri sang paman di kampung. Dalam surat itu, Frater Yan diminta pulang untuk urusan adat dan pernikahan. Kisah mengenai tuduhan ini diingat oleh Uskup Agung Emeritus Merauke, Mgr. Nicholaus Adi Saputra MSC yang disampaikan sebagai pengantar dalam buku refleksi imamat Pastor You.
“Ini kisah unik bagaimana keluarga menghalangi Yan agar tidak jadi pastor. Buku ini menyumbang kepada masa depan gereja Katolik di Papua,” tulis Mgr Nicholaus.
Namun, bermacam halangan dan tuduhan itu tidak serta merta menghalangi perjalanan panggilan Frater You. Dari sejak awal di seminari, ia menyadari, bahwa menjadi Pastor Katolik adalah panggilan hidup yang menantang. Ia sudah berani untuk meninggalkan keluarga.
“Seluruh diri harus dipersembahkan untuk melayani Tuhan,” ungkap Pastor Yan dalam refleksinya di usia imamat 25 tahun.
Pastor Yan menantang para frater dan para seminaris untuk setia dalam panggilan. Buku refleksi yang ia terbitkan ini, ia bagikan secara gratis bagi banyak seminaris dan calon imam.
“Jadi saya tantang adik-adik frater, saya mau bagi buku ini gratis tapi hanya kepada para frater. Dengan catatan, yang siap mau jadi pastor yang bisa terima buku ini. Kalau tidak siap menjadi pastor, jangan maju terima buku,” ujar Pastor dalam satu perjumpaan dengan para frater.
Putra Papua Pertama
Terpilihanya Mgr. Yan adalah tonggak penting dalam sejarah Gereja Katolik di Papua. Ia tercatat sebagai putra asli Papua pertama dalam menduduki jabatan tertinggi Gereja Katolik sebuah keuskupan di Tanah Papua. Keterpilihan ini sontak mendapat banyak respon positif dari berbagai kalangan sejak diumumkan Sabtu lalu.
Aloysius Giyai mengatakan, terpilihnya Pastor Yan You ini merupakan sebuah hadiah terindah bagi umat Katolik di Papua. Ia menuturkan, ini menandai tonggak sejarah baru Gereja Katolik Roma yang telah hadir di Tanah Papua sejak 1894 di Fakfak.
“Segala sesuatu Tuhan rancang indah pada waktunya, sekalipun kita menunggu selama 128 tahun. Hari ini menjadi hari bersejarah bagi suku-suku Orang Asli Papua bahwa Paus Fransiskus di Vatikan selaku pemimpin tertinggi Gereja Katolik dalam tuntunan dan pertolongan Roh Kudus akhirnya memilih salah satu pastor pribumi Papua atas nama Pastor Yanuarius Teofilus Matopai You, ujar Aloysius yang merupakan Tokoh Kerawam di Keuskupan Jayapura.
Mantan Kepala Dinas Kesehatan Papua ini juga menegaskan, terpilihnya Uskup Yan tentu saja menjadi harapan dan doa dari para misionaris Katolik yang merintis Gereja pertama di Papua di bawah pimpinan Pastor C Le Cocq Ardmanfile, SJ dan semua misionaris lokal dari seluruh Indonesia yang telah meletakkan dasar peradaban bagi iman umat Katolik di Tanah Papua.
Rektor yang Tegas
Saat ini, ia dipercayakan menjadi Ketua Sekolah Tinggi Filsafat Teologi (STFT) Fajar Timur, Abepura. Sebagai rector, Pastor Yan dikenal sebagai sosok yang tegas. Namun, ketegasan ini selaras dengan perhatiannya kepada para frater. Ia mendorong dan mendukung setiap calon imam ini untuk setia dalam panggilan.
Sebelum menjadi Rektor STFT Fajar Timur, usai menerima Sakramen Imamat, Pastor Yan ditugaskan sebagai pastor paroki di sejumlah tempat dan karya lainnya. Berikut ini tempat-tempat karya yang pernah dijalani Pastor Yan:
- Pastor Paroki Gereja Kristus Cahaya Dunia di Yiwika (1991-1997)
- Pastor Paroki St. Willibrordus Arso sekaligus Pastor Dekenat di Keerom (1998-2002)
- Vikjen Keuskupan Jayapura sekaligus Pastor Paroki Gereja Katedral Jayapura (2002-2006)
- Belajar di Universitas Negeri Yogyakarta bidang psikologi (2007-2010)
- Dosen di STFT Fajar Timur sekaligus berkarya di lingkup Seminari Tinggi St. Yohanes Maria Vianney Jayapura (2011-2018).
- Ketua Komisi Pendidikan Keuskupan Jayapura sekaligus Ketua Yayasan STTK (2015 – sekarang.
- Ketua STFT Fajar Timur sekaligus Direktur Seminari Tinggi St. John Mary Vianney (2022- sekarang).