Banyak Warga Indonesia Tidak Menghargai LGBT sebagai Manusia, Bagaimana Gereja Katolik?

0
2797
Montreal, Canada – 20 August 2017: Gay rainbow flag at Montreal gay pride parade with blurred participants in the background

JAKARTA, Pena Katolik – Sebanyak 49,3 persen publik Indonesia yang tidak menaruh penghormatan semestinya terhadap lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) sebagai sesame manusia. Data ini terungkap dalam survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), Mei 2022.

Hasil survei ini disampaikan pendiri SMRC, Prof. Saiful Mujani, dalam acara Bedah Politik episode ”Apakah Yahudi dan LGBT Dihargai sebagai Manusia?” yang tayang di kanal Youtube SMRC TV, Pada Kamis, 28 Juli 2022.

Survei ini menguji apakah semua manusia dihormati, dihargai, diterima, dan setara sebagai sama-sama manusia, atau kalau mereka memiliki predikat tertentu, kemanusiaannya menjadi hilang atau berkurang?

“Seharusnya, dalam konteks humanisme, yang penting dia manusia, apa pun predikatnya, apakah dia kaya atau miskin, beragama atau tidak beragama, atau memiliki orientasi seksual berbeda, mereka adalah manusia,” jelas Saiful.

Dalam survei SMRC ini, ada dua kasus yang diuji. Pertama, seberapa setuju atau tidak setuju dengan pendapat bahwa LGBT (lesbian, gay, biseksual, dan transgender) wajib dihargai sebagai manusia. Ternyata sebanyak 44,5 persen menyatakan setuju dan sangat setuju. Sedangkan yang menyatakan tidak atau sangat tidak setuju sebanyak 49,3 persen. Masih ada 6,2 persen yang menyatakan tidak tahu atau tidak memberi jawaban.

Data ini menunjukkan bahwa lebih banyak warga Indonesia yang tidak menghargai LGBT sebagai manusia. Hanya karena dia LGBT, status dia sebagai manusia hilang, kurang atau menyusut.

“Jadi orang yang memiliki status sosial LGBT dianggap bukan manusia oleh sebagian masyarakat kita. Wow. Sangat mengejutkan, buat saya, bagaimana status atau makhluk manusia itu hilang simply because orientasi seksualnya berbeda,” tegas Gurus Besar Ilmu Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta itu.

Saiful bercerita pengalaman interaksi dia dengan sejumlah LGBT, misalnya ketika potong rambut di salon. Dia menemukan bahwa umumnya mereka ramah dan baik. Walaupun dia menyatakan bahwa itu adalah pengalaman pribadi yang mungkin tidak mencerminkan pengalaman sebagian warga yang marah pada LGBT.

“Bahwa mungkin mereka beda dengan saya, ya.  Tapi apakah karena beda dia kemudian hilang statusnya sebagai manusia?” katanya.

Ada sesuatu dalam masyarakat Indonesia yang menyebabkan sebagian warga (hampir separuh) menolak sisi kemanusiaan kelompok LGBT. Indonesia yang memiliki sila kemanusiaan yang adil dan beradab seharusnya menghargai setiap manusia.

“Artinya sila ini (sila kedua Pancasila) bagi sebagian warga Indonesia, adalah sesuatu yang asing. Ini masalah besar dan harus mendapat perhatian,” kata Saiful.

 Survei SMRC ini dilakukan secara tatap muka pada 10-17 Mei 2022. Populasi survei ini adalah seluruh warga negara Indonesia yang yang punya hak pilih dalam pemilihan umum, yakni mereka yang sudah Berusia 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan. Dari populasi itu dipilih secara random (stratified multistage random sampling) 1220 responden.  Response rate (responden yang dapat diwawancarai secara valid) sebesar 1060 atau 87%. Sebanyak 1060 responden ini yang dianalisis. Margin of error survei dengan ukuran sampel tersebut diperkirakan sebesar ± 3,07% pada tingkat kepercayaan 95% (asumsi simple random sampling).

Gereja Katolik

Sikap Gereja Katolik terharap LGBT. Dalam banyak kesempatan, Paus Fransiskus menyampaikan bagaimana ia bersikap terhadap LGBT. Inti dari pandangan Paus terhadap LGBT adalah kesamaan martabat manusia yang harus dihormati. Semua manusia adalah ciptaan Tuhan yang harus mendapat penghormatan yang sama. Meskipun ia tetap menentang pernikahan sesame jenis, namun Paus berpendapat bahwa semua manusia berhak untuk mendapat penghormatan yang sama.

Terhadap pernikahan sesame jenis, sikap Paus jelas, ia menolaknya. Namun, hal ini bukan berarti bahwa penghormatan kepada LBGT harus diabaikan. Setiap manusia hendaknya diperlakukan dan dihormati.

Paus Fransiskus telah berulang kali berbicara tentang perlunya gereja untuk menyambut dan mencintai semua orang, terlepas dari orientasi seksual mereka. Berbicara tentang kaum gay pada tahun 2013, dia mengatakan bahwa “kuncinya adalah agar Gereja menerima, tidak mengecualikan dan menunjukkan belas kasihan, bukan penghukuman.”

“Jika seseorang gay sedang mencari Tuhan dan memiliki niat baik, lalu siapakah saya untuk menghakimi dia? Katekismus Gereja Katolik menjelaskan hal ini dengan cara yang indah, dengan mengatakan, ‘tidak ada yang boleh meminggirkan orang-orang ini, mereka harus diintegrasikan ke dalam masyarakat’,” ujarnya pada bulan Juli tahun 2013.

Pada kesempatan lain, Paus Fransiskus mengatakan kepada umat Katolik LGBT bahwa Tuhan adalah Bapa yang tidak mengingkari anak-anaknya. Hal ini disampaikan Paus saat menjawab tiga pertanyaan yang diajukan kepadanya oleh Pastor James Martin, Imam Yesuit yang melayani umat LGBT.

“Gaya Tuhan adalah kedekatan, belas kasih dan kelembutan” kata Paus Fransiskus.

Pada tanggal 5 Mei 2022 Pastor Martin telah menulis surat kepada Paus dalam bahasa Spanyol. Pastor Martin meminta Paus menjawab beberapa pertanyaan yang paling sering diajukan oleh umat Katolik LGBT dan keluarga mereka.

“Sehubungan dengan pertanyaan Anda,” tulis Paus, “jawaban yang sangat sederhana muncul pada saya. Menurut Anda, apa hal terpenting yang harus diketahui orang-orang LGBT tentang Tuhan? Tuhan adalah Bapa dan Dia tidak mengingkari anak-anaknya. Dan “gaya” Tuhan adalah “kedekatan, belas kasihan dan kelembutan. Sepanjang jalan ini Anda akan menemukan Tuhan.”

“Saya ingin mereka membaca buku Kisah Para Rasul. Di sana mereka akan menemukan gambar Gereja yang hidup.

Menjawab pertanyaan, “Apa yang Anda katakan kepada seorang Katolik LGBT yang telah mengalami penolakan dari Gereja?” Paus Fransiskus menjawab, “Saya ingin mereka mengenalinya bukan sebagai ‘penolakan Gereja’, melainkan ‘orang-orang di Gereja’. Gereja adalah seorang ibu dan memanggil semua anak-anaknya. Ambil contoh perumpamaan tentang mereka yang diundang ke pesta: ‘orang benar, orang berdosa, orang kaya dan orang miskin, dll. [Matius 22:1-15; Lukas 14:15-24].”

Juli 2021

Juli 2021, Paus Fransiskus telah mengirim surat kepada Pastor Martin pada kesempatan webinar “Outreach 2021” di mana dia mengatakan bahwa “Tuhan itu dekat dan mengasihi setiap anak-Nya. Hatinya terbuka untuk semua orang. Dia adalah Bapa.”

“Memikirkan pekerjaan pastoral Anda,” tulis Paus, “Saya melihat bahwa Anda terus-menerus mencoba untuk meniru gaya Tuhan ini. Anda adalah seorang imam bagi semua orang, karena Tuhan adalah Bapa dari semua orang. Saya berdoa bagi Anda agar Anda dapat melanjutkan ini cara, menjadi dekat, penuh kasih dan kelembutan penuh. Saya berdoa untuk umat Anda, ‘para umat’ Anda,” Paus menyimpulkan, “untuk semua orang yang telah Tuhan tempatkan di samping Anda sehingga Anda dapat merawat mereka, melindungi mereka dan membuat mereka tumbuh dalam kasih Tuhan kita Yesus. Kristus.”

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here