Kamis, Desember 19, 2024
26.4 C
Jakarta

Bacaan Injil Hari Minggu 17 Juli 2022; Hari Minggu Biasa XVI

Bacaan I: Kej. 18:1-10a

Sekali peristiwa Tuhan menampakkan diri kepada Abraham di dekat pohon tarbantin di Mamre. Waktu itu Abraham sedang duduk di pintu kemahnya di kala hari panas terik. Ketika ia mengangkat mata, ia melihat tiga orang berdiri di depannya.

Melihat mereka, Abraham bergegas dari pintu kemahnya menyongsong mereka. Ia bersujud sampai ke tanah dan berkata, “Tuanku, jika aku mendapat kasih Tuan, singgahlah di kemah hambamu ini.

Biarlah diambil sedikit air, basuhlah kaki Tuan dan duduklah beristirahat di bawah pohon ini; biarlah hamba mengambil sepotong roti, agar tuan-tuan segar kembali. Kemudian bolehlah tuan-tuan melanjutkan perjalanan.

Sebab tuan-tuan telah datang ke tempat hambamu ini.” Jawab mereka, “Perbuatlah seperti yang engkau katakan itu!” Abraham segera pergi ke kemah mendapatkan Sara serta berkata, “Segeralah! Ambil tiga sukat tepung yang terbaik! Remaslah itu dan buatlah roti bundar!”

Lalu Abraham berlari ke lembu sapinya, mengambil seekor anak lembu yang empuk dan baik dagingnya, dan memberikannya kepada seorang bujangnya yang segera mengolahnya. Kemudian Abraham mengambil dadih, susu, dan anak lembu yang telah diolah itu, lalu dihidangkannya kepada ketiga orang itu.

Abraham sendiri berdiri dekat mereka di bawah pohon itu, sementara mereka makan. Sesudah makan, bertanyalah mereka kepada Abraham, “Di manakah Sara isterimu?” Jawab Abraham, “Di sana, di dalam kemah.”

Maka berkatalah Ia, “Sesungguhnya Aku akan kembali tahun depan mendapatkan engkau. Pada waktu itulah Sara, isterimu, akan mempunyai seorang anak laki-laki.”

Mazmur Tanggapan: Mzm. 15:2-3ab,3cd-4ab,5

Ref. Tuhan siapa diam di kemah-Mu, siapa tinggal di gunung-Mu yang suci?

  • Yaitu orang yang berlaku tidak bercela, yang melakukan apa yang adil dan mengatakan kebenaran dengan segenap hatinya; yang tidak menyebar fitnah dengan lidahnya.
  • Yang tidak berbuat jahat terhadap teman, dan tidak menimpakan cela kepada tetangganya; yang memandang hina orang-orang tercela tetapi menjunjung tinggi orang-orang yang takwa.
  • Yang tidak meminjamkan uangdengan makan riba dan tidak menerima suap melawan orang tak bersalah. Siapa yang berlaku demikian tidak akan goyah selama-lamanya.

Bacaan II: Kol. 1:24-28

Saudara-saudara, sekarang aku bersukacita bahwa aku boleh menderita demi kamu, dan menggenapkan dalam dagingku apa yang kurang pada penderitaan Kristus untuk tubuhnya, yaitu jemaat. Aku telah menjadi pelayan jemaat itu sesuai dengan tugas yang dipercayakan Allah kepadaku untuk meneruskan kepenuhan firman-Nya kepada kamu, yaitu: Rahasia yang tersembunyi berabad-abad dan turun-temurun, kini dinyatakan kepada orang-orang kudus-Nya.

Allah berkenan memberitahu mereka betapa kaya dan mulianya rahasia itu di antara bangsa-bangsa lain, yaitu: Kristus ada di antara kamu. Dialah harapan akan kemuliaan! Dialah yang kami beritakan dengan memperingatkan orang dan mengajar mereka dalam segala hikmat untuk memimpin setiap orang kepada kesempurnaan dalam Kristus.

Bait Pengantar Injil: Luk 8:15

Ref. Alleluya, alleluya, alleluya. Alleluya, alleluya, alleluya.

Berbahagialah orang yang menyimpan sabda Allah dalam hati yang baik, dan menghasilkan buah dalam ketekunan.

Bacaan Injil: Luk. 10:38-42

Dalam perjalanan ke Yerusalem, Yesus dan murid-murid-Nya tiba di sebuah kampung. Seorang wanita bernama Marta menerima Dia di rumahnya. Wanita itu mempunyai seorang saudara bernama Maria. Maria itu duduk di dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya. Tetapi Marta sibuk sekali melayani. Ia mendekati Yesus dan berkata, “Tuhan, tidakkah Tuhan peduli bahwa saudariku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku.”

Tetapi Tuhan menjawabnya, “Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, padahal hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya.”

Demikianlah Injil Tuhan.

MENYENANGKAN HATI TUHAN.

Ada kecenderungan kuat dalam diri kita masing-masing, kita ingin menyenangkan hati orang yang kita cintai dan kita kasihi. Hal itu sangat wajar dan manusiawi. Namun, apakah ada keinginan juga dalam diri kita untuk menyenangkan Hati TUHAN? Bukankah kita harus mencintai dan mengasihi TUHAN di atas segalanya? Bagaimana caranya kita menyenangkan Hati TUHAN, hingga TUHAN menjadi berkenan pada kita?

Namun perlu diingat, bahwa hal ini tidak bertujuan untuk sekedar membuat sesuatu “asal TUHAN senang,” seperti halnya dilakukan oleh para penjilat atasan dengan motto “asal bapak senang” atau “ABS”.

Menyenangkan Hati TUHAN dalam arti mengasihi DIA lebih dari segalanya. Dan karena TUHAN itu tidak nampak nyata dengan mata lahir kita. Maka mengasihi TUHAN itu tidak lepas dari tindakan mengasihi sesama, terutama mereka yang membutuhkan perhatian dan kepedulian.

Bacaan-bacaan Suci hari Minggu ini memberikan beberapa cara yang berbeda dalam upaya menyenangkan Hati TUHAN, namun tetap bertujuan sama. Dalam Bacaan Injil, Maria dan Marta mempunyai cara masing-masing untuk menyambut TUHAN YESUS dan berusaha untuk menyenangkan Hati-NYA. Maria yang menurut Penginjil Yohanes adalah “perempuan yang pernah meminyaki Kaki TUHAN dengan minyak mur dan menyekanya dengan rambutnya” (lihat Yoh.11: 2), berusaha menyenangkan Hati NYA dengan memilih duduk saja dekat dengan Kaki YESUS, sambil mendengarkan Sabda-NYA.

Sedangkan Marta merasa bertanggung jawab untuk menghormati dan menyenangkan Tamunya dengan kesibukan mempersiapkan dan melayani minuman dan makanan. Sudah sepantasnya Tamu harus dihormati apalagi Tamunya sangat terhormat, yaitu TUHAN YESUS Sendiri! Tetapi, nampaknya Marta agak kesal juga melihat saudaranya hanya duduk dekat YESUS, hingga ia minta tolong YESUS agar menegur saudaranya itu untuk membantu mempersiapkan makanan dan minuman. Namun ternyata YESUS membenarkan tindakan Maria itu: “Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya” (Luk.10: 42). Sebenarnya Marta juga tidak salah sama sekali, namun mungkin hal yang perlu dilakukan adalah setelah siap melayani beberapa minuman atau makanan, segera saja ia harus datang untuk mendengarkan Sabda-NYA, tidak sibuk-sibuk terus ke sana-ke mari, seperti tanpa tujuan.

Memang sangat ideal kalau kita mempunyai hati seperti Maria dan tangan seperti Marta. Artinya, kita mau dan suka bekerja serta sibuk melayani orang, tetapi semuanya itu kita lakukan karena terdorong oleh hati yang mengasihi TUHAN. Tanpa kasih pada TUHAN, maka segala kesibukan kita itu hanya merupakan kumpulan kegiatan belaka dan dapat dikatakan hanya mengejar ketenaran nama diri sendiri. Padahal, yang benar adalah bahwa semua yang kita kerjakan itu hanya demi kemuliaan ALLAH yang lebih agung. (Ad Maiorem Dei Gloriam – AMDG).

Rasul Paulus lain lagi caranya dalam upaya menyenangkan Hati TUHAN. Dalam Bacaan Kedua, dikisahkan bahwa ia menjadi pelayan Sabda dengan memberitakan KRISTUS Yang tersalib dan telah bangkit. Ia merasa mendapat kehormatan boleh ikut mengambil bagian dalam penderitaan-NYA. Kata Rasul Paulus: “Aku telah menjadi pelayan jemaat itu sesuai dengan tugas yang dipercayakan ALLAH kepadaku untuk meneruskan Firman-NYA dengan sepenuhnya kepada kamu.” (Kol.1: 25).

Sementara itu Abraham seperti diceritakan dalam Bacaan Pertama, berusaha kuat dalam menjamu Tamu Agungnya yang datang langsung dari Surga yaitu Ketiga Malaikat yang mendatangi kemah Abraham. Ia melayani dengan mengambil air untuk membasuh kaki Tamunya itu. Lalu ia menyiapkan makanan terdiri dari roti dari tepung yang terbaik serta daging dari seekor anak lembu yang empuk dan kualitas prima dagingnya. Demikian pula disuguhkan juga dadih dan susu. TUHAN berkenan atas cara pelayanan dan penyambutan Abraham kepada tiga Tamu Malaikat itu. TUHAN membalas kasihnya itu dengan menjanjikan bahwa Sara isterinya yang sudah tua dan mati haid itu setahun lagi akan mempunyai seorang anak lelaki.

Apa gunanya menyenangkan Hati TUHAN? Sebenarnya, TUHAN lebih dahulu menyenangkan dan mengasihi manusia, artinya manusia memperoleh hidupnya karena Kasih dari TUHAN. Dan TUHAN menyatakan Diri-NYA mau datang, terutama dalam Komuni Kudus, dan IA menawarkan kasih pengampunan dalam YESUS, Sang Sabda. Apa yang dapat kita lakukan untuk menyenangkan Hati TUHAN tidak sebanding dengan apa yang kita terima dari TUHAN. Jadi, apakah kita masih tega untuk menyakiti Hati-NYA dengan berbuat dosa dan kesalahan?

Bukankah manusia hidup bukan hanya dari roti, tetapi juga dari setiap Sabda TUHAN? Karena itu tidak pernah ada kata terlambat untuk mulai membaca Sabda TUHAN dalam Kitab Suci dan mengkhususkan waktu untuk merenungkan Sabda TUHAN itu dan berdialog dengan DIA melalui meditasi dalam suatu suasana hening. Kita juga diingatkan guna membuka hati dan pikiran untuk menyambut TUHAN YESUS dalam Ekaristi Kudus, setelah lebih dari dua tahun selama masa pandemi kita menerima Sakramen Mahakudus hanya secara online. Saat ini dengan semakin pulih keadaannya – meski Covid belum lenyap sama sekali – mari kita pergi ke Misa Suci secara langsung atau offline. Tentu kita tetap menghormati dan mematuhi aturan Prokes. Marilah kita sambut juga dengan hati terbuka kedatangan setiap orang yang berkehendak baik, yang menyatakan kebenaran dan kebaikan TUHAN.

Doa

Ya YESUS yang baik, lemah lembut, murah hati dan rendah hati, ajarilah aku untuk dapat menyenangkan Hati-MU dengan berbuat kebajikan dan tidak melakukan dosa. Arahkan hati dan telingaku untuk hanya memperhatikan dan mendengarkan ENGKAU. Amin.

Selamat menyambut hari baru. Selamat Merayakan Ekaristi Kudus. Selamat berhari Minggu. AMDG. Berkat TUHAN.

Paulus Krisantono

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini