Dalam audiensi dengan peserta kursus tahunan tentang forum internal yang diadakan oleh Penitensaria Apostolik di Aula Paulus VI, 12 Maret, Paus Fransiskus membahas tiga ungkapan yang menjelaskan makna Sakramen Rekonsiliasi, yang pertama, “menyerahkan diri pada Cinta,” yang kedua, “membiarkan diri diubah oleh Cinta,” dan ketiga, “sesuai dengan Cinta.”
Dalam sambutan kepada para bapa pengakuan dalam kursus online karena pandemi saat ini, Paus mengatakan bahwa cinta adalah inti dari pengakuan dosa yang baik. “Datang mengaku dosa bukan datang kepada jasa pencuci pakaian untuk menghilangkan noda. Tidak. Bukan itu.”
Langkah pertama untuk pengakuan dosa yang baik, kata Paus, “adalah tindakan iman, penyerahan diri, dengan cara itu orang yang bertobat (peniten) mendekati Yang Maharahim.”
Karena itu, lanjut Paus “setiap bapa pengakuan harus selalu mampu mengagumi saudara-saudara yang, dengan iman, meminta pengampunan Allah … Rasa sakit atas dosa-dosa seseorang adalah tanda penyerahan diri dengan harapan besar pada Cinta.”
“Menjalani Pengakuan Dosa dengan cara ini berarti membiarkan diri diubah oleh Cinta,” tegas Paus. Dan, saat merenungkan ungkapan kedua ini, Paus mengatakan, orang yang bertobat yang berjumpa dengan “sinar Cinta yang ramah ini, membiarkan dirinya diubah oleh Cinta,” yang mengubah “hati dari batu menjadi hati dari daging.”
Itu, “sama dalam kehidupan emosional: seseorang diubah karena perjumpaan pertemuan dengan cinta yang besar,” kata Paus seraya mengatakan kepada peserta bahwa bapa pengakuan yang baik “selalu dipanggil untuk melihat keajaiban perubahan, memperhatikan karya Rahmat dalam hati peniten, dan mendorong sebanyak mungkin aksi perubahan.”
Tentang ungkapan ketiga, sesuai dengan Cinta, Paus mengatakan, “keinginan nyata untuk bertobat menjadi konkret dalam hubungannya dengan cinta Allah yang diterima.” Dengan mencintai saudara dan saudari kita, Paus menggarisbawahi, “kita memperlihatkan kepada diri sendiri, kepada dunia, dan kepada Allah bahwa kita benar-benar mencintai Dia, dan kita sesuai, selalu tidak memenuhi syarat, pada belas kasihan-Nya.”
Paus kemudian mengatakan, “selain keutamaan cinta, para bapa pengakuan yang baik selalu menunjukkan cinta yang sangat diperlukan akan sesama, sebagai ruang olah raga harian untuk melatih cinta kepada Allah.”
Selain menekankan pentingnya sering mengaku dosa sebagai “cara pengudusan, sekolah iman, penyerahan diri, perubahan dan kesesuaian dengan Cinta yang penuh belas kasihan dari Bapa,” Paus mengatakan, “Kita masing-masing adalah pendosa yang diampuni, yang ditempatkan untuk melayani orang lain, sehingga mereka juga, melalui perjumpaan sakramental, bisa berjumpa dengan Cinta yang telah mempesona dan mengubah hidup kita itu.”(PEN@ Katolik/paul c pati/Vatican News)
Sungguh saya sangat berbahagia menjadi anak Kristus, tidak bisa saya tuliskan dengan kata kata, tetapi kebahagiaan dan kesedihan yg kualami sepanjang hidupku, sungguh kuradakan semuanya itu berkat campur tangan Yesus, Yesus menjafi REM dalam kehidupanku
Sungguh luar biasa pernyataan Bpk Paus. Sy sangat bangga menjadi org katolik. namun harapan yg sy inginkan sebagaimana yg disarankan oleh bpk Paus, sunggu jarang kta jumpai kenyataan seperti ini.
Harapan sy semoga suatu kelak menjadi kenyataan !