Senin, Desember 23, 2024
26.1 C
Jakarta

Bacaan dan Renungan Injil Hari Rabu 05 Oktober 2022; Peringatan Wajib Santa Faustina Kowalska

Bacaan Pertama: Galatia 2:1-2,7-14

Mereka melihat kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku.

Saudara-saudara, empat belas tahun setelah dipilih Tuhan, aku pergi ke Yerusalem bersama dengan Barnabas, dan Titus pun kubawa serta. Aku pergi ke sana berdasarkan suatu pernyataan.

Di sana aku membentangkan Injil yang kuberitahukan di antara bangsa-bangsa bukan Yahudi, jangan sampai dengan percuma aku telah berusaha. Pada kesempatan itu aku berbicara tersendiri dengan orang-orang yang terpandang.

Mereka melihat bahwa kepadaku telah dipercayakan pemberitaan Injil bagi orang-orang tak bersunat, sama seperti kepada Petrus bagi orang-orang bersunat; maka mereka menjadi yakin. Sebab sebagaimana Tuhan telah memberi Petrus kekuatan untuk menjadi rasul bagi orang-orang bersunat, demikian pula Ia memberi aku kekuatan untuk menjadi rasul bagi orang-orang yang tak bersunat.

Mereka pun menjadi yakin mengenai kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku. Maka Yakobus, Kefas dan Yohanes, yang dipandang sebagai sokoguru jemaat, berjabat tangan dengan daku dan dengan Barnabas sebagai tanda persekutuan.

Semua setuju bahwa kami pergi kepada orang-orang yang tak bersunat, sedangkan mereka kepada orang-orang yang bersunat. Mereka hanya minta agar kami tetap mengingat orang-orang miskin; dan hal itu sungguh-sungguh kuusahakan.

Tetapi waktu Kefas datang ke Antiokhia, aku terus terang menentang dia, karena ia salah. Sebelum beberapa orang dari kalangan Yakobus datang, ia makan sehidangan dengan saudara-saudara yang tidak bersunat.

Tetapi setelah mereka datang, ia mengundurkan diri dan menjauhi mereka karena takut akan saudara-saudara yang bersunat. Juga orang-orang Yahudi lain ikut berlaku munafik seperti dia, sehingga Barnabas sendiri terseret oleh kemunafikan mereka.

Aku melihat, bahwa kelakuan mereka itu tidak sesuai dengan kebenaran Injil. Maka aku berkata kepada Kefas di hadapan mereka semua, “Jika engkau, seorang Yahudi, hidup secara kafir dan bukan secara Yahudi, bagaimanakah engkau dapat memaksa saudara-saudara yang tidak bersunat untuk hidup secara Yahudi?”

Mazmur Tanggapan: Mzm. 117:1,2

Ref. Pergi ke seluruh dunia, wartakanlah Injil!

  • Pujilah Tuhan, hai segala bangsa, megahkanlah Dia, hai segala suku bangsa!
  • Sebab kasih-Nya hebat atas kita, dan kesetiaan Tuhan untuk selama-lamanya.

Bait Pengantar Injil

Ref. Alleluya, alleluya.

Kalian akan menerima roh pengangkatan menjadi anak; dalam roh itu kita akan berseru, ‘Abba, ya Bapa.’

Bacaan Injil: Lukas 11:1-4

Tuhan, ajarilah kami berdoa.

Pada waktu itu Yesus sedang berdoa di salah satu tempat. Ketika Ia berhenti berdoa, berkatalah seorang dari murid-murid-Nya kepada-Nya, “Tuhan, ajarlah kami berdoa sebagaimana Yohanes telah mengajar murid-muridnya.”

Maka Yesus berkata kepada mereka, “Bila kalian berdoa, katakanlah: ‘Bapa, dikuduskanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu. Berilah kami setiap hari makanan yang yang secukupnya, dan ampunilah dosa kami sebab kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan.”

Demikianlah Injil Tuhan

Pengajaran Berdoa

Apa yang melatarbelakangi permohonan para murid agar Yesus mengajar mereka berdoa? Tidak lain adalah tindakan Yesus ketika “pada suatu kali Yesus sedang berdoa di salah satu tempat” (Luk 11:1a).

“Ketika Ia berhenti berdoa,” demikian Lukas menulis dalam Injilnya, “berkatalah seorang dari murid-murid-Nya kepada-Nya: Tuhan, ajarilah kami berdoa, sama seperti yang diajarkan Yohanes kepada murid-murid-Nya” (ay. 1b). Ayat ini penting untuk kita perhatikan.

Ada apa dengan doa Yesus sehingga mereka terdorong untuk berdoa dari pada-Nya? Tentu ada hal yang menarik, sehingga seorang dari murid-murid Yesus itu minta untuk diajar berdoa.

Hanya doa yang hidup dalam kemesraan relasi dengan Allah, itulah yang mampu membuat orang lain tertarik untuk berdoa. Sebenarnya doa tidak dapat dipelajari seperti orang belajar ilmu. Doa itu bukan suatu metode yang dapat dikuasai melalui banyak latihan. Doa adalah hubungan dengan Allah yang bertumbuh makin mesra sehingga menjadi sesuatu yang hidup.

Itulah sebabnya Yesus mengajar para murid-Nya agar doa dimulai dengan menyapa Allah sebagai Bapa. “Apabila kamu berdoa, katakanlah: Bapa, dikuduskanlah nama-Mu,” kata Yesus pada awal pengajaran-Nya.

Justru karena Yesuslah, kita boleh mengenal dan menyapa Allah sebagai Bapa. Selain itu, karena Roh-Nya memperkenalkan Bapa kepada kita (Katekismus Gereja Katolik, 2779), sehingga kita dapat menghayati hubungan anak-Bapa dengan Allah Bapa di surga.

Doa yang benar tidak bersemangatkan kepentingan diri sendiri. Seperti halnya semua hubungan atau percakapan yang sehat menaruh perhatian pada semua pihak, demikian pula seharusnya isi doa.

Itu sebabnya doa yang Yesus ajarkan ini memberi perhatian baik kepada kepentingan Allah maupun kepada kepentingan kita. Kepentingan Allah didahulukan bukan karena kepentingan kita tidak penting, tetapi justru supaya kita menyadari betapa besar kasih dan perhatian Bapa kepada kita.

Prinsip dan kerangka pemikiran doa yang Yesus ajarkan ini patut membentuk pula kehidupan doa kita, entah pribadi, entah bersama dalam keluarga atau komunitas.

Doa

Ya Allah, Putra-Mu telah memperkenalkan Engkau sebagai Bapa Kami. Ia juga mengajari kami bagaimana caranya berdoa. Semoga kami semakin menjadi pendoa yang tekun. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, yang bersama Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini