Minggu, Desember 22, 2024
28.6 C
Jakarta

Beatirikasi 25 Biarawan, Jurnalis, dan Biarawati yang Gugur pada Perang Saudara di Spanyol tahun 1930-an

Para Martir Dominikan yang gugur selama perang saudara di Spanyol. Aleteia

ALMAGRO SPANYOL, Pena Katolik – Puluhan martir yang gugur selama Perang Saudara di Spanyol tahun 1930-an dibeatifikasi pada 18 Juni 2022. Misa beatifikasi ini diadakan di Katedral Sevilla, Spanyol dan dipimpin Kardinal Cardinal Semeraro, Prefek Kongregasi Penggelaran Kudus.

Di antara mereka yang dibeatifikasi ini adalah 25 biarawan Dominikan yang menjadi martir di Almagro dan di Almeria, seorang awam Dominikan—seorang jurnalis terkenal yang juga menderita kemartiran di Almeria—dan seorang biarawati Dominikan dari Huescar. Biarawati ini menjadi Suster Dominikan Spanyol kedua yang dibeatifikasi. Tiga kota tempat terjadinya kemartiran semuanya terletak di selatan Spanyol.

Para martir ini akan bergabung dengan lebih dari 2.000 orang lainnya yang telah dibeatifikasi. Hampir selusin telah dikanonisasi, dan ribuan lainnya masih dalam proses. Lebih dari 6.500 imam dan religius terbunuh selama perang.

Sejarah kemartiran para biarawan Almagro

Ordo Dominika menggambarkan kisah mereka di situs Ordo Dominkan dalam bahasa Spanyol. Diceritakanm pada 21 Juli 1936, tiga hari setelah dimulainya Perang Saudara Spanyol, beberapa anggota Ateneo Libertario (organisasi pekerja anarkis yang berpihak pada Fraksi Republik kiri) membakar Gereja Bunda Allah. Gereja ini terlihat dari Biara Dominikan dan memicu para Dominikan bergegas mencoba menyelamatkan gereja dari api.

Namun, para militan menghina dan memaksa mereka pergi. Walikota, yang tidak menginginkan kekerasan di wilayah hukumnya, kemudian meminta para biarawan itu untuk meninggalkan kota. Para biarawan itu menolak. Pada malam yang sama, para militan menggeledah biara untuk mencari senjata.

Hari berikutnya mereka muncul lagi di biara dan mengancam para Dominikan, dengan mengatakan bahwa mereka akan membakar mereka dan biara.

Walikota Almagro lalu mengunjungi para biarawan dan berulang kali bersikeras bahwa lebih baik para biarawan itu pergi. Ia ingin memastikan mereka keluar kota dengan aman.

Pada tanggal 25 Juli, mereka tidak punya pilihan selain meninggalkan biara, meskipun sebagian besar menemukan penginapan di rumah-rumah di kota. Akhirnya mereka ditangkap, karena kaum anarkis menganggap mereka “berbahaya”.

Beberapa menerima tawaran perjalanan yang aman, tetapi kemudian akhirnya dibunuh oleh gerilyawan Republik sebelum mencapai tempat yang aman di daerah-daerah di bawah kendali Fraksi Nasionalis. Pada akhirnya, mereka yang tetap tinggal di Almagro dipenjara dan menjadi martir.

Mereka diberitahu bahwa mereka dibawa untuk diinterogasi, tetapi segera menjadi jelas bahwa ini bohong. Para biarawan muda berdoa rosario dan menangis. Si juru masak, Bruder Arsenio OP mengeluarkan sebuah salib dan mereka semua mulai berdoa. Para penculiknya mengikat mereka berdua-dua dan membawa mereka ke sebuah ladang kurang dari dua mil dari Almagro, di mana mereka semua dibunuh.

Seperti yang terjadi dengan para biarawan Almagro, orang-orang dari Almeria terpaksa meninggalkan biara mereka. Mereka berlindung di rumah teman dan kerabat, tetapi satu per satu mereka ditangkap. Almeria sebagai kota pelabuhan, kapal-kapal—Astoy-Mendi dan Segarra—digunakan untuk menampung agama, meskipun beberapa disiksa terlebih dahulu di kantor polisi. Selama bulan September, tiga dari mereka ditembak di dekat La Lagarta dan Pozos de Tabernas (Almeria) dan dua dari mereka ditembak di dinding pemakaman Almeria.

Martir yang Seorang Jurnalis

Fructuoso Pérez adalah seorang jurnalis Katolik terkenal yang juga seorang Dominikan Awam. Ia ikut menjadi martir bersama para biarawan Dominikan itu. Ia ditangkap di rumahnya pada tanggal 26 Juli 1936. Pertama-tama dia dibawa ke kantor polisi dan dari sana ia dibawa ke penjara. Seperti para biarawan Dominikan, seminggu kemudian dia dibawa ke Segarra. Kurang dari dua minggu kemudian, dia dibawa ke dekat Pantai Garrofa dan dieksekusi. Jenazah Fructuoso bersama dengan para martir lain yang terbunuh di lokasi itu lalu dibuang ke laut. Mayat-mayat itu segera terdampar lagi dan dimakamkan di pantai. Mereka akhirnya dipindahkan ke kuburan tak bertanda di pemakaman Almeria.

Suster Dominikan

Sanchez Romero dilahirkan di Huéscar (Granada). Ia lalu memasuki biara Suster Dominikan Bunda Allah di Huéscar, pada usia 17 tahun.

Teman-temannya selalu mengatakan bahwa dia rendah hati, penurut, pendiam, dan pekerja keras. Dia dengan sabar hidup dengan penyakit langka yang menutupi tubuhnya dengan luka. Dia tidak pernah mengeluh, dan dia rela mengambil tanggung jawab apa pun yang diberikan penyakit langka ini padanya. Rasa sakitnya akan memberinya kekuatan untuk kemartirannya nanti.

Saat perang pecah, para biarawati segera harus melarikan diri dari biara Huéscar, dan suatu hari para anggota milisi muncul di rumah tempat Suster Isabel tinggal. Saat itu, ia berusia 76 tahun dan bersembunyi. Mereka membawanya ke penjara dan mencoba memaksanya untuk menghujat dengan mengancamnya dengan kematian.

Dia tidak menyerah, dan dipukuli dengan kejam dan dibiarkan tergeletak di lantai setengah mati. Meskipun usianya dan kesehatannya buruk, dia memiliki kekuatan untuk melewati malam itu. Keesokan paginya dia diangkut dengan truk untuk dibawa ke gerbang kuburan. Di sana dia melihat keponakannya dibunuh, dan sekali lagi diminta untuk menghujat imannya, namun dia menolak. Pada akhirnya, milisi meletakkan kepalanya di atas batu dan menggunakan batu lalu kepalanya dihancurkan. (aleteia)

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini