Kisah dari Pemangkat: Saat Gereja Kecil Melawan Pandemi tahun 1918

0
1747
Gereja awal di pemangkat. (Dok Pena Katolik)

PEMANKAT, Pena Katolik – Pemangkat adalah kecamatan terpadat di Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat, Indonesia. Nama “Pemangkat” ini berasal dari bahawa Mandarin 邦戛 (Hakka: Pang kat, Pinyin: Bāng jiá). Sejak ratusan tahun lalu, di Pemangkat bermukim mayoritas masyarakat Tionghoa dari Suku Hakka (客家人).

Di tempat ini, kekatolikkan berkembang seiring dengan kedatangan orang Tionghoa di Kalimantan. Paroki Pemangkat didirikan secara resmi pada tahun Oktober 1907. Bahakan sebelum pendirian paroki ini, daerah ini sudah sering dikunjungi oleh para imam yang bermukim di Singkawang sejak tahun 1905.

Saat itu, Borneo masih menjadi salah satu stasi/paroki dari Vikariat Aposolik Batavia. Maka tak heran, apabila komunitas Kristen di Singkawang juga sering mendapat kunjungan dari imam Jesuit yang datang dari Batavia. Kedatangan mereka termasuk singgah ke Pemangkat dan memberikan pelayanan liturgi dan sakramen.

Permandian Pertama

Permandian pertama dicatat pada tanggal 22 November 1879 yang dilakukan oleh Pastor Staal SJ. Dari tahun 1879-1905 Pastor Staal SJ dan Pastor Schroer SJ beberapa kali mengunjungi daerah ini antara lain stasi Pelanjau (+ Buduk) dan Sempadang.

Berdasarkan catatan Pastor Malachias de Jong OFMCap bahwa pada bulan Oktober 1907, P. Marsellus Winnumuller membuka stasi Pemangkat.

Seluruh wilayah Pemangkat, termasuk Sambas dipisahkan dari Paroki Singkawang. Dan pada tahun 1909 daerah Sambas dipisahkan dari Pemangkat dan menjadi wilayah stasi sendiri.

Pastor Malachias de Jong OFMCap. (Pena Katolik)

Pemberkatan Gereja Paroki pertama di Pemangkat dilakukan oleh Mgr. Pasifikus Bos yang waktu itu masih menjadi Prefek pada tanggal 3 Juni 1908. Dari Pemangkat sebagai induknya pada tahun 1911 dibuka dua stasi tambahan yaitu Pelanjau dan Sempadang.

Dalam catatan Pastor Malachias de Jong OFMCap, ia menuliskan bahwa Sempadang adalah satu tempat di hulu sungai Selakau, di mana orang berasal dari Tiongkok mencari emas dan di antara mereja juga ada beberapa orang Katolik asal Tiongkok.

Satu kapel didirikan di sana. Mgr. Pasifikus Bos pernah menerimakan Sakramen Krisma di sana, tetapi sesudah perang pada tahun 1946-1947 kapel tersebut tinggal kerangka saja.

Sekolah Katolik

Pada masa awal ini, pastoral di daerah pemangkat termasuk juga dalam bidang Pendidikan. Di Pelanjau, salah satu kampung yang didiami oleh orang suku Dayak (Sub Suku Kanayatn) asli dan terletak dipinggir Sungai Sebangkau, di situ didirikan sebuah sekolah dan asrama yang menjadi pelopor kompleks Persekolahan Katolik Nyarumkop. Penduduk di Pelanjau sangat terbatas.

Akses jalan menuju Sambas, Pemangkat dan Singkawang sangat sulit pada waktu itu. Oleh karena itu, keperluan sekolah, medis, asrama menjadi sulit terjangkau dan tidak strategis.

Umat Katolik awal di daerah Pelanjau

Maka pada saat daerah itu ditimpa penyakit cacar, banyak anak-anak yang meninggal termasuk anak-anak sekolah. Wabah ini juga menyerang Pastor Honoratus, OFMCap, yang bahkan kemudian merenggut jiwanya di Rumah Sakit Singkawang dan dimakamkan pada tahun 1918. Penyakit cacar ini terjadi dua kali dalam kurun waktu kala itu. 

Kelahiran atau berdirinya Paroki Pemangkat disebut seperti bayi prematur (belum cukup persiapan), oleh karena itu, seperti bayi prematur Paroki Pemangkat sangat lemah dan mudah terpengaruh budaya atau tradisi dari luar.

Saat ini, Nyarungkop, Singkawang, Pemangkat menjadi pusat-pusat kekatolikan di Kalimantan Barat. Setiap tahun baptisan bertambah, seiring dengan kemajuan karya pastoral Gereja.

Samuel – (Pena Katolik)

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here