Minggu, Desember 22, 2024
28.6 C
Jakarta

Agama tidak boleh dibawa dalam politik, tetapi memperkuat iman di dalam berpolitik

Lumentut
PEN@ Katolik/A. Ferka

“Agama tidak boleh dibawa dalam politik. Agama untuk memperkuat iman di dalam berpolitik. Apa yang kita buat sehari-hari tentu Tuhan tidak akan tutup mata,” kata Wenny Lumentut pada acara syukuran pelantikannya sebagai Wakil Walikota Tomohon bersama Lembaga Pembinaan Dan Pengembangan Pesta Paduan Suara Gerejani Pesparani Katolik Daerah (LP3KD) Sulawasi Utara dan Kaum Bapak Katolik Keuskupan Manado (KBK-KM) yang diadakan di Terung Kabasaran Kolongan, Tomohon, 6 Maret 2021.

Acara syukuran itu ditandai dengan Misa yang dipersembahkan oleh Pastor Yangko Alo Pr, Pastor Hanny Mentang Pr, Pastor Christ Santie MSC dan Pastor Andre Santie MSC. Di akhir Misa, keempat imam itu mendoakan dan memberi berkat pengutusan kepada Lumentut, yang juga bertugas sebagai Ketua LP3KD Sulut dan Penasehat Awam KBK-KM.

Dalam sambutannya, Lumentut mengungkapkan, ia (dan Walikota Tomohon Caroll Senduk) tidak mengkotak-kotakkan denominasi gereja yang satu dengan yang lain tapi ia minta pelayan-pelayan dalam pemerintahan ada perwakilan dari Katolik dengan jumlah persentase tertentu. “Saya tidak akan mengkotak-kotakkan agama suatu dengan agama yang lain supaya proporsional saja. Supaya Tomohon bisa berjalan dengan baik,” tegasnya.

Disebutkan bahwa dalam beberapa hari setelah pelantikan, hal itu sudah dimulai terlihat seperti dalam Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) dan Badan Kerja Sama Antar Umat Beragama (BKSAUA).

Di FKUB Tomohon, jelas mantan anggota DPRD Sulut itu, biasa cuma 1 sampai 2 orang, sekarang sudah 3 sampai 4 orang dan di BKSAUA biasa cuma 4 orang, sekarang sudah 7 sampai 8 orang. “Dalam 1 hingga 2 ke depan sudah akan keluar Surat Keputusan FKUB dan BKSAUA,” ujarnya.

Lumentut menegaskan, ia dan Caroll bertekad menjadikan Tomohon sebagai Kota Pendidikan dan Kota Religius yang lebih baik dan maju serta sejahtera rakyatnya. Itulah sebabnya, sejumlah program telah disiapkan dan dilaksanakan, jelasnya.

Menurut Wikipedia, sejak dulu Tomohon dikenal sebagai kota pendidikan dan kota agama, karena di sinilah para misionaris dari negeri Belanda menetap dan membuka sekolah-sekolah, rumah sakit dan menjadi pusat penyebaran agama Kristen di Tanah Minahasa. Tomohon memiliki fasilitas pendidikan mulai dari TK hingga perguruan tinggi atau universitas. Fasilitas pendidikan ini dikelola oleh pemerintah dan swasta.

Selain Universitas Kristen Indonesia Tomohon yang dulu dikenal dengan Fakultas Teologi, dan Sekolah Pendeta, di kota ini ada juga Pendidikan Guru Agama (PGA). Sementara Gereja Katolik juga memiliki Seminari Menengah Kakaskasen dan Sekolah Pendidikan Guru (SPG) Don Bosco. Ada juga berbagai sekolah lainnya baik yang dijalankan oleh lembaga agama dan swasta serta pemerintah yang membuat banyak anak dari luar Tomohon bahkan luar provinsi Sulawesi Utara datang bersekolah di Tomohon.

Di Tomohon berdiri Kantor Sinode Gereja Masehi Injili Minahasa (GMIM) dan rumah Uskup Manado dulu berada di Tomohon. Berbagai biara juga berdiri di Tomohon.

Wikipedia mencatat, mayoritas masyarakat Kota Tomohon memeluk agama Kristen yakni 96,52% (Protestan 72,83% dan Katolik 23,69%, berdasarkan BPS 2020) dan menjadi pusat penyebaran agama Kristen Protestan di Minahasa. Kantor Konferensi Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh wilayah Tomohon dan Minahasa Selatan berpusat di Tomohon. Di Tomohon juga terdapat pemeluk agama Buddha yang memiliki vihara di Kelurahan Kakaskasen III. Sebagian besar masyarakat Tomohon yang beragama Islam menetap di kelurahan Kampung Jawa. Terdapat juga pesantren berada di Kelurahan Kinilow.

Dalam kaitan dengan kesejahteraan masyarakat, Lumentut menegaskan, telah menaikkan dana duka bantuan pemerintah dengan proses yang lebih cepat. “Kalau sebelumnya hanya berjumlah satu hingga dia juta rupiah maka sekarang sudah empat juta rupiah. Kalau pembayaran sebelumnya memakan waktu satu hingga dua bulan, sekarang begitu ada duka maka paling lambat sebelum penguburan dananya sudah diserahkan. Dan, kalau tidak terjadi seperti itu, lurah diganti, camat diganti, asisten 1 diganti. Selesai. Cuma sekali saja bicara. Bila ada keluhan, out. Kase pinggir dulu. Kase parkir dulu. Supaya pelayanan prima kepada masyarakat,” tandasnya.(PEN@ Katolik/A. Ferka)

Lumentut 1

A Ferka
A Ferka

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini