Sidang Umum ke-38 Dewan Episkopal Amerika Latin (CELAM), secara virtual, 18-21 Mei, yang dihadiri 85 peserta, termasuk enam kardinal dan lima puluh uskup, dengan tema, “Menenun mimpi, memperbarui komitmen,” diharapkan menyetujui sembilan reorganisasi dan prinsip pembaruan, setelah proses konsultasi dua tahun yang melibatkan semua 22 konferensi waligereja anggota.
Proses ini bertujuan untuk menjadikan Gereja di Amerika Latin dan Karibia lebih misionaris, sinode dan supel, seperti yang ditunjukkan oleh Paus Fransiskus. Sembilan prinsip tersebut adalah sinodalitas, kolegialitas, pertobatan integral, menjadi suara kenabian, memiliki visi integral, efektivitas, jaringan, meningkatkan desentralisasi, menyambut dan berkontribusi pada Magisterium Gereja.
Ketika membuka sidang itu, Ketua CELAM Uskup Agung Trujillo Mgr Miguel Cabrejos, menekankan peran CELAM sebagai “kekuatan pendorong” untuk membangkitkan hati nurani misionaris Gereja di Benua itu, untuk meningkatkan pertobatan pastoral permanen dan Gereja ramah dan sinodal, yang “berjalan bersama Umat Allah dan Konferensi-Konferensi Waligereja.”
Mgr Cabrejos menguraikan ciri-ciri utama proses pembaruan itu dengan mengatakan, ciri khasnya adalah empat “mimpi” profetik yakni “sosial, budaya, ekologis dan gerejawi.” Empat mimpi itu dikemukakan oleh Paus Fransiskus dalam Seruan Apostolik Querida Amazonia setelah Sinode di Amazonia tahun 2019.
Presiden CELAM itu tekankan perlunya kelincahan, fleksibilitas, integrasi, interkomunikasi lebih besar dalam Dewan itu untuk membuat pelayanannya lebih efektif untuk Konferensi-Konferensi Waligereja dan Umat Allah di Amerika Latin dan Karibia. “Kami ingin letakkan dasar-dasar Gereja yang sinodal di Benua ini, untuk beralih dari kolegialitas episkopal ke kolegialitas sinodal,” jelas Mgr Cabrejos.
Mgr Cabrejos mengklarifikasi, sebagai dewan episkopal, CELAM tetap merupakan badan pendukung yang peka terhadap “berbagai realitas dan tantangan pastoral yang muncul” dalam setiap konteks. CELAM, lanjut uskup agung itu, ingin menjadi “generator proses dan bukan peristiwa” dan memberikan pelayanan lebih gesit untuk “memperkuat aksi Konferensi-Konferensi Waligereja.”
Mgr Cabrejos akhirnya menunjukkan bahwa saat ini Dewan itu fokus pada tiga arah yakni proses pembaruan sendiri, Konferensi Gerejawi Amazon (CEAMA) yang didirikan tahun 2020 setelah Sinode di Amazonia, dan Sidang Gerejawi pertama Amerika Latin dan Karibia, yang akan diadakan bulan November di Mexico City dengan tema “Kita semua adalah murid misionaris yang ramah.”
Dalam acara penting itu peserta memeriksa, merenungkan, dan memperkuat hasil Konferensi Episkopal Kelima Amerika Latin dan Karibia, tahun 2007, yang juga dikenal sebagai “Konferensi Aparecida.”
Seperti yang dijelaskan Paus Fransiskus dalam pesan video 24 Januari tahun ini, sidang ini jadi acara pertama dalam sejarah CELAM yang libatkan seluruh umat Allah yang sedang berjalan bersama dalam misi: umat awam, kaum hidup bakti, para imam, uskup, yang semua terlibat dalam proses persiapan.
Dewan Episkopal Amerika Latin didirikan tahun 1955 di Rio de Janeiro, Brasil, sebagai badan persekutuan dan kerja sama yang mendukung Konferensi-Konferensi Waligereja di Amerika Latin dan Karibia.
Setelah Konsili Vatikan Kedua (1962–1965), dewan yang berbasis di Bogotá (Kolombia) itu memperluas cakupannya. CELAM bertemu setiap empat tahun untuk Sidang Biasa saat para ketua dari 22 Konferensi Waligereja menguraikan pedoman pastoralnya dan memilih badan pengarahnya.
Secara berkala, dewan itu juga mengadakan konferensi umum tentang masalah-masalah besar, yang pertama diadakan tahun 1968 di Medellin, Kolombia. Yang terakhir adalah Konferensi Aparecida saat Uskup Agung Bergoglio saat itu memainkan peran sentral.(PEN@ Katolik/paul c pati/Lisa Zengarini/Vatican News)