Menyambut para peziarah dari Polandia pada Audiensi Umum hari Rabu, 12 Mei, Paus Fransiskus mengenang peringatan 40 tahun percobaan pembunuhan terhadap Santo Paus Yohanes Paulus II. “Dia yakin bahwa dia berhutang nyawa pada Bunda Maria dari Fatima,” kata Paus seraya mengatakan, “ini membuat kita sadar bahwa hidup kita dan sejarah dunia ada di tangan Tuhan.”
Paus Yohanes Paulus II ditembak dan terluka parah saat melewati Lapangan Santo Petrus dengan mobil terbuka dalam Audiensi Umum hari Rabu, 13 Mei 1981, pada pesta liturgi Bunda Maria dari Fatima. “Mari percayakanlah Gereja, diri kita sendiri dan seluruh dunia kepada Hati Maria Tak Bernoda. Mari berdoa untuk perdamaian, untuk berakhirnya pandemi, untuk semangat penyesalan dan pertobatan kita,” kata Paus.
Mengingat hari raya 13 Mei didedikasikan untuk Bunda Maria dari Fatima, Paus berkata, “Marilah kita menempatkan diri kita di bawah perlindungan keibuannya, terutama ketika kita menemukan diri kita dalam kesulitan dalam kehidupan doa kita.”
Ketika ditembak, Santo Paus Yohanes Paulus II, yang masih berusia 60 tahun dan masih dalam kondisi kesehatan fisik prima, mengangkat dan menggendong seorang gadis kecil berambut pirang keriting. Orangtuanya baru saja mengangkat gadis kecil itu kepada Paus untuk mendapat berkat. Segera setelah itu, tembakan senjata terdengar, Paus jatuh di pelukan sekretarisnya, dan kendaraan putih yang membawanya segera menuju Vatikan. Lalu, bergegas ke Rumah Sakit Gemelli, sementara doa-doa dipanjatkan oleh umat yang tercengang seluruh dunia, dan harapan dihidupkan setelah operasi panjang dan rumit.
Gambar-gambar dokumenter yang dibuat empat tahun setelah percobaan pembunuhan itu memperlihatkan jendela studi kepausan yang kosong dan suara Paus terdengar, dikirim melalui radio kepada umat beriman di Lapangan Santo Petrus. Paus Yohanes Paulus II tidak pernah melewatkan pertemuan mingguan hari Minggu, bahkan 17 Mei 1981 itu, Paus itu memimpin Regina Coeli pertama setelah serangan itu. Dengan suara samar yang direkam dari ranjang rumah sakit, Paus itu berkata, “Saya berdoa untuk saudara yang menembak saya, yang telah saya ampuni dengan tulus. Bersatu dengan Kristus, Imam dan Korban, saya mempersembahkan penderitaan saya bagi Gereja dan dunia.”
Kata-kata pertama dari Paus yang hampir terluka parah itu adalah kata-kata pengampunan bagi penyerangnya. Dan pesan ini menghantam hati seluruh dunia dengan kekuatan yang lebih besar, 27 Desember 1983, ketika Paus Yohanes Paulus II, Paus yang menulis ensiklik Dives in Misericordia, memasuki penjara Rebibbia Roma untuk mengunjungi sel Ali Agca, untuk memeluk orang muda yang ingin membunuhnya. Film dokumenter itu menampilkan video lengkap perjumpaan itu, tetapi tanpa audio, karena tidak ada yang diizinkan mendekat dan mendengarkan apa yang dikatakan Paus dan penyerangnya.
Itulah gambar-gambar mencolok dan mengharukan, dan membawa kita kembali ke inti pesan Kristiani dan secara konkret menampilkan yang dikatakan penerus Paus Yohanes Paulus II yakni Paus Fransiskus saat mengunjungi para uskup Meksiko yang berkumpul di Katedral Mexico City, 23 Februari 2016, “Satu-satunya kekuatan yang mampu menaklukkan hati pria dan wanita adalah kelembutan Allah. Yang menyenangkan dan menarik, yang merendahkan dan mengatasi, yang membuka dan melepaskan, bukanlah kekuatan peralatan atau kekuatan hukum, melainkan kelemahan yang mahakuasa dari cinta ilahi, yang merupakan kekuatan yang tak tertahankan dari kelembutannya dan janji belas kasihannya yang tak dapat ditarik kembali.” (PEN@ Katolik/paul c pati/Linda Bordoni/Andrea Tornielli/Vatican News)
Saksikan video Santo Paus Yohanes Paulus II memaafkan penyerangnya