“Saling mendengarkan; dan semua mendengarkan Roh Kudus.” Agar sinodalitas yang diinginkan Paus Fransiskus sejak awal masa kepausannya jadi konkret dan terlihat, Sinode Para Uskup berikutnya, yang dijadwalkan Oktober 2023, tidak hanya akan dirayakan di Vatikan tetapi juga di setiap Gereja partikular di lima benua, dengan mengikuti perjalanan tiga tahun yang dibagi menjadi tiga fase: keuskupan, benua dan universal.
Sekretariat Jenderal Sinode Para Uskup mengumumkan rencana perjalanan sinode baru itu hari Jumat 21 Mei dalam sebuah dokumen yang disetujui Paus. “Keseluruhan proses sinode itu hanya bisa benar-benar ada kalau gereja-gereja lokal terlibat dalam proses itu,” kata dokumen itu. “Agar sungguh-sungguh mendapat peranserta dari gereja-gereja lokal, dalam proses ini harus ada juga keterlibatan lembaga-lembaga gerejawi lain, seperti, Sinode Gereja-Gereja Katolik Timur, Dewan-Dewan dan Sidang-Sidang Gereja-Gereja sui iuris, dan Konferensi Waligereja, dengan entitas nasional, regional, dan kontinental mereka sendiri.”
Sinode itu disusun oleh Paus Paulus VI sebagai cara untuk melanjutkan pengalaman kolegial Konsili Vatikan II. Dalam perayaan-perayaan memperingati 50 tahun pembentukan Sinode Para Uskup, Paus Fransiskus mengungkapkan keinginannya untuk berjalan bersama bagi “awam, para imam, Uskup Roma.” Sekarang, untuk pertama kalinya, Sinode “yang terdesentralisasi” dirayakan.
Langkah sinode itu akan dimulai di Vatikan, di hadapan Paus, 9 dan 10 Oktober 2021 dengan waktu perjumpaan dan refleksi, dilanjutkan momen doa dan perayaan Ekaristi. Gereja-Gereja partikular akan memulai perjalanan mereka di hari Minggu, 17 Oktober, di bawah kepemimpinan uskup diosesan.
Tujuan fase ini adalah konsultasi Umat Allah. Untuk maksud itu, Sekretariat Sinode akan mengirimkan Dokumen Persiapan disertai Kuisioner dan Vademecum dengan proposal untuk melaksanakan musyawarah di setiap Gereja partikular. Dokumen yang sama akan dikirim ke Kuria Dikasteri-Dikasteri, Persatuan Para Superior dan Pemimpin Tinggi Tarekat Religius, persatuan atau federasi hidup bakti, gerakan-gerakan awam internasional, universitas-universitas atau fakultas-fakultas teologi.
Sebelum Oktober 2021, setiap uskup akan menunjuk seorang wakil keuskupan sebagai titik rujukan dan penghubung dengan Konferensi Waligereja. Pada gilirannya, konferensi itu akan menunjuk wakil atau tim untuk berkoordinasi dengan Sekretariat Jenderal Sinode.
Pencermatan keuskupan berujung pada “Pertemuan Pra-Sinode.” Kontribusi-kontribusi akan dikirim ke Konferensi Episkopal mereka sendiri. Para uskup, yang berkumpul dalam sidang untuk masa pencermatan, akan membuat sintesis yang akan mereka kirimkan ke Sekretariat Jenderal Sinode. Tahap pertama ini akan selesai April 2022.
Setelah bahan diperoleh, Instrumentum laboris pertama akan disusun, yang akan diterbitkan dan dikirim ke Gereja-Gereja partikular pada September 2022.
Ini akan menandai dimulainya fase kedua, kontinental, yang dijadwalkan berlangsung dari September 2022 hingga Maret 2023. Tujuannya adalah terlibat dalam dialog tentang Instrumentum laboris. Akhirnya, setiap pengelompokan kontinental akan menyusun catatan akhir, yang akan mereka kirim ke Sekretariat Jenderal pada Maret 2023.
Berdasarkan tanggapan-tanggapan itu, sekretariat akan menyusun Instrumentum laboris kedua. Publikasinya direncanakan Juni 2023. Perjalanan sinode akan memuncak bulan Oktober 2023 dengan perayaan Sidang Para Uskup di Roma, sesuai prosedur yang diperbarui tahun 2018 oleh Paus Fransiskus dalam Konstitusi Episcopalis communio. (PEN@ Katolik/paul c pati/Salvatore Cernuzio/Vatican News)