Paus Fransiskus mengajak umat beriman dalam Regina Coeli di Lapangan Santo Petrus, pada Minggu kelima Paskah, 2 Mei, untuk bertanya pada diri sendiri “dalam arti apa Yesus membutuhkan kita?” dan Paus sendiri menjawab, “Dia membutuhkan kesaksian kita.”
Setelah Yesus naik kepada Bapa, Dia mengenang, adalah tugas para murid, dan adalah tugas kita, untuk terus memberitakan Injil dengan kata-kata dan perbuatan. Kita harus melakukannya, kata Paus, dengan memberikan kesaksian tentang kasih-Nya. “Buah yang akan dihasilkan adalah cinta.”
Hanya dengan tetap bersatu dengan Kristus, jelas Paus, kita “menerima karunia Roh Kudus, dan dengan cara ini kita bisa berbuat baik kepada sesama dan masyarakat kita, kepada Gereja.” Kehidupan Kristen yang sejati, tegas Paus, “memberikan kesaksian tentang Kristus.”
Apa yang dikatakan Paus itu merupakan bagian dari komentarnya tentang Injil Yohanes (Yoh 15, 1-8) di mana Tuhan menampilkan diri-Nya sebagai pokok anggur yang benar. Berbicara tentang kita sebagai ranting-ranting yang tidak dapat hidup tanpa dipersatukan dengan-Nya, Paus menjelaskan bahwa sama seperti kita membutuhkan Tuhan, Yesus membutuhkan kita.
“Tidak ada tanaman anggur tanpa ranting, dan sebaliknya. Ranting-ranting tidak mandiri, tetapi bergantung sepenuhnya pada pokok anggur, yang merupakan sumber keberadaan ranting-ranting itu,” kata Paus seraya mencatat bahwa bacaan Injil pada hari itu mengulangi kata kerja “tinggal” tujuh kali.
“Sebelum meninggalkan dunia ini dan pergi kepada Bapa, Yesus ingin meyakinkan murid-murid-Nya bahwa mereka dapat terus dipersatukan dengan Dia,” jelas Paus seraya menambahkan bahwa “Tinggal ini bukanlah persoalan tinggal secara pasif, persoalan “tidur” dalam Tuhan, dan membiarkan diri dibuai oleh kehidupan.” Tinggal di dalam Dia yang Yesus usulkan, kata Paus, adalah tinggal secara aktif, dan timbal balik.
Kenyataannya, lanjut Paus, ranting-ranting tidak bisa tumbuh dan berbuah tanpa pokok anggur, sebagaimana pokok anggur membutuhkan ranting-ranting karena buah tidak tumbuh di batang pohon. “Inilah kebutuhan timbal balik; Inilah persoalan saling tinggal untuk menghasilkan buah,” kata Paus.
Pertama-tama, kata Paus Fransiskus, kita membutuhkan Dia. “Sebelum taat pada perintah-perintah-Nya, sebelum sabda bahagia, sebelum perbuatan belas kasih, perlulah ikut bersama Dia, untuk tinggal di dalam Dia.”
“Kita tidak bisa menjadi umat Kristen yang baik kalau kita tidak tinggal di dalam Yesus. Namun dengan Dia, kami bisa melakukan segalanya,” kata Paus yang menambahkan bahwa Yesus juga, seperti pokok anggur dengan ranting-ranting, membutuhkan kita.
Paus mengingat kata-kata Yesus, “Jikalau kamu tinggal di dalam aku, dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya,” dan juga menjelaskan bahwa kesuburan hidup kita bergantung pada doa: “Kita bisa minta untuk berpikir seperti Dia, bertindak seperti Dia, melihat dunia dan melihat sesuatu dengan mata Yesus. Dan dengan cara ini, mencintai saudara dan saudari kita, mulai dari yang termiskin dan mereka yang paling menderita, seperti yang Dia lakukan, dan mencintai mereka dengan hati-Nya dan membawa ke dunia buah-buah kebaikan, kasih dan perdamaian.”(PEN@ Katolik/paul c pati/Vatican News)