ENDE, Pena Katolik – Gereja Katolik Flores memiliki jasa sejarah dalam kelahiran bangsa Indonesia, di mana di salah satu biara milik para Imam Serikat Sabda Allah (Societas Virbi Divini/SVD) ternyata menjadi “Rahim” lahirnya Pancasila. Di lokasi ini, Soekarno sering menghabiskan waktu bercengkerama bersama para imam SVD ketika ia diasingkan di Ende terutama dengan Pater Gerardus Huijtink SVD.
Hari ini, ketika Indonesia memperingati hari lahirnya Pancasila. Presiden Joko Widodo dan Ibu Iriana Joko Widodo menelusuri lagi lokasi kelahiran Pancasila itu di Biara St. Yosef Ende, Nusa Tenggara (NTT). Jokowi mendatangi lokasi yang dahulu menjadi tempat bagi Soekarno untuk berdiskusi dengan Pater Huijtink yang kini dikenal sebagai “Serambi Soekarno”, 01 Juni 2022.
Bung Karno, selama masa pembuangannya di Ende pada 14 Januari 1934-18 Oktober 1938 mengisi waktu membaca berbagai buku dan majalah koleksi perpustakaan biara ini.
Pada banyak kesempatan meluangkan waktu di biara ini Bung Karno juga berkonsultasi, serta kerap bertukar pikiran dan berbincang-bincang akrab dengan para biarawan. Selain Pater Huijtink Soekarno juga sering terlihat asyik berdiskusi dengan Pater Joannes Bouma SVD. Seperti jamak diketahui, di Ende, Soekarno juga membentuk grup tonil (teater rakyat) bersama para masyarakat di sekitar biara. Kelompok tonil ini mementaskan naskah drama yang ditulis Soekarno. Di sinilah, Soekarno dapat melihat kedua imam SVD itu ternyata menaruh simpati pada cita-cita perjuangan Bung Karno.
“Sebagai teman diskusi, lalu meminjam buku pada pastor. Sampai-sampai kalau pastor berhalangan, kunci kamarnya diserahkan kepada Soekarno,” ujar Uskup Agung Keuskupan Agung Ende, Mgr. Vincentius Sensi Potokota.
Di Serambi Soekarno ini, Jokowi disambut para imam dan Mgr, Vincentius yang memberikan penjelasan kepada Jokowi tentang kisah-kisah semasa Soekarno di Ende. Keakraban dan persahabatan Bung Karno dengan kedua biarawan tersebut juga tampak pada sebuah lukisan di mana ketiganya digambarkan sedang berbincang sambil berjalan.
Menurut Mgr. Vincentius, kedua biarawan tersebut sangat menghormati Bung Karno, dan memanggilnya dengan sapaan “Tuan Presiden”. Sapaan ini diberikan bahkan sebelum Bung Karno menjadi Presiden Republik Indonesia.
“Keduanya kalau jalan dengan Soekarno, tahun 1930-an, itu selalu menyapa Soekarno dengan ‘Tuan Presiden’, ‘Bapak jalan sebelah kanan karena Bapak Tuan Presiden,'” ungkapnya.
Serambi Soekarno sendiri diresmikan pada 14 Januari 2019 lalu, bertepatan dengan momen mengenang 85 tahun Bung Karno menginjakkan kaki di Ende. Selama pengasingan ini, lahirlah pemikiran-pemikiran Bung Karno tentang Pancasila. Nilai-nilai toleransi, keadilan, dan kebangsaan dalam Pancasila tak dapat dipungkiri lahir dari sudut-sudut biara St Yosef ini.
Para kesempatan berbincang dengan para imam dan Uskup Ende, Jokowi mengakui bahwa Soekarno kala itu pun mendapatkan ilham mengenai Pancasila karena kehangatan yang orang Ende.
“Inilah yang menurut saya mengapa Bung Karno memiliki pemikiran dan renungan-renungan mengenai Pancasila yang dimulai dari Ende. Karena Beliau berada dalam sebuah kehangatan masyarakat yang selalu dekat dengan pemimpinnya,” jelasnya.
Jokowi menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada masyarakat Ende. Jokowi senang atas sambutan hangat selama ia di Ende. Ia bersyukur bahwa Indonesia memiliki Pancasila sebagai perekat kesatuan bangsa.