“Engkau telah menciptakan kami bagi Diri-Mu, ya Allahku, dan hati kami tiada tenang sebelum beristirahat di dalam Dikau.” (Santo Agustinus)
Banyak peziarah ke Italia datang ke Roma karena sejarah Kristennya yang tak tertandingi. Tempat-tempat lain, seperti Assisi, San Giovanni Rotondo, dan Milan, yang terkenal dengan suasana bisnis dan mode duniawi, sering kali terlewatkan. Meskipun sebagai ibu kota wilayah Lombardia, Milan tidak seharusnya mengingatkan spiritualitas, namun mungkin mengejutkan bahwa kota itu memiliki tradisi religius yang panjang. Pelancong religius menemukan bahwa ziarah di Milan adalah perjalanan yang bermanfaat dan berharga.
Hanya sedikit keuskupan Katolik di seluruh dunia bisa berbangga memiliki dua dari empat Pastor Latin dan Pujangga Gereja yakni Santo Ambrosius dan Santo Agustinus. Santo Ambrosius menjabat sebagai Uskup Agung Milan pada abad ke-4 dan merupakan salah satu tokoh gerejawi paling berpengaruh dari seluruh periode patristik.
Santo Agustinus dari Hippo belajar di Milan. Penasaran dengan keterampilan oratoris Ambrosius, Agustinus menjadi Kristen setelah mendengarkan khotbahnya. Karena ibunya, Santa Monika, Agustinus dibaptis oleh Santo Ambrosius di katedral kota itu di Malam Paskah tahun 387. Agustinus menulis tentang pertobatannya dalam karyanya yang paling terkenal, Confessions.
Uskup agung lain yang duduk di tahta uskup Milan adalah Santo Carolus Borromeus pada abad ke-16. Pada abad ke-20, Paus Pius XI dan Santo Paus Paulus VI masing-masing meninggalkan katedral episkopalnya, Milan, setelah terpilih menjadi paus di Roma.
Kini Keuskupan Agung Milan masih merupakan sebuah pusat kekuatan Katolik. Itulah keuskupan terbesar di Eropa, dan memiliki lebih banyak imam daripada keuskupan lain di dunia.
Fakta Katolik aneh lainnya adalah, Milan itu salah satu dari sedikit gereja lokal di dunia Katolik Barat yang punya ritus liturgi bersejarahnya sendiri yakni Ritus Ambrosian. Berbeda dengan ritus Romawi biasa yang dirayakan hampir di mana-mana di Gereja Katolik Barat, Ritus Ambrosian dari Milan masih digunakan di sebagian besar Keuskupan Agung Milan dan daerah-daerah sekitarnya.
Ziarah religius kami ke Milan dimulai di Katedral Milan, yang dikenal sebagai Duomo dalam bahasa Italia. Dengan ciri khas puncak-puncak yang membumbung tinggi di udara serta menara-menara yang menunjuk langit, katedral Gotik itu langsung dikenal di seluruh dunia.
Gereja itu perlu waktu hampir enam abad untuk menyelesaikannya dan merupakan gereja terbesar kelima di dunia. Gereja itu bisa menampung hingga 40.000 orang dengan nyaman (dalam waktu non-pandemi, tentu saja). Interior yang luas, meskipun sangat gelap, penuh dengan sarkofagus, kapel yang dihias, altar, patung, dan banyak karya seni.
Dekat paduan suara ada pintu masuk ke ruang bawah tanah yang mengarah ke makam Santo Carolus Borromeus (1538-1584). Anak keluarga Milan terkemuka itu menjadi Uskup Agung Milan dari tahun 1564 hingga 1584. Ia terkenal karena memainkan peran utama dalam Kontra-Reformasi atau tanggapan Gereja Katolik terhadap Reformasi Protestan yang dilancarkan dalam Konsili Trente. Dia bertanggung jawab atas perubahan-perubahan signifikan dalam Gereja Katolik, termasuk pendirian seminari modern. Hari pestanya adalah 4 November.
Dengan sedikit biaya, pengunjung dapat melihat Tesoro del Duomo, atau Perbendaharaan Katedral yang pamerkan banyak koleksi seni abad pertengahan. Di ruang bawah tanah ada juga Tempat Pembaptisan Kristen Paleo abad ke-4 dan reruntuhan katedral sebelumnya. Kemungkinan besar inilah tempat Santo Ambrosius membaptis Santo Agustinus. Boleh juga naik ke atap, dengan biaya, untuk melihat pemandangan kota Milan yang menakjubkan.
Status Duomo sebagai tempat ibadah dan sejarahnya, serta arsitektur dan karya seninya, menjadikannya harta spiritual dan budaya. (PEN@ Katolik/paul c pati/Bret Thoman OFS/Aleteia)