Senin, Desember 23, 2024
27.9 C
Jakarta

Bacaan Injil Hari Jumat 19 November 2021; Pekan Biasa XXXIII

Bacaan I: 1Mak 4:36-37.52-59

Mereka mentahbiskan mezbah dan dengan sukacita mempersembahkan kurban.

PADA waktu itu Yudas Makabe serta saudara-saudaranya berkata,”Musuh kita sudah hancur.Baiklah kita pergi mentahirkan Bait Allah dan mentahbiskannya kembali.” Setelah seluruh bala tentara dihimpun berangkatlah mereka ke gunung Sion.

Dalam tahun 148, pada tanggal dua puluh lima bulan ke-9, yaitu bulan Kislew, pagi-pagi benar seluruh rakyat bangun untuk mempersembahkan kurban sesuai dengan hukum Taurat di atas mezbah kurban bakaran baru yang telah mereka buat.

Tepat pada jam dan tanggal yang sama seperti waktu orang-orang asing mencemarkannya mezbah itu ditahbiskan dengan kidung yang diiringi dengan gambus, kecapi dan canang. Maka meniaraplah segenap rakyat dan sujud menyembah, serta melambungkan pujian ke Surga, kepada Dia yang memberi mereka hasil yang baik.

Delapan hari lamanya perayaan pentahbisan mezbah itu dilangsungkan. Dengan sukacita dipersembahkanlah kurban bakaran, kurban keselamatan dan kurban pujian. Bagian depan Bait Allah dihiasi dengan karangan-karangan keemasan dan utar-utar.Pintu-pintu gerbang dan semua balai diperbaharui dan pintu-pintu dipasang padanya.

Segenap rakyat diliputi sukacita yang sangat besar. Sebab penghinaan yang didatangkan orang-orang asing itu sudah terhapus. Yudas serta saudara-saudaranya dan segenap umat Israel menetapkan sebagai berikut, ‘Perayaan pentahbisan mezbah itu tiap-tiap tahun harus dilangsungkan dengan sukacita dan kegembiraan delapan hari lamanya, tepat pada waktunya, mulai tanggal dua puluh lima bulan Kislew.’

Mazmur Tanggapan: 1Taw 29:10.11abc.11d-12a.12bcd

Ref: Ya Tuhan, kami memuji nama-Mu yang agung.

  • Terpujilah Engkau, ya Tuhan, Allah Israel leluhur kami,dari kekal sampai kekal.
  • Ya Tuhan, milik-Mulah kebesaran dan kejayaan,kehormatan, kemasyhuran dan keagungan,ya milik-Mulah segala yang ada di langit dan di bumi,Ya Tuhan, milik-Mulah kerajaan.
  • Engkau yang tertinggi melebihi segala-galanya. Dalam tangan-Mulah kekuatan dan kejayaan, dalam tangan-Mulah kuasa untuk memperluas dan memperkokoh kerajaan.

Bait Pengantar Injil: Yoh 10:27

Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku, sabda Tuhan;Aku mengenal mereka, dan mereka mengikuti Aku.

Bacaan Injil: Luk 19:45-48

Rumah-Ku telah kalian jadikan sarang penyamun.

PADA waktu itu Yesus tiba di Yerusalem dan masuk ke Bait Allah. Maka mulailah Ia mengusir semua pedagang di situ. Ia berkata, “Ada tertulis: Rumah-Ku adalah rumah doa. Tetapi kalian telah menjadikannya sarang penyamun!”

Tiap-tiap hari Yesus mengajar di Bait Allah. Para imam kepala dan ahli Taurat serta orang-orang terkemuka bangsa Israel berusaha membinasakan Yesus. tetapi mereka tidak tahu, bagaimana harus melakukannya, sebab seluruh rakyat terpikat kepada-Nya dan ingin mendengarkan Dia.

Demikianlah Injil Tuhan.

Menyediakan “Rumah Doa”

Selama negeri Yehuda dikuasai oleh pasukan Siria, Yudas Makabe bersama rakyat Yahudi melakukan perlawanan dengan perang gerilya. Karena menimbulkan gangguan, Siria ingin menumpas pemberontak itu dengan mengerahkan “enampuluh ribu orang pilihan dan lima ribu pasukan berkuda. Adapun Yudas menyongsong mereka dengan sepuluh ribu orang.” (1 Mak 4:28-29) – dua kekuatan yang sangat tidak imbang. Tetapi, tiap kali akan menyerang, Yudas memimpin doa, memohon supaya Allah sendiri yang maju berperang, seperti ketika Ia menyelamatkan Israel dari pasukan Mesir di Laut Merah, dan ketika Daud melawan Goliat serta pasukan Filistin. Doa orang Yahudi pun didengar oleh Allah: pasukan Siria akhirnya ditarik mundur. Itulah situasi sebelum peristiwa yang dikisahkan dalam Bacaan Pertama hari ini.

Sesudah pasukan Siria pergi, hal pertama yang dilakukan Yudas ialah memeriksa Bait Allah. Ketika melihat keadaan Bait Allah merana dan tercemar karena ada patung Mamon di mezbahnya, mereka sangat sedih. “Mereka semua menyobek pakaiannya, mengaduh dengan sangatnya, dan menaburkan debu di atas kepalanya.” (Ay. 39). Mereka segera menyingkirkan patung berhala itu, memugar Bait Allah, dan mengganti altarnya dengan altar baru, lalu para imam mentahbiskannya dengan mempersembahkan korban di atasnya.

Umat Israel bersukaria. Hari pentahbisan itu pun setiap tahun dirayakan selama delapan hari. Kini pusat kehidupan orang Israel telah direbut kembali. Allah mereka kembali bersemayam di Bait Suci. Mereka dapat berdoa dan mempersembahkan korban sesuai Taurat.

Dengan latar belakang sejarah seperti itu kita dapat memahami, mengapa Tuhan Yesus begitu kecewa ketika Ia datang ke Yerusalem dan didapati-Nya Bait Allah dicemari oleh para pedagang. Pedagang hewan seharusnya di luar pelataran, sebab pelataran Bait Allah disediakan untuk berdoa bagi para penganut agama Yahudi dari bangsa lain; mereka dilarang masuk Bait Allah.

Dalam Bacaan Injil hari ini dikisahkan Yesus membersihkan bait Allah dari “sarang penyamun”. Di mana penyamun itu? Memang, pada hari raya, orang Yahudi datang ke Yerusalem dari berbagai tempat untuk mempersembahkan kurban. Kesempatan itu dimanfaatkan oleh para pedagang hewan dan penukar uang.

Para pedagang menjual hewannya dengan harga berlipat-lipat dari harga normal. Selain itu, untuk memberi derma di Bait Allah, umat harus menukar uang Romawi (yang bergambar kaisar kafir) dengan uang Tirus (sikal) yang tidak bergambar – dengan kurs yang sangat mahal. Agar bisa berjualan di pelataran Bait Allah, para pedagang rupanya difasilitasi oleh imam besar, dan tentu dengan “uang izin” yang besar. Bait Allah benar-benar menjadi tempat untuk mengeruk harta dengan memeras umat, yang belum tentu orang kaya.

 “Rumah-Ku adalah rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun,” (Luk 19:46), demikian seru Tuhan Yesus. Untuk kita orang Kristiani, Roh Kudus turun atas para murid Kristus. Allah lebih-lebih tinggal di tengah umat-Nya. Maka selain gedung gereja, ”Rumah Allah” itu meliputi Umat (Gereja kudus). Selain itu, tubuh kita adalah kediaman (rumah) Roh Kudus, dan keluarga kita adalah Gereja kecil. Janganlah semua ini dijadikan ”sarang” tempat berbiaknya kejahatan, tempat untuk mendewakan Mamon (uang) dan untuk mengejar kenikmatan. ”Rumah-Ku adalah rumah doa.”

Tuhan Yesus menekankan pentingnya doa. Sebelum melakukan tindakan penting Yesus berdoa kepada Bapa-Nya. Ia juga mendorong para murid-Nya supaya menjadi manusia pendoa: “selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu” (Luk 18:1). Hendaknya kita berdoa dengan rendah hati dan berserah pada Tuhan, seperti si pemungut cukai yang merunduk jauh di pojok Bait Allah, bukan seperti orang Farisi yang berdiri di depan dengan menyebutkan sederet prestasi untuk “menuntut pujian” dari Tuhan. (Lihat ayat 10-14).

Berdoa itu bukan untuk Tuhan, melainkan demi kita sendiri. Dengan sering berdoa, kita mengalami beberapa kemajuan: Pertama, kita semakin dekat dengan Tuhan. Kedua, kita semakin merasa bahwa dari diri sendiri kita tidak sanggup berbuat apa-apa; kita semakin merasa tergantung pada Tuhan. Selanjutnya, dengan sering berdoa kita menjadi tahu membedakan apa yang kita inginkan dan apa yang sebenarnya kita butuhkan. Akhirnya, kita hanya memohon sesuatu yang sejalan dengan kehendak Tuhan, sehingga bersama Bunda Maria kita dapat berseru, “Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanmu.”

Mari kita menempatkan doa sebagai andalan kekuatan kita untuk memperbaiki situasi kehidupan: dalam lingkup pribadi, keluarga, komunitas, tempat kerja, komunitas Gereja, maupun dengan semua orang yang berkehendak baik.

Doa

Ya Tuhan, Engkau selalu hadir untuk mendengarkan doaku. Semoga aku semakin dekat dengan-Mu dan selalu mengandalkan kuasa-Mu, sehingga aku berani memperbaiki keburukan dalam situasi kehidupanku, dengan jalan penuh kasih. Amin.

Selamat pagi. Selamat beraktivitas mengikuti protokol kesehatan. AMDG. Berkat TUHAN.

RS/PK/hr

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini