Minggu, Desember 22, 2024
28.6 C
Jakarta

Bacaan dan Renungan Rabu, 27 Juli 2022; Hari Biasa – Pekan Biasa XVII

Bacaan I: Yer. 15:10,16-21

Pada waktu itu Yeremia mengeluh, “Celakalah aku, ya ibuku, bahwa engkau telah melahirkan daku. Sebab aku seorang yang menjadi buah perbantahan dan buah percederaan bagi seluruh negeri. Padahal aku tidak menghutangkan dan tidak pula berhutang kepada siapa pun. Namun mereka semua mengutuki aku. Apabila aku menemukan sabda-Mu, maka aku menikmatinya. Sabda-Mu itu menjadi kegirangan bagiku dan menjadi kesukaan hatiku.

Sebab nama-Mu telah diserukan atasku, ya Tuhan, Allah semesta alam. Tidak pernah aku duduk bersenang-senang dalam pertemuan orang-orang yang bersenda gurau. Karena tekanan tangan-Mu aku duduk seorang diri, sebab Engkau telah memenuhi aku dengan geram.

Mengapa penderitaanku tidak berkesudahan, dan lukaku sangat payah, sukar disembuhkan? Sungguh, Engkau seperti sungai yang curang bagiku, air yang tidak dapat dipercaya. Maka Tuhan menjawab, “Jika engkau mau kembali, Aku akan mengembalikan dikau menjadi pelayan di hadapan-Ku. Dan jika engkau mengucapkan apa yang berharga dan tidak hina, maka engkau akan menjadi penyambung lidah bagi-Ku.

Biarpun mereka akan kembali kepadamu, namun engkau tidak perlu kembali kepada mereka. Terhadap bangsa ini Aku akan membuat engkau sebagai tembok berkubu dari perunggu. Mereka akan memerangi engkau, tetapi tidak akan mengalahkan dikau.

Sebab Aku menyertai engkau untuk menyelamatkan dan membebaskan dikau,” demikianlah sabda Tuhan, “Aku akan melepaskan dikau dari tangan orang-orang jahat dan membebaskan dikau dari genggaman orang-orang lalim.”

Mazmur Tanggapan: Mzm. 59:2-3,4-5a,10-11,17-18

Ref. Tuhanlah tempat pengungsianku pada waktu kesesakan.

  • Lepaskanlah aku dari pada musuhku, ya Allahku; bentengilah aku terhadap orang-orang yang bangkit melawan daku. Lepaskanlah aku dari orang-orang yang melakukan kejahatan, dan selamatkanlah aku dari para penumpah-penumpah darah.
  • Sebab sesungguhnya, mereka menghadang nyawaku; orang-orang perkasa menyerbu aku, padahal aku tidak melakukan pelanggaran, aku tidak berdosa, ya Tuhan, aku tidak bersalah, merekalah yang bergegas dan bersiap-siap.
  • Ya kekuatanku, aku mau berpegang pada-Mu, sebab Allahlah kota bentengku. Allahku, dengan kasih setia-Nya Ia akan menyongsong aku; Allah akan membuat aku memandang rendah seteru-seteruku.
  • Tetapi aku mau menyanyikan kekuatan-Mu, pada waktu pagi aku mau bersorak-sorai karena kasih setia-Mu; sebab Engkau telah menjadi kota bentengku, tempat pelarianku pada waktu kesesakanku.
  • Ya kekuatanku, bagi-Mu aku mau bermazmur; sebab Allahlah kota bentengku, Allahku dengan kasih setia-Nya.

Bait Pengantar Injil: Alleluya

Ref. Alleluya, alleluya, alleluya.

Kalian Kusebut sahabat-Ku, sebab kepada kalian Kusampaikan apa saja yang Kudengar dari Bapa.

Bacaan Injil: Mat. 13:44-46

Sekali peristiwa Yesus mengajar orang banyak, “Hal Kerajaan Surga itu seumpama harta yang terpendam di ladang, yang ditemukan orang, lalu dipendamkannya lagi. Karena sukacitanya pergilah ia menjual seluruh miliknya, lalu membeli ladang itu. Demikian pula hal Kerajaan Surga itu seumpama seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah.

Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, iapun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu.”

Demikianlah Injil Tuhan

RENDAH HATILAH DI HADAPAN TUHAN

Dalam pergumulan batinnya, Nabi Yeremia seperti digambarkan dalam Bacaan Pertama hari ini, sampai berniat meninggalkan tugasnya sebagai seorang Nabi. Maklum, sebagai manusia biasa ia merasa telah menderita banyak: ditolak, diejek dan dianiaya. Menurut logika Yeremia, ia menjadi Nabi karena dibujuk oleh ALLAH, seharusnya ALLAH-lah membela dia dan menghajar musuh-musuhnya.

Tetapi mengapa ALLAH membiarkan musuh-musuhnya tetap hidup? Karena itu, Yeremia putus asa, merasa dirinya celaka, mengapa ia dilahirkan di dunia ini? Ia sampai protes kepada ALLAH: “Mengapa penderitaanku tidak berkesudahan, dan lukaku sangat payah, sukar disembuhkan? Sungguh, ENGKAU seperti sungai yang curang bagiku, air yang tidak dapat dipercaya.” (Yer.15:18).

ALLAH kemudian menjawab dengan tenang: “Jika engkau mau kembali, AKU akan mengembalikan engkau menjadi pelayan di Hadapan-KU, dan jika engkau mengucapkan apa yang berharga dan tidak hina, maka engkau akan menjadi penyambung lidah bagi-KU…. Mereka akan memerangi engkau, tetapi tidak akan mengalahkan engkau, sebab AKU menyertai engkau untuk menyelamatkan dan melepaskan engkau.” (ayat 19,20).

Apa yang dapat kita ambil sebagai pelajaran dari Bacaan ini? Ketika kita sedang menghadapi cobaan, tantangan dan kesulitan bahkan derita karena mengemban tugas, maka jalan keluarnya bukan meninggalkan tugas dan tanggung jawab, melainkan harus mawas diri dan bersujud di hadapan TUHAN. Kita masuk ke kapel Adorasi, berdialog langsung dengan TUHAN YESUS; serahkanlah semua uneg-uneg, beban pikiran dan segala perasaan yang mengganjal kepada-NYA. Percayakanlah kepada-NYA, niscaya dalam beberapa saat lagi akan ada jawaban-NYA secara konkrit yang terealisasi dalam keseharian kita.

Memang, perjalanan manusia untuk menjadi sesama umat ALLAH mengalami pasang-surut. Kadang manusia nampak bersatu. Saat seperti itu, pengharapan akan bersemi. Tetapi tidak jarang juga, mengalami kesulitan dalam melakukan perubahan dan pembaharuan. Dalam hal jabatan, orang bukan hanya ingin mempertahankan jabatan atau kedudukannya, tetapi juga tidak mau melepas tempat duduknya. Ada kecenderungan manusia tidak mau lepas dari apa yang sudah melekat dalam dirinya atau apa yang pernah dihargai, dimiliki apalagi dinikmatinya.

Di sisi lain, manusia juga harus melepaskan hal-hal yang dipandang sudah melekat dan nikmat untuk menggapai sesuatu yang lebih besar, lebih berarti dan lebih berharga. Namun, selain keberanian, untuk bisa melaksanakan perubahan itu kadang-kadang terlalu banyak kalkulasi dan tawar-menawar.

TUHAN YESUS dalam Bacaan Injil hari ini, mengingatkan bahwa untuk mendapatkan sesuatu yang lebih berharga, lebih mulia dan lebih benar, kita juga harus berani mengorbankan dan melepaskan apa yang kita pandang sangat berharga selama ini. Masalahnya adalah apa yang sebenarnya menurut penilaian kita itu sesuatu yang lebih berharga, lebih mulia dan lebih benar itu. Hal ini sudah menyangkut orientasi hidup kita masing-masing: Apakah orientasi kita pada harta kekayaan? Atau jabatan dan kedudukan yang tinggi? Ataukah kebahagiaan sejati dan kedamaian rohani?

Melalui perumpamaan dalam perikop Injil hari ini TUHAN YESUS mengingatkan kita bahwa hal terpenting yang harus kita cari adalah Kerajaan Surga. Kerajaan Surga atau keselamatan kekal harus diletakkan di atas segalanya. Dengan kata lain, segala yang kita miliki saat ini hendaknya diperlakukan dan dipergunakan sebagai sarana atau alat belaka untuk menghantar kita menuju keselamatan kekal. Kalaupun harus mengorbankan atau menjual apa yang kita miliki saat ini demi Kerajaan Surga, maka harus kita lakukan dengan rela dan penuh sukacita serta rendah hati selalu.

Masalahnya terpulang pada kita masing-masing: Apakah orientasi hidup seperti itu bisa kita terima? Kalau sudah kita terima, apakah kita rela dan mau melepaskan sesuatu yang selama ini sudah kita miliki dan kita nikmati itu, demi sesuatu yang lebih berharga dan kekal?

Doa

Ya YESUS, Sumber keselamatan kekal yang sejati, ajarilah aku untuk selalu bersikap rendah hati dalam menentukan orientasi hidupku sesuai dengan Rencana dan Kehendak-MU terhadap diriku. Bantulah dan kuatkan aku dengan ROH KUDUS-MU dalam menggapai keselamatan kekal yang KAU-janjikan. Amin.

Selamat pagi. Selamat beraktivitas. AMDG. Berkat TUHAN.

Paulus Krissantono

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini