Kamis, November 14, 2024
33.9 C
Jakarta

Bacaan dan Renungan Hari Sabtu 22 Januari 2022

Bacaan Pertama: 2 Samuel 1:1-4.11-12.19.23-27

“Para pahlawan gugur di medan perang.”

SETELAH Saul mati, dan ketika Daud kembali sesudah memukul kalah orang Amalek dan tinggal dua hari di Ziklag, maka datanglah pada hari ketiga seorang dari tentara, dari pihak Saul, dengan pakaian terkoyak-koyak dan tanah di atas kepala. Ketika ia sampai kepada Daud, sujudlah ia ke tanah dan menyembah. Bertanyalah Daud kepadanya: “Dari manakah engkau?” Jawabnya kepadanya: “Aku lolos dari tentara Israel.”

Bertanyalah pula Daud kepadanya: “Apakah yang terjadi? Coba ceriterakan kepadaku.” Jawabnya: “Rakyat telah melarikan diri dari pertempuran; bukan saja banyak dari rakyat yang gugur dan mati, tetapi Saul dan Yonatan, anaknya, juga sudah mati.” Lalu Daud memegang pakaiannya dan mengoyakkannya; dan semua orang yang bersama-sama dengan dia berbuat demikian juga.

Dan mereka meratap, menangis dan berpuasa sampai matahari terbenam karena Saul, karena Yonatan, anaknya, karena umat Tuhan dan karena kaum Israel, sebab mereka telah gugur oleh pedang. Kepermaianmu, hai Israel, mati terbunuh di bukit-bukitmu! Betapa gugur para pahlawan! Saul dan Yonatan, orang-orang yang dicintai dan yang ramah, dalam hidup dan matinya tidak terpisah. Mereka lebih cepat dari burung rajawali, mereka lebih kuat dari singa. Hai anak-anak perempuan Israel, menangislah karena Saul, yang mendandani kamu dengan pakaian mewah dari kain kirmizi, yang menyematkan perhiasan emas pada pakaianmu. Betapa gugur para pahlawan di tengah-tengah pertempuran!

Yonatan mati terbunuh di bukit-bukitmu. Merasa susah aku karena engkau, saudaraku Yonatan, engkau sangat ramah kepadaku; bagiku cintamu lebih ajaib dari pada cinta perempuan. Betapa gugur para pahlawan dan musnah senjata-senjata perang!

Demikianlah Sabda Tuhan

U. Syukur Kepada Allah.

Mazmur Tanggapan: Mzm 47:2-3.6-7.8-9

Ref. Buatlah wajah-Mu bersinar, ya Tuhan, maka kami akan selamat.

  • Hai gembala Israel, pasanglah telinga-Mu, dengarkan kami, Engkau yang menggiring Yusuf sebagai kawanan! Engkau yang duduk di atas para kerub, tampillah bersinar di depan Efraim, Benyamin dan Manasye! Bangkitkanlah keperkasaan-Mu, dan datanglah menyelamatkan kami.
  • Tuhan, Allah semesta alam, berapa lama lagi murka-Mu menyala sekalipun umat-Mu berdoa? Mereka Kauberi makan ratapan dan Kauberi minum air mata berlimpah; Engkau menjadikan kami pangkal sengketa para tetangga, dan para musuh mengolok-olok kami.
  • Sebab Allah adalah Raja seluruh bumi, bermazmurlah dengan lagu yang paling indah! Allah merajai segala bangsa, di atas takhta-Nya yang kudus Ia bersemayam.

Bait Pengantar Injil: Kisah Para Rasul 16:14b

Ref. Alleluya, alleluya

Bukalah hati kami, ya Allah, agar dapat memperhatikan sabda Putra-Mu.

Bacaan Injil: Markus 3:20-21

“Orang-orang mengatakan Yesus tidak waras lagi.”

SEKALI peristiwa Yesus bersama murid-murid-Nya masuk ke sebuah rumah. Maka datanglah orang banyak berkerumun pula, sehingga makan pun mereka tidak dapat. Waktu kaum keluarga-Nya mendengar hal itu, mereka datang hendak mengambil Dia, sebab kata mereka, “Ia tidak waras lagi.”

Demikianlah Sabda Tuhan.

U. Terpujilah Kristus.

TELADAN SETIA KAWAN DAN KONSISTENSI TANPA PAMRIH.

MENUTUP pekan ini Kedua Bacaan Suci memberikan suatu teladan yang indah untuk kita renungkan, perhatikan dan praktekkan, yaitu keteladanan Daud dalam hal setia kawan, solidaritas, menghormati pemimpin yang sah, memegang teguh persahabatan dan selalu bersikap tulus dalam berbuat kebaikan meskipun dizalimi oleh Raja Saul. Dan dalam Bacaan Injil kita bisa simak betapa besar, luas dan berat karya keselamatan yang dikerjakan TUHAN YESUS, IA tetap kerjakan dengan konsisten, konsekuen, kesungguhan hati, penuh pengorbanan tanpa pamrih dan tanpa memandang waktu, sekalipun IA selalu dicurigai, dicemooh dan bahkan oleh saudara-saudara-NYA dianggap “tidak waras lagi”.

Seperti telah kita baca dan renungkan dalam Bacaan-bacaan Pertama, dari Kitab Samuel, hubungan Raja Saul dan Daud tidak selalu diwarnai oleh ketulusan hati. Bahkan Daud senantiasa dicurigai, dibenci dan mau dibunuh oleh Raja, sekalipun Daud sudah berjasa banyak pada bangsa Israel. Namun, ketika mendengar berita kematian Raja Saul dan Yonatan, sahabat sejatinya, Daud segera “mengoyakkan pakaiannya, dan semua orang yang bersama-sama dengan dia berbuat demikian juga. Dan mereka meratap, menangis dan berpuasa sampai matahari terbenam karena Saul, karena Yonatan, anaknya.” (2 Sam. 1: 11, 12). Daud segera menyanyikan nyanyian ratapan tentang Saul dan Yonatan yang diungkapkan dalam kalimat “Betapa gugur para pahlawan di tengah-tengah pertempuran! Yonatan mati terbunuh di bukit-bukitmu.” (ayat 25).

Daud hendak mengajarkan kepada kita betapa pentingnya memberikan penghargaan kepada mereka yang telah diurapi oleh TUHAN. Raja Saul tetap dihormati dan ditaati sepenuhnya dengan tulus oleh Daud, meskipun Daud dibenci dan dikejar-kejar mau dibunuh. Bahkan dalam kesempatan yang baik, sebenarnya  Daud bisa memenggal kepala Raja itu, tetapi itu tidak dilakukannya. Orang yang diurapi perlu dijunjung tinggi dan dihormati, karena TUHAN sendirI yang memilih dan menetapkannya.

Sekarang ini pun kita patut memberikan penghormatan dan penghargaan yang semestinya kepada para imam yang juga diurapi oleh  ROH KUDUS. Sekalipun kita hidup dalam zaman digital, zaman modern dan kemajuan, namun penghormatan dan penghargaan kepada mereka yang diurapi harus tetap kita berikan. Walaupun kita juga sadar bahwa mereka itu adalah manusia biasa yang juga mempunyai kelemahan dan sering berbuat salah, tetapi rasa hormat khususnya kepada imamat suci mereka harus tetap kita junjung. Cobalah kita berikan penghormatan dengan semestinya, tanpa berlebihan dan tanpa kekurangan. Sebaliknya, mereka yang diurapi kiranya- juga dapat memberikan teladan yang baik dalam tutur kata maupun peri lakunya. Jangan sampai mereka justru menjadi batu sandungan bagi kaum awam.

Daud juga mengajarkan, bagaimana indahnya kesetiaan dan persahabatan. Dalam eleginya Daud memuji kesetiaan dan kasih sayang Yonatan kepada Saul, ayahnya, kendati ia tahu bahwa ayahnya kadang bertindak jahat kepada Daud. Sebesar apa pun kesalahan atau kekeliruan orangtua, mereka harus tetap dicintai dan dihormati serta didampingi.

Demikian juga Daud mengagumi rasa setia kawan Yonatan terhadap dirinya. Bahkan kasih sayang Yonatan kepada Daud seperti halnya kakak beradik.

Semoga elegi kepahlawanan karangan Daud itu dapat menginspirasi kita dalam menyikapi pada orangtua dan teman serta sahabat kita.

Dalam perikop Injil, dapat kita ikuti terus betapa seriusnya TUHAN YESUS dalam melaksanakan karya perutusan keselamatan dan pelayanan-NYA. YESUS sungguh tidak kenal lelah. IA tanpa henti dan istirahat, berkeliling terus ke mana-mana, menyembuhkan orang sakit, mengusir roh jahat, melenyapkan kesesakan dan membangkitkan orang mati. IA masih mengajar di sinagoga. Dalam melaksanakan karya-NYA bersama para murid itu sampai makan pun mereka tidak sempat karena begitu banyak orang yang mengerumuni-NYA. (lihat Mrk. 3: 20). Walaupun ketulusan dan pengorbanan telah dibuktikan dalam segala karya-NYA, namun orang tidak selalu memberikan tanggapan yang positif kepada Diri-NYA. Bahkan saudara-saudara-NYA merasa kasihan dan “mereka datang hendak mengambil DIA, sebab kata mereka, IA tidak waras lagi.” (ayat 21). YESUS sampai dicap “tidak waras lagi” oleh saudara-saudara-NYA sendiri! Sungguh keterlaluan!

Mungkin pengalaman pahit seperti itu juga pernah menimpa kita. Mungkin dalam berbuat baik dan mengadakan aksi sosial atau tindakan kasih lainnya kepada mereka yang lemah dan menjadi korban PHK akibat kelesuan ekonomi akibat pandemi, tetapi kita justru ditanggapi secara sinis. Oleh kalangan luar Gereja mungkin kita dicurigai sebagai “gerakan kristenisasi” atau “mengkafirkan umat.” Mungkin justru di kalangan internal Gereja, kita dicap sebagai orang yang cari muka, punya ambisi mau terkenal, sok sosial atau suka pamer. Kalau kita sungguh tulus dalam pelayanan, tidak punya pamrih, tidak cari nama atau popularitas atau pencitraan, jalankan saja terus semua pelayanan itu. Jangan terpengaruh oleh berbagai komentar atau suara sinis yang datang dari orang-orang yang jelas ingin menjatuhkan kita. Jalani terus tugas pelayanan kasih itu, pantang mundur dan pantang menyerah. Jangan sekali-kali kita terpancing emosi marah lalu “mutung” (patah hati). Marilah kita meneladan sikap TUHAN YESUS dalam karya pelayanan-NYA!

Doa

Ya TUHAN, jadikanlah aku orang yang berwatak setia kawan dan mampu menghormati orangtua maupun orang yang KAU-urapi. Berilah aku semangat yang teguh, hati yang tulus tanpa pamrih dan ketabahan hati dalam melayani sesamaku. Amin.

PK/hr.

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini