Sabtu, Juli 27, 2024
26.1 C
Jakarta

Katedral Sanggau di Tepi Sungai Kapuas

Katedral Hati Kudus Yesus Sanggau. IST

SANGGAU, Pena Katolik, – Keuskupan Sanggau akan memiliki uskup baru setelah terpilihnya Mgr. Valentinus Saeng CP. Dosen diSTFT Widya Sasana Malang, Jawa Timur ini diumumkan sebagai Uskup Sanggau yang baru dalam Ibadat Sore di Katedral Hati Kudus Yesus Sanggau, Kalimantan Barat, 18 Juni 2022.

Lalu seperti apa Katedral Hati Kudus Yesus. Katedral yang baru saja selesai direnovasi beberapa tahun lalu ini memiliki arsitektur khas Kalimantan dalam berbagai ornamennya. Salah satu yang mencolok adalah pemakaian kayu belian sebagai bahan pembuatan Takhta Uskup Sanggau yang ada di Katedral ini.

Kayu belian adalah jenis kayu terkuat dan tahan lama. Pohon belian hanya ada di belantara Kalimantan dan dapat tumbuh sampai usia 1000 tahun lebih. Kayu ini begitu keras, tahan lama dan tidak mudah rapuh. Reputasi inilah yang menjadikan kayu belian mendapat julukan “kayu besi Borneo”.

Sebongkah akar-tunggul kayu belian inilah yang menjadi bahan pembuatan kursi takhta uskup Sanggau yang diletakkan di Katedral Hati Kudus Yesus Sanggau Kalimantan Barat. Takhta ini melambangkan jabatan uskup sebagai pemimpin tertinggi di sebuah keuskupan.

Dengan bahan kayu belian, takhta ini melambangkan kekuatan. Usia kayu yang tahan lama melambangkan penyertaan Tuhan yang terus-menerus bagi sang uskup dan umat yang dipimpinnya.

Takhta ini dibuat seperti tangan yang menengadah ke atas, bentuk ini diperoleh dengan menempatkan akar-tunggul belian pada posisi terbalik. Akar yang lazimnya berfungsi menyerap air dan mineral dari dalam tanah, dengan bentuk yang baru seakan mengarah ke atas. Ini melambangkan rahmat tahbisan uskup yang diterima dari Allah.

Takhta ini menjadi satu dari beberapa bagian Katedral Hati Kudus Yesus Sanggau. Sebelumnya pada tahun 2011, katedral ini sempat direnovasi yang membutuhkan waktu sekitar tujuh tahun sampai sepenuhnya selesai. Tujuh tahun penantian umat Keuskupan Sanggau untuk memiliki sebuah katedral baru terbayar saat katedral ini dikonsekrasi dalam sebuah Misa yang dipimpin Ketua Konferensi Waligereja Indonesia, Mgr Ignatius Suharyo 11 September 2018.

Paus Fransiskus saat memberkati lonceng Katedral Hati Kudus Yesus Sanggau, Kalimantan Barat. IST

Budaya dan Kristiani

Hal unik lain yang dapat ditemukan di katedral yang berdiri di tepi Sungai Kapuas ini adalah bentuk keseluruhan bangunan yang jika terlihat dari atas berbentuk salib. Bentuk keseluruhan bangunan dipadukan dengan nilai-nilai Budaya Masyarakat Dayak. Terdapat tujuh menara yang melambangkan lumbung padi Masyarakat Dayak.

Perpaduan antara Budaya Dayak dan nilai-nilai Kristiani terlihat jelas pada beberapa bagian katedral. Ketiga pintu masuk utama katedral dibuat dengan kayu yang berasal dari hutan Kalimantan. Dalam setiap pintu itu terukir relief yang masing-masing menggambarkan peristiwa iman yang bersumber dari Kitab Suci.

Pintu utama bagian tengah misalnya dinamakan Pintu Apostolik, terdapat ukiran Yesus yang sedang memberikan kunci kepada St Petrus. Adegan ini seakan menggambarkan pesan Yesus kepada Petrus yang Ia sebut sebagai “batu karang”(Mat 16: 18-19).

Di bagian dalam pintu ini terdapat ukiran ukiran Hati Kudus Yesus dan Hati Kudus Maria. Setiap pintu utama katedral ini memiliki nama masing-masing. Dua pintu yang lain bernama “Pintu Doa” dan Pintu yang terakhir adalah “Pintu Keluarga Kudus”.

Unsur budaya terasa pada motif Dayak sebagai bingkai setiap pintu. Akhirnya ketiga pintu ini seperti mengajak umat untuk masuk dalam misteri iman akan Allah Tritunggal. Aksen Budaya Dayak yang menjadi bingkai seakan mengajak umat untuk tidak lupa pada asal dan akar mereka sebagai umat yang hidup di tanah Kalimantan.

Lonceng Katedral

Ada tiga buah lonceng yang dipasang di Katedral Sanggau. Ketiga lonceng ini mulai dibuat pada 27 Juni 2014 bertepatan dengan hari raya Hati Kudus Yesus, pelindung Katedral Sanggau. Pembuatnya adalah Pontificia Fonderia Marinelli, sebuah yayasan pembuat lonceng Kepausan di Agnone, Molise, Italia.

Setelah selesai dibuat pada 1 Oktober 2014, ketiga lonceng itu lalu dibawa ke Vatikan untuk diberkati Paus Fransiskus. Saat itu, Paus juga mendoakan umat Keuskupan Sanggau agar selalu mendapat berkat dari Tuhan.

Tiga lonceng ini memiliki ukuran dan berat yang berbeda-beda. Leceng terbesar dengan berat 220 kilogram memiliki nada dasar “do”. Di sini terdapat gambar Hati Kudus Yesus. Di bagian tengah lonceng ini juga terdapat logo Paus Fransiskus dan Logo Uskup Sanggau.

Di samping kanan terdapat logo Kabupaten Sanggau dan Kabupaten Sekadau. Sedangkan di bagian kiri terdapat logo Provinsi Kalimantan Barat. Lonceng kedua memiliki berat 115 kilogram dengan nada dasar “mi”. Sedangkan lonceng terkecil memiliki berat 75  kilogram dengan nada dasar “sol”.

Setelah selesai dibangun, Katedral Sanggau mampu menampung 2500 umat. Diperlukan waktu tujuh tahun untuk menyelesaikan katedral ini. Baik dalam Budaya Dayak maupun dalam Gereja Katolik, angka tujuh memiliki arti yang baik.

Katedral Sanggau merupakan sintesis indah antara teknik arsitektur, kebudayaan Dayak, seni, dan kehidupan. Ini semua teringkas dalam lambang pohon yang hidup. Mgr Yulius Menccucini CP menjelaskan, katedral ini melambangkan gereja inkulturatif. Unsur seni dan budaya dalam aneka simbol membuktikan Gereja Keuskupan Sanggau telah mengakar kuat dalam budaya dan tradisi. Dengan selesainya Katedral Sanggau, maka seluruh umat bersyukur dan berterima kasih kepada Tuhan. Uskup Sanggau Mgr Menccucini mengungkapkan, Allah yang Maha Kuasa telah memberi sukacita untuk membangun. Untuk itu ia mengajak umat untuk bersyukur atas rahmat ini.

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini