Rabu, Desember 18, 2024
27.4 C
Jakarta

Katedral bagi Umat yang Semakin Bersaudara

Katedral St Petrus Bandung rlihat dari atas. Dok. HIDUP

Bulan Januari 1984, itulah saat pertama Romo Leo van Beurden, OSC ditugaskan di Paroki Katedral St. Petrus Bandung, Keuskupan Bandung. Saat itu, imam kelahidan Belanda 26 Desember 1942 itu sudah berkarya di Indonesia selama sekitar 14 tahun. 

Paroki Katedral bukan tempat pertama penugasannya di Indonesia. Namun, setelah tahun 1980-an itu, Romo van Beurden kembali ditugaskan di tempat yang sama pada 1999 hingga saat ini. 

Sebuah Katedral tidak ada artinya tanpa umat yang sehari-hari berdoa di dalamnya. Hal ini disadari benar oleh Romo van Beurden. 

Ketika menjadi Kepala Paroki Katedral Bandung, ia langsung membagi lingkungan menjadi lingkup yang lebih kecil. Ini ia lakukan agar umat lebih aktif. Langkah ini juga untuk mendorong gairah persaudaraan kian kuat. 

“Jika mau membangun suatu paroki harus ada persaudaraan,”aku Romo van Beurden. Boleh jadi inilah wajah Katedral Bandung zaman ini. Umat yang semakin bersaudara seperti yang diimpikan Romo van Beuren. 

Semakin Bersaudara

Tahun ini, Katedral St. Petrus Bandung berusia seabad. Usia yang tidak lagi muda. Di tempat ini, Romo van Beuren telah berkarya lebih dari 25 tahun. Ini berarti, Romo van Beuren melayani di sini selama lebih dari seperempat usia katedral itu. 

“Ini Katedral bagus! Gedungnya bagus!” ungkapnya saat memberi kesan pertama menginjakkan kaki di Katedral Bandung. 

Wajah persaudaraan yang ingin ditampilkan Katedral Bandung ini setidaknya juga menjadi kerinduan Toto. Umat Paroki Katedral Bandung ini setiap Minggu tidak pernah absen Misa di sana. 

“Agak kaget awalnya, karena yang hadir kebanyakan para senior, sudah sepuh, bisa dikatakan seumuran dengan bapak dan ibu saya. Juga biasanya turut hadir Suster-suster Ursulin,” jelas Toto.

Kendati demikian, Toto tetap bersemangat aktif di lingkungan Gereja. Salah satunya yang ia jalani di Legio Maria. Sejak tahun 1973 sejak tahun 1973, ia telah bergabung dengan Legio Maria pada Presidium Pohon Sukacita Kami.

Katedral St. Petrus Bandung Lebih dari sekadar bangunan yang memiliki arsitektur yang khas. Gereja ini adalah saksi bisu tentang perjalanan panjang perkembangan umat Katolik di Keuskupan Bandung. Toto sebagai Ketua Seksi Hubungan Antar Keagamaan Paroki Katedral menceritakan, selama ini Katedral memberikan kesan yang positif. Toto mencontohkan, selama ini paroki selalu menjalin silaturahmi dengan tokoh-tokoh agama di sekitar Kota Bandung. 

Seabad Katedral

JEJAK kehadiran Gereja Katedral St. Petrus Bandung bermula sekitar tahun 1878. Buku Ziarah Arsitektur Katedral St. Petrus Bandung menuliskan bahwa saat itu 

Tahun 1878, Bandung sudah menjadi kota yang cukup ramai. Kota itu adalah kota karesidenan Priangan. Ketika jalur kereta api Batavia-Bandung dibuka tahun 1884 dan hubungan Bandung dengan Batavia menjadi lebih mudah, pelayanan umat secara tetap di Bandung segera dipersiapkan.

Saat itu, dibangunlah gereja pertama yang berukuran 8×21 meter. Gereja ini dinamai St. Franciscus Regis dan diberkati Mgr.W.Staal pada 16 Juni 1895. Lokasi gereja ini sekarang menjadi lokasi Bank Indonesia.

Upacara pemberkatan Gereja St. Petrus Bandung 19 Februari 1922.

Dalam waktu tak lama, jumlah umat Katolik di Bandung semakin banyak yaitu 1800. Saat itu, hanya setelah empat tahun, ada ide untuk memperluas Gereja St. Franciscus Regis. Pembangunan gereja baru ini memilih lahan bekas peternakan di sebelah Timur Gereja St.Franciscus Regis di Merpikaweg, kini Jalan Merdeka.

Pembangunan gereja baru itu dilaksanakan sepanjang tahun 1921. Kemudian diberkati Mgr. Luypen pada 19 Februari 1922. Gereja ini dipersembahkan kepada Santo Petrus yang merupakan nama permandian Pastor P.J.W Muller, SJ. Pada masa itu, para imam Serikat Yesus diberi tanggung jawab untuk menggembalakan umat. Begitulah, awal sejarah Katedral St. Petrus Bandung dimulai.

Saat rel kereta api dibangun tepat di sebelah selatan kompleks gereja. 

Imam Serikat Yesus bertahan melayani di sini hingga tahun 1928 dan digantikan para imam dari Ordo Salib Suci. Tidak butuh waktu lama, hanya setelah empat tahun pada pada tahun 1932 karya misi di Bandung dijadikan sebuah Prefektur Apostolik, di mana Mgr. J.H. Goumans, OSC menjadi Prefek Apostolik yang pertama. Pada tahap inilah, Gereja St. Petrus mengayunkan langkah pertamanya menjadi katedral. Di sinilah gereja ini pelan-pelan menjadi pusat umat di wilayah gerejawi Bandung. 

Gereja St. Petrus resmi menjadi Katedral St. Petrus saat Takhta Suci membentuk Vikariat Apostolik Bandung pada tahun 1941. Sat itu, Mgr. Goumans mendapat tahbisan uskup berbarengan dengan itu Gereja Santo Petrus Bandung disebut sebagai Katedral. 

Ketika Takhta Suci mendirikan Hierarki Gereja Katolik Indonesia pada 1961, dengan jelas disebutkan Gereja Santo Petrus Bandung adalah Gereja Katedral Keuskupan Bandung. Demikianlah, walaupun bukan gereja tertua, Gereja Santo Petrus Bandung menjadi gereja induk Keuskupan Bandung.

Antonius E. Sugiyanto

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini