JAKARTA, Pena Katolik – Pada Hari Misi Sedunia: Paus Fransiskus menyerukan misi belas kasih. Ia menggarisbawahi bahwa di tengah pandemi ini ada kebutuhan akan “misi belas kasih.”
“Kita tidak bisa tidak berbicara tentang apa yang telah kita lihat dan dengar,” adalah tema yang dipilih oleh Paus Fransiskus untuk Hari Misi Sedunia 2021. Kalimat ini berasal dari Kisah Para Rasul. Dalam pesan yang dirilis pada hari Jumat, Paus menekankan bahwa, “Begitu kita mengalami kekuatan cinta Tuhan, dan mengenali kehadiran kebapakan-Nya dalam kehidupan pribadi dan komunitas kita, kita tidak bisa tidak memproklamirkan dan membagikan apa yang telah kita lihat dan dengar.”
Perkataan Para Rasul
Paus Fransiskus menjelaskan bahwa hubungan Yesus dengan murid-murid-Nya dan kemanusiaan-Nya, “menunjukkan kepada kita sejauh mana Allah mencintai kemanusiaan kita dan menjadikan-Nya sebagai milik-Nya sukacita dan penderitaan kita, harapan dan keprihatinan kita.
“Segala sesuatu tentang Kristus mengingatkan kita bahwa dia mengetahui dengan baik dunia kita dan kebutuhannya akan penebusan, dan memanggil kita untuk secara aktif terlibat dalam misi ini.”
Memfokuskan perhatiannya pada pengalaman para Rasul, Paus Fransiskus menulis bahwa para Rasul memberi tahu kita bahwa sejarah evangelisasi dimulai dengan hasrat penuh gairah Tuhan untuk memanggil dan masuk ke dalam dialog yang bersahabat dengan semua orang, sebagaimana adanya. Paus menunjukkan bahwa dengan Yesus, kita juga telah melihat, mendengar, dan mengalami bahwa segala sesuatunya bisa berbeda.
“Komunitas gerejawi mengungkapkan kemegahannya setiap kali mengingat dengan rasa syukur bahwa Tuhan lebih dulu mengasihi kita.”
Tantangan pandemi
Paus Fransiskus menekankan bahwa hidup bisa jadi sulit. Kitab Kisah Para Rasul, katanya, “mengajar kita untuk menanggung kesulitan dengan berpegang teguh pada Kristus.”
Merujuk pada pandemi Coronavirus saat ini, Paus menulis bahwa virus tersebut telah mengemukakan dan memperkuat rasa sakit, kesendirian, kemiskinan, dan ketidakadilan yang dialami oleh begitu banyak orang.
“Virus itu telah membuka kedok rasa aman kita yang salah dan mengungkapkan kehancuran dan polarisasi yang diam-diam tumbuh di tengah-tengah kita.”
Dia melanjutkan dengan mengatakan bahwa mereka yang paling lemah dan rentan telah merasa lebih dari itu. Di tengah pandemi ini, Paus menggarisbawahi, “ketika ada godaan untuk menyamarkan dan membenarkan ketidakpedulian dan apatis atas nama jarak sosial yang sehat, ada kebutuhan mendesak akan misi belas kasih, yang dapat menjadikan jarak yang diperlukan itu sebagai kesempatan untuk bertemu, perawatan dan promosi.