JAKARTA, Pena Katolik – Beato Titus Brandsma – dibunuh “dalam kebencian terhadap iman” di kamp konsentrasi Dachau pada tahun 1942, yang menolak untuk mempublikasikan propaganda dan blak-blakan serta menentang undang-undang anti-Yahudi yang diumumkan oleh Nazi – dikanonisasi oleh Paus Fransiskus pada hari Minggu 15 Mei 2022. Kehidupannya menjadi pusat dari Simposium yang diselenggarakan oleh International Association of Journalists Accredited to the Vatican (AIGAV) dan Kedutaan Besar Kerajaan Belanda untuk Tahta Suci.
Titus Brandsma digambarkan sebagai seorang jurnalis-martir abad ke-20. Hal ini ditegaskan dalam Simposium bertajuk, “Titus Brandsma: The Challenges for Journalism in Troubled Times”, yang diselenggarakan di Roma oleh International Association of Journalists Accredited to the Vatican (AIGAV) dan Kedutaan Besar Kerajaan Belanda untuk Tahta Suci pada hari Selasa.
Santo Titus Brandsma, seorang imam dan teolog Karmelit Belanda, dibunuh “dalam kebencian terhadap iman” di kamp konsentrasi Dachau pada tahun 1942. Akan dikanonisasi pada hari yang sama adalah Santo Charles de Foucauld, seorang aristokrat dan religius Prancis yang sering dipuji sebagai pelopor dalam dialog antaragama; Santa Maria Rivier, pendiri Suster-suster Presentasi Maria; dan Santa Maria Yesus dari Italia, pendiri Kongregasi Suster Kapusin Immaculata Lourdes.
Selama hidupnya, Santo Titus Brandsma berbicara menentang undang-undang anti-Yahudi Nazi. Lahir pada tahun 1881, Titus Brandsma adalah seorang teolog, jurnalis, dan penulis Belanda, serta imam Karmelit yang ditahbiskan, yang dengan tegas menentang dan berbicara menentang undang-undang anti-Yahudi yang disahkan Nazi di Jerman sebelum Perang Dunia II.
Pada Januari 1942, ketika Jerman menginvasi Belanda, dia ditangkap. Nazi memberi tahu pendeta Karmelit itu bahwa dia akan diizinkan untuk hidup tenang di biara jika dia mengumumkan bahwa surat kabar Katolik harus menerbitkan propaganda Nazi.
Ketika Titus menolak, ia tak lama kemudian meninggal karena kesulitan dan kelaparan di kamp konsentrasi Dachau pada 26 Juli 1942. Ia meninggal pada usia 61 tahun setelah disuntik dengan asam karbol. Pada tahun 1985, Paus St. Yohanes Paulus II mendeklarasikan Titus Diberkati, dengan mengatakan bahwa dia “menjawab kebencian dengan cinta.”