VATIKAN, Pena Katolik – Usia tahbisan Uskup Amboina, Mgr. Seno Ngutra boleh jadi baru beberapa bulan. Namun, sejak ditahbiskan menjadi uskup, Mgr Inno tampaknya semakin antusias untuk mengembangkan pastoral dialog. Ia sepertinya ingin menuntaskan kerinduan agar masyarakat Indonesia bersatu dalam keberagamannya.
Beberapa waktu lalu, Mgr Inno melakukan kunjungan dari desa ke desa di Kepulauan Maluku. Dari kunjungan ini dapat dilihat, Mgr. Inno berusaha memecah sekat-sekat yang ada dalam masyarakat yang pluralistis ini.
Seperti misalnya di Desa Wambasalahin yang indah di pegunungan Pulau Buru. Penduduk desa ini terdiri dari beberapa agama seperti; GPM (Gereja Protestan Maluku), Katolik, Gereja Sidang Jemaat Allah, Islam dan Kelompok Animisme (Belum Beragama). Mgr. Inno harus menempuh jarak tempuh ke desa ini dari Trans Namlea (Buru Utara) – Namrole (Buru Selatan) kira-kira dua jam perjalanan.
Satu video menjadi unik, di mana Mgr. Inno yang masih sangat muda ini berjoget bersama anak-anak di desa yang ia kunjungi. Di sinilah, batas agama itu ia kikis. Semua menari kegirangan dan bersatu dalam kebersamaan.
Ini suatu keluhuran, siapa pun tamu pimpinan agama atau pemerintahan yang berkunjung maka mereka diperlakukan sebagai tamu (agung) seluruh kampung. Uskup “satu cinta 1000 senyum, di senyummu kutemukan cinta-Nya”. Mgr. Inno berharap agar kegiatan anak remaja lintas agama ini menjadi titik awal di masa membina dan mempererat tali persahabatan anak-anak Indonesia.
“Pluralism Journey” menjadi model untuk pendekatan masyarakat yang beragam. Pluralism Journey bagi Mgr. Inno baru saja dimulai. Perjalanan demi menjaga pluralisme tetap tumbuh subur di NKRI. Ini akan menjadi agenda Mgr. Inno dalam pelayanan pastoralnya.