Mungkin kebangkitan spiritual sedang terjadi di Inggris Raya, dan mungkin kebangkitan itu dimulai dengan cara sangat tidak diharapkan. Pandemi virus corona yang dimulai setahun lalu mempengaruhi sistem kepercayaan orang-orang di Inggris, tetapi herannya beberapa segmen masyarakat Inggris nampak menjadi lebih religius daripada yang diperkirakan.
Anggota-anggota Generasi Z, yang berada di akhir usia belasan dan awal 20-an, lebih cenderung percaya kepada Allah daripada kaum milenial, yang berusia akhir 20-an dan 30-an, demikian jajak pendapat yang “menunjukkan tren orang lebih muda kurang religius sedang berubah,” lapor Times.
Peningkatan mengejutkan di kalangan Generasi Z itu mungkin karena kenyataan bahwa mudah bagi orang muda mengakses informasi tentang iman di internet dan menemukan orang yang berpikiran sama secara online, kata surat kabar itu.
“Para ahli mengatakan, mereka menghadapi lebih sedikit ‘stigma’ dari rekan-rekan mereka karena bersikap terbuka tentang keyakinan agama mereka dan mungkin terdorong untuk lebih memikirkan agama selama pandemi,” jelas Times.
Penilaian kehidupan beragama Inggris di akhir tahun itu berasal dari survei yang dilakukan lembaga jajak pendapat Inggris Raya bernama YouGov. Namun demikian, lembaga itu menemukan bahwa proporsi keseluruhan orang yang menyebut percaya kepada Allah atau semacam “kekuatan spiritual yang lebih tinggi” turun dari 49% menjadi 44% antara Januari dan November. Dan proporsi ateis dan agnostik meningkat dari 51% menjadi 56%.
Survei itu “menemukan, orang-orang berusia di atas 60 tahun paling religius, dengan 36% mengatakan mereka percaya akan Allah,” lapor Times. “Ini turun menjadi 26% dari usia 40 hingga 59 tahun dan turun lagi menjadi 19% dari usia 25 hingga 39 tahun.”
Angka tersebut meningkat untuk kelompok usia termuda, menjadi 23% dari usia 16 hingga 24 tahun. Ini meningkat dari 21% di bulan Januari, ketika pertanyaan itu diajukan kepada anak usia 18 hingga 24 tahun. Dalam tiga kali terakhir YouGov mengajukan pertanyaan itu, Agustus dan Januari 2020 serta Agustus 2019, kelompok usia termuda adalah yang paling kurang religius.”
Para pakar agama mengatakan, sulit mengatakan dari satu survei apakah tren baru sedang bermunculan, tapi Linda Woodhead, seorang profesor agama dan masyarakat di Universitas Lancaster mengatakan, orang muda sekarang menghadapi lebih sedikit ‘stigma’ terhadap pandangan agama mereka,” kata Times.
“Saya tahu dari para mahasiswa saya bahwa internet telah mempermudah pencarian dan penemuan orang seperti Anda,” kata Woodhead kepada Times. “Apa yang ingin kami lihat secara sosiologis adalah apakah internet akan menjadikan jaringan peer-to-peer sebagai faktor lebih penting [dalam menjadi religius] daripada penularan dari orang tua.”
Stephen Bullivant, profesor sosiologi agama di Universitas Santa Maria, Twickenham, mengatakan kepada surat kabar itu bahwa angka-angka YouGov “bertentangan dengan perkiraan jangka panjang” bahwa kelompok-kelompok usia menjadi “makin tidak religius” kalau usia semakin muda dan mengatakan cenderung jadi proporsi lebih besar dari usia 16 hingga 24 tahun yang lahir dalam rumah tangga “relatif religius” dari keluarga-keluarga “Muslim, Katolik imigran atau Kristen kulit hitam.”(PEN@ Katolik/pcp berdasarkan John Burger/Aleteia)