SEMARANG, Pena Katolik – Keuskupan Agung Semarang, Jawa Tengah, mulai kembali mengizinkan Misa Minggu di gereja. Keputusan itu diambil menyusul penurunan level PPKM Kota Semarang ke level 2. Koordinator Satgas Penanganan Covid-19 Keuskupan Agung Semarang, Romo YR Edy Purwanto mengatakan, misa di gereja dibuka secara bertahap, dengan hanya umat berusia 12-60 tahun yang diizinkan masuk gereja.
“Memang ada pembatasan, anak-anak belum diizinkan masuk gereja,” ungkap Romo Edy kepada KBR di Semarang, Rabu 1 September 2021.
Kebijakan lain saat Misa di gereja adalah pembatasan jumlah umat yang mengikuti Misa hanya 50 persen dari kapasitas tempat ibadah. Untuk dapat mengikuti Misa, umat tidak diwajibkan sudah vaksin.
“Kami tidak mensyaratkan bahwa harus vaksin, nanti menimbulkan ketidakadilan jika diharuskan vaksin. Karena masih banyak jemaah yang belum divaksin jadinya. Namun, syarat yang diberlakukan gereja itu masih sama sebelum adanya PPKM darurat. Kapasitas disesuaikan dengan instruksi menteri dalam negeri atau surat edaran menteri agama yang terbaru artinya kita menyesuaikan,” ujar Romo Edy.
Pesan Uskup
Menyambut penurunan level PPKM di Semarang ini, Uskup Agung Semarang Mgr. Robertus Rubiyatmoko mengajak masyarakat untuk memanfaatkan sejumlah pelonggaran ini dengan tetap menerapkan protokol kesehatan.
“Maka baik, kalau kita mulai menyiasati situasi ini, kondisi ini, dengan sebaik mungkin. Tanpa melalaikan usaha-usaha kita untuk menjaga dan mengupayakan kesehatan bersama. Yakni dengan mempertahankan atau mengupayakan protokol kesehatan yang optimal. Yakni dengan mempertahankan atau mengikuti 5M,” jelas Mgr. Rubiyatmoko.
Dalam video yang diunggah oleh kanal resmi Keuskupan Agung Semarang, Mgr. Rubiyatmoko berharap, paroki-paroki di daerah dapat mulai mengadakan pertemuan dalam kelompok kecil. Langkah tersebut dilakukan untuk membangun rasa kebersamaan umat di tengah kondisi pandemi Covid-19.
“Saya mendorong panjenengan (Anda) semua, agar memanfaatkan kesempatan dengan sebaik mungkin untuk bisa bertemu dan bersama teman-teman yang lain, merayakan peribadatan di gereja dan di kapel,” jelasnya, Jumat 28 Agustus 2021.
Mulai melandainya penyebaran kasus Covid-19 khususnya di Jawa Tengah, menurut
Mgr. Rubiyatmoko tetap mengingatkan umat agar jangan sampai membuat masyarakat terlena. Justru, kondisi tersebut mestinya dapat terus meningkatkan kewaspadaan masyarakat. Hal tersebut sebagai upaya untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19.
Mgr. Rubiyatmoko menambahkan bahwa selain 5M, ada 2 semangat dasar yang mesti terus dimiliki oleh orang beriman. Yaitu berdoa dan berbahagia.
“Bukan sebagai sarana untuk melarikan diri dari realitas. Namun, sebaliknya, justru kita mempercayakan diri pada pengharapan akan penyertaan dan pertolongan Tuhan,” tambahnya.