Rabu, Desember 18, 2024
27.4 C
Jakarta

50 Tahun Paroki Pejompongan, Kardinal Ignatius Suharyo: “Saya Tidak Perlu Memberi Homili”

230522 – Uskup Agung Jakarta Kardinal Ignatius Suharyo saat memimpin Misa 50 tahun Paroki Kristus Raja Pejompongan, Jakarta Pusat. Dok.HIDUP

JAKARTA, Pena Katolik – Paroki Kristus Raja Pejompongan merayakan ulang tahun ke-50. Uskup Agung Jakarta, Kardinal Ignatius Suharyo memimpin Misa Perayaan setengah abad Paroki Pejompongan ini pada Minggu, 22 Mei 2022 di Gereja Kristus Raja Pejompongan, Keuskupan Agung Jakarta.

“Seharusnya saya tak perlu memberi homili karena hari ulang tahun ke-50 paroki sebetulnya sebuah homili yang sudah sangat lengkap,” ungkap Kardinal Suharyo.

Kardinal Suharyo mensyukuri keterlibatan umat di Paroki Pejompongan. Ia menilai, umat, dengan cara dan peran masing-masing telah mengambil peran guna mengembangkan gerakan-gerakan kreatif. Hal ini, menurutnya telah membuat Gereja semakin hidup.

Ia mengajak umat untuk melihat gerak Gereja universal dalam rangka menyiapkan Sinode Uskup Sedunia tahun 2023 mendatang. Kardinal Suharyo memberi catatan, paling penting adalah mewujudkan empat kata inspiratif menuju Gereja Sinodal: berjalan bersama sebagai persekutuan, partisipasi, dan misi.

Saat ini, Paroki Pejompongan dipimpin oleh Kepala Paroki, Romo Jacobus Tarigan. Ia menegaskan, Gereja itu ada untuk masyarakat. Untuk itu, pada momen setangah abad paroki pejompongan ini, umat perlu bertanya apa arti kehadirannya sudah bermanfaat bagi masyarakat.

“Hidup beriman kita adalah sebuah perjalanan. Umat tampak bertambah tetapi cara hidup dan hidup umat sekarang pasti sangat berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, ujarnya.

Romo Jack mengatakan, saat ini paroki menghadapi tantangan zaman di tengah kota metropolitan. Perkembangan, kemajuan, perubahan sosial masyarakat turut memengaruhi perkembangan paroki pula.

“Zaman berubah dan kitapun turut berubah di dalamnya. Pastoral perkantoran dituntut untuk menghargai waktu, singkat dan terampil dalam teknologi digital.

Pastor paroki dapat berganti-ganti, namun umat dan gereja adalah tetap demikian disampaikan Romo Antonius Suhardi Antara, yang juga pernah menjadi pastor di Paroki Pejompongan. Saat pandemi, banyak orang sudah keenakan mengikuti misa online, sehingga malah menjadi malas Misa secara langsung di gereja.

“Sebelumnya kritik karena tak bisa ke gereja, di batasi, kepingin misa di gereja, sekarang malah keterusan misa online,” ungkap Romo Antara.

Tomas Budi Sukendro, Ketua Panitia mengakui berbagai bentuk dan kesempatan menjadi tantangan yang perlu dirawat oleh umat Pejompongan. Darah, keringat serta air mata umat mula-mula Pejompongan telah menetes subur di atas tanah Pejompongan.

“Tetesan itu tak berkesudahan, terus mengalir hingga kini berdiri jemaat yang mandiri dan militansi dalam iman. Kita diajak untuk terus bertahan dalam iman agar benih-benih yang telah ditanamkan dapat terus tumbuh dan menghasilkan buah berlimpah,” ungkapnya.

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini