Rabu, Desember 18, 2024
31.7 C
Jakarta

Dosen Islamologi di STFK Ledalero apresiasi tulisan ilmiah tentang Islam Nusantara

Seusai ujian skripsi, Guido Alvin bergambar bersama  Pastor Puplius Buru (kiri) dan Pastor Hendrik Maku (kanan) (Dokpri Guido)
Seusai ujian skripsi, Guido Alvin bergambar bersama Pastor Puplius Buru (kiri) dan Pastor Hendrik Maku (kanan) (Dokpri Guido)

Dosen Islamologi di STFK Ledalero Pastor Hendrikus Maku mengapresiasi tulisan ilmiah Guido Alvin Clementino Tuas, mahasiswa Sekolah Tinggi Filsafat Katolik Ledalero, dengan tema “Islam Nusantara Menurut Nahdlatul Ulama dan Islam Wasathiyah Menurut Azyumardi Azra serta Relevansinya dalam Menciptakan Kehidupan yang Damai dan Toleran di Indonesia.”

Sebagai orang muda yang nanti banyak terlibat dalam kehidupan di tengah keberagaman, tegas Pastor Hendrik, “mahasiswa harus mampu mengimplementasi apa yang ditulis itu dalam kehidupan sehari-hari, dalam dialog terbuka dan memberikan pemahaman akan pentingnya menjaga keberagaman di tengah pluralitas bangsa Indonesia.”

Guido, mempertanggungjawabkan skripsinya dalam sidang di Pendopo Timur Ledalero, Maumere, 4 Juni, di hadapan dua dosen penguji yakni Pastor Hendrik dan Pastor Puplius Meinrad Buru. Pastor Puplius mengapresiasi tema aktual dan menarik itu yang “merupakan sisi lain dari Islam yang perlu diangkat agar diketahui juga oleh lebih banyak orang Katolik.”

Tema itu sangat menarik, kata Pastor Puplius, “karena di tengah banyak sikap radikalisme yang mengatasnamakan Islam yang marak berkembang, tulisan ini membahas begitu baik soal bagaimana Islam hadir sebagai wajah damai dan toleran di tengah keberagaman bangsa.”

Sidang skripsi itu diakhiri dengan lagu “Dari Sabang sampai Merauke” oleh mahasiswa yang diuji. Usai ujian, Guido mengatakan kepada PEN@ Katolik bahwa “di tengah maraknya sikap radikalisme dan juga kekerasan dan terorisme atas nama agama, ternyata Islam sejak dahulu sudah menerapkan prinsip kehidupan yang damai juga toleran terhadap keberagaman di Indonesia.”

Mahasiswa asal pulau Timor itu lebih lanjut mengatakan bahwa Islam masuk melalui budaya sebagai jalan dakwah, sama dengan Katolik yang menerapkan inkulturasi sebagai bagian cara beribadah dan beragama di Indonesia. (PEN@ Katolik/Yuven Fernandez)

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini