SURABAYA, Pena Katolik – Umat Katolik di Indonesia khususnya Jawa Timur, pada Natal tahun 2021 boleh menarik nafas lega. Pasalnya, perayaan Natal tahun 2021 umat sudah bisa hadir langsung di gereja. Pembatasan-pembatasan jumlah umat yang hadir pada Natal ini sudah dilonggarkan tapi tetap mengikuti protokol kesehatan yang dianjurkan pemerintah. Dengan ditetapkan Surabaya berada di level 1, banyak hal yang melonggarkan umat.
Ketika Kota Surabaya ditetapkan di level 1 covid 19, umat Katolik di Surabaya merasa senang karena dengan penetapan status itu berarti jumlah kehadiran umat pada setiap misa secara tatap muka akan lebih banyak. Namun masing-masing pemerintah daerah ternyata punya kebijakan tambahan. Ini tujuannya agar mencegah meledaknya covid di Kota Surabaya. Salah satu kebijakan adalah membatasi jam kegiatan yang semuanya berakhir pukul 22.00. Ini tidak hanya ditujukan kepada gereja tetapi untuk masyarakat Surabaya pada umumnya.
Kebijakan terbaru walikota Surabaya membuat pihak gereja harus memajukan jam misa yang semula misa malam Natal, pukul 18.00 untuk misa pertama akhirnya dimajukan menjadi pukul 16.30 demikian misa kedua dan misa bahasa Inggris. Pihak panitia Natal pun harus gerak cepat mengumumkan kepada umat tentang perubahan jam misa.
Bagaimana dengan suasana Natal di Gereja Redemptor Mundi (RM)? Gereja RM jauh-jauh hari benar-benar sangat siap menghadapi Natal. Panitia tidak hanya menyiapkan kursi dan bangku tetapi yang dilakukan panitia adalah sering melakukan konsultasi dengan satgas Covid-19 Kota Surabaya. Pertanyaannya apakah gereja sudah bisa mengadakan misa secara tatap muka atau tidak. Kalau boleh mengadakan misa secara tatap muka, dengan persyaratan apa saja.
Panitia pada awanya memberanikan diri menyediakan kursi di atas 1.500, namun begitu ada pemberitahuan dari pemkot Surabaya akhinya hanya berhenti pada 670 kursi artinya 50% dari kapasitas biasanya. Untuk diketahui, kapasitas jumlah umat yang hadir misa di Gereja Redemptor Mundi pada saat Natal dan Paskah berkisar 1500.
Meski jumlah tersebut sudah dipangkas mengingat pemberitahuan satgas Covid, namun panitia tetap menyediakan tambahan terop berukuran raksasa. Kursi yang disiapkan panitia tentu sesuai anjuran dari satgas covis prokes dari pemerintah.
Sementara itu ketua panitia Natal 2021, koordinator keamanan Paroki Redemptor Mundi, Warman mengatakan, untuk menjaga keamanan selama Natal (malam Natal dan Natal), panitia telah meminta bantuan dari pihak kepolisian, TNI,Ormas Jogo Suroboyo, Satpam dan petugas parkir. Secara rinci, PoldaJatim mengirimkan tim gegana 6 orang, Satgas Covid-19 kecamatan Dukuh Pakis 4 orang, Polsek Dukuh Pakis 3 orang, Pol PP Kecamatan Dukuh Pakis 5 orang, intel Polrestabes 4 orang, Reskrim Polrestabes 2 orang, intel Kodim dan Kodam V Brawijaya 3 orang, Linmas Kelurahan Dukuh Kupang 3 orang, Brimob bersenjata 20 orang, Ormas Jogo Suroboyo 4 orang, Satpam RM 8 orang dan petugas parkir 22 orang.
Misa malam Natal pada 24 Desember berlangsung kidmat. Semua umat baik dari dalam paroki maupun luar paroki sudah hadir di gereja lebih awal sekutar 1 jam sebelum misa. Umat yang masuk lewat 3 pintu semuanya wajib tes suhu dan cuci tangan. Namun umat yang datang dari berbagai wilayah dari dalam paroki pun tidak semua yang bisa datang karena harus didaftarkan sesuai kuota yang ditentukan panitia. Umat dari luar paroki kali ini hanya dijatah 50 orang mengingat jumlah kursi yang tersedia sangat terbatas sesuai dengan prokes.
Sukardiono ketua DPP Bidang Formatio yang terleibat dalam kepanitiaan mengataka, dia bersyukur karena selama 2 hari malam Natal dan Natal tidak terjadi apa-apa dan juga dari segi keopatuhan, umat benar-benar menjalankan sesuai dengan protokol kesehatan. Lebih bersyujur lagi karena dari segi kesehatan semuanya aman, artinya tidak ada yang terpapar akibat berkumpul di gereja. “Kita bersyukur karena umat juga sangat mematuhi prokes sehingga aman dan terkendali,” tutur Sukardiono.
Dalam homilinya, RP Adrian Adrfedjo, OP yang memimpin misa pertama malam Natal mengajak umat untuk bersama-sama merenungkan akan kelahiran Yesus. “Ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan antara lain: Yesus lahir dalam kegelapan. Kemudian Yesus ditemukan di atas palungan. Dan ketiga adalah para gembala,” kata RPAdrian.
RP Adrian menanyakan, apakah ada yang tahu apakah benar Yesus lahir pada malam hari? “Kalau kita membaca Kitab Suci cer4itanya malaikat datang memberikan kabar gembira kepada para gembala yang sedang menjaga domba-dombanya pada malam hari, dan kita pasti yakin Yesus lahir pada malam hari. Belum pasti. Yang pati, Yesus lahir dalam kegelapan artinya Yesus lahir dalam kegelapan dosa manusia,” tutur R Adrian.
Di saat manusia berada dalam kegelapan, katanya, tentu manusia membutuhkan terang dabn terang itu adalah Yesus sendiri yang datangke dunia untuk menyelamatkan dosa-dosa manusia. Pertanyaannya, apakah semua orang mencintai terang? RP Adrian kemudian memberi contoh lain tentang kisah 3 raja. Dari cerita itu terlihat sangat kontras antara 3 raja atau orang-orang majus dengan Raja Herodes. Kalau orang majus dari Timur dipenuhi sukacita melihat bintang berekor, sementara Raja Herodes terkejut dan sangat takut.”Nah, ketika kita dihadapkan dengan cahaya, ada 2 pilihan, yang pertama, kita mencintai cahaya dan bersukacita dengan cahaya, yang kedua, ada cahaya tapi kita menjadi takut dengan cahaya dan menghindari cahaya? Kita menjadi takut karena hidup dalam kebohongan, dipenuhi rasa tidak aman,” kata RP Adrian lagi. (yok)