Minggu, Desember 22, 2024
31.3 C
Jakarta

Bacaan dan Renungan Hari Kamis 6 Januari 2022

Bacaan Pertama: 1 Yohanes 4:19-5:4

“Barangsiapa mengasihi Allah, Ia harus juga mengasihi saudaranya.”

SAUDARA-saudaraku terkasih, kita harus mengasihi Allah, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita. Jikalau seorang berkata, “Aku mengasihi Allah,” tetapi membenci saudaranya, ia adalah seorang pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang ia lihat, tidak mungkin ia mengasihi Allah yang tidak ia lihat.

Dan inilah perintah yang kita terima dari Dia: Barangsiapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya. Setiap orang yang percaya bahwa Yesus adalah Kristus, lahir dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi Dia yang melahirkan, mengasihi juga dia yang lahir dari pada-Nya. Inilah tandanya bahwa kita mengasihi anak-anak Allah, yaitu apabila kita mengasihi Allah serta melakukan perintah-perintah-Nya.

Sebab inilah kasih kepada Allah, yaitu bahwa kita meuruti perintah-perintah-Nya. Dan perintah-perintah-Nya itu tidak berat, sebab semua yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia. Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: yakni iman kita.

Demikianlah Sabda Tuhan

U. Syukur Kepada Allah.

Mazmur Tanggapan: Mzm 72:1-2.14.15bc.17

Ref. Segala ujung bumi melihat keselamatan yang datang dari Allah kita.

  • Ya Allah, berikanlah hukum-Mu kepada raja dan keadilan-Mu kepada putera raja! Kiranya ia mengadili umat-Mu dengan keadilan dan menghakimi orang-orang-Mu yang tertindas dengan hukum.
  • Ia akan menebus nyawa mereka dari penindasan dan kekerasan; darah mereka mahal di matanya. Kiranya ia didoakan senantiasa, dan diberkati sepanjang hari.
  • Biarlah namanya tetap selama-lamanya, kiranya namanya semakin dikenal selama ada matahari. Kiranya segala bangsa saling memberkati dengan namanya, dan menyebut dia berbahagia.

Bait Pengantar Injil: Lukas 4:18

Ref. Alleluya

Tuhan mengutus Aku menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin, dan memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan.

Bacaan Injil: Lukas 4:14-22a

“Pada hari ini digenapilah Kitab Suci.”

SESUDAH dicobai Iblis di padang gurun, dalam kuasa Roh kembalilah Yesus ke Galilea. Dan tersiarlah kabar tentang Dia di seluruh daerah itu. Selama di situ Ia mengajar di rumah-rumah ibadat di situ, dan semua orang memuji Dia. Lalu Ia datang ke Nazaret, tempat Ia dibesarkan.

Dan menurut kebiasaan-Nya pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat, lalu berdiri hendak membaca dari Alkitab. Kepada-Nya diberikan kitab Nabi Yesaya, dan setelah membukanya, Ia menemukan nas di mana ada tertulis: Roh Tuhan ada pada-Ku oleh sebab Ia telah mengurapi Aku untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan oang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang. Kemudian Yesus menutup kitab itu, mengembalikannya kepada pejabat, lalu Ia duduk; dan mata semua orang dalam rumah ibadat itu tertuju kepada-Nya.

Lalu Yesus mulai mengajar mereka, kata-Nya, “Pada hari ini genaplah nas tadi sewaktu kamu mendengarnya!” Semua orang itu membenarkan Dia, dan mereka heran akan kata-kata indah yang diucapkan-Nya.

Demikianlah Injil Tuhan.

U. Terpujilah Kristus.

TUGAS “MAGISTERIUM”.

Dalam Perikop Injil hari ini,  dikisahkan TUHAN YESUS  datang ke kampung halaman-NYA, di Nazaret. Karena hari Sabat  YESUS  pergi ke sinagoga. Di sana DIA mengambil Kitab Suci, membaca nubuat Nabi Yesaya dan mengajar. Jadi YESUS  tidak hanya berkeliling desa dan kota dengan membuat mukjizat saja, melainkan juga memperhatikan tugas pokok yaitu tugas mengajar (= magisterium).  Dan dalam melaksanakan magisterium, YESUS melakukannya dalam  ROH. YESUS tampil sebagai orang yang diurapi dan dikuasai oleh ROH KUDUS, sehingga banyak orang takjub dan pilihan kata-kata-NYA sangat indah, penuh wibawa dan makna serta mudah dipahami. Cara mengajar-NYA  pun enak didengar. IA tidak memakai cara lama dengan menonjolkan hukum  “gigi ganti gigi, mata ganti mata”, tetapi   dengan “menyampaikan Kabar Baik kepada orang-orang miskin,  memberitakan pembebasan kepada orang tawanan, dan penglihatan bagi orang orang buta, membebaskan  orang- orang yang tertindas …..”(Luk. 4: 18, 19; lihat juga Yes. 61: 1-2).

Tugas Gereja yang penting sebagai penerus karya YESUS KRISTUS  adalah mengajar, baik itu dalam bentuk  “kerygma” (= pewartaan iman)  maupun dalam bentuk “katekese” (= pendalaman iman).  Supaya pewartaan itu sungguh-sungguh terjadi, diperlukan “kerygma” dan “katekese”  yang berkesinambungan.

Apa yang diperlukan agar kedua hal itu bisa terlaksana? Umat pada umumnya dan khususnya para  pewarta  atau pelaku khusus “magisterium” seharusnya berada dalam kuasa ROH seperti ketika TUHAN YESUS  melakukannya di sinagoga. Orang-orang di sinagoga sangat terkesan pada pewartaan YESUS, karena IA memiliki wibawa rohani dan mampu mengucapkan kata-kata indah dan tepat, sehingga mereka banyak yang takjub. Namun tidak sedikit yang merasa iri hati, curiga dan berpikir negatif tentang YESUS.  Ujung-ujungnya orang-orang seperti itu tidak senang dan menolak-NYA. Mereka dengan nyinyir  berkata : “Bukankah IA ini anak Yusuf?”  (ayat 22). Namun YESUS  tidak peduli dengan reaksi penolakan itu. Mereka itu berpikiran kerdil dan merendahkan Diri-NYA,  karena “hanya”  anak seorang tukang kayu! 

TUHAN YESUS  dengan didimbing ROH ALLAH  tetap melanjutkan pewartaan Kabar Gembira dan terus melakukan perbuatan kasih di mana pun DIA berada.

Berada dalam Kuasa ROH tidak terjadi dengan sendirinya. Para pewarta Gereja, Imam, Katekis dan juga umat perlu terus menerus belajar dan meningkatkan tehnik berkotbah dan mengajar, agar pewartaannya tidak “monotone” dan “membosankan”  hingga menyebabkan pendengarnya mengantuk. Lebih dari itu hendaknya para pewarta selalu  mengadakan “komunikasi intensif”  dengan DIA –  dalam doa –  yang kita wartakan.

Orang yang hidup dipimpin oleh ROH KUDUS, senantiasa mengarahkan “pandangannya ke Surga”  sekali pun kakinya tetap berpijak di atas bumi. Fokus perhatian dalam hidupnya hanya satu yaitu  “demi Kemuliaan TUHAN yang lebih agung dan luhur” (Ad Maiorem Dei Gloriam),  tanpa mengingkari kelemahan-kelemahan dirinya sendiri. Mengapa hal ini bisa terjadi? Karena orang yang dipimpin oleh ROH  adalah mereka yang dibakar oleh semangat Kasih TUHAN  yang bersifat kekal dan tidak dibatasi oleh siapa atau apa pun juga. Kasih ALLAH itu nyata, sempurna  dan tampak dalam Diri YESUS KRISTUS  yang tidak gentar menghadapi penolakan dari orang-orang sekampung-NYA atau orang-orang yang membenci-NYA.

Orang yang berada dalam Kasih berasal dari ALLAH. Karena TUHAN sudah lebih dahulu mengasihi  kita, maka kita pun harus mengasihi TUHAN. “Jikalau seorang berkata : Aku mengasihi ALLAH dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi ALLAH yang tidak dilihatnya”  demikian tulis Rasul Yohanes. (1Yoh. 4: 20). Mengasihi ALLAH dan sesama adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Keduanya saling melengkapi. Lebih dari itu, cinta kita kepada sesama merupakan bukti cinta kita kepada ALLAH.      Sudahkah kita mempraktekkannya?

Doa

Ya ROH KUDUS, terangilah para pewarta dan gembala umat-MU agar mereka dapat mengucapkan kata-kata yang bermakna, tepat dan benar serta menyegarkan, sehingga menguatkan iman umat-MU. Amin.

Selamat pagi. Selamat beraktivitas sesuai Prokes. AMDG. Berkat TUHAN.

PK/hr.

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini