Kepada keluarga Pastor Fabianus Teddy Kananites Aer MSF yang menghadiri secara online atau langsung Misa Requiem untuk imam itu, Uskup Agung Samarinda Mgr Yustinus Harjosusanto MSF bukan hanya berterima kasih karena sudah menyerahkan salah satu putra mereka untuk bekerja di ladang Tuhan, tetapi juga mengatakan “selain berduka saya harap kalian berbangga dan bersukacita karena apa yang telah diperbuat dan dilakukan oleh Pastor Teddy, buah-buahnya sangat melimpah.”
Mgr Harjo memimpin Misa Requiem itu 8 Januari, sehari setelah Pastor Teddy meninggal di RS Dirgahayu Samarinda 7 Januari 2020 pukul 05.45 WITA dan langsung dikremasi. Yang ada hadir Misa dengan protokol kesehatan dengan umat terbatas itu hanya debu kremasi Pastor Teddy yang tersimpan dalam sebuah guci yang diletakkan di dalam peti jenazah.
Dalam Misa yang disiarkan langsung lewat Youtube oleh tim Dokumentasi dari Paroki Santo Lukas Temindung Samarinda tempat Misa dirayakan Mgr Harjo memerciki dan mendupai guci itu, kemudian di akhir Misa enam imam MSF mengitari peti jenazah sambil menyanyi “Mars Keluarga Kudus” dan sesudah peti jenazah ditutup mereka memikul peti jenazah itu sampai ke depan gereja untuk dibawa ke Pemakaman Katolik Sungai Siring Samarinda.
Di akhir Misa, Mgr Harjo berterima kasih pada Kongregasi Para Misionaris Keluarga Kudus (MSF) Provinsi Kalimantan yang cukup lama menugaskan Pastor Teddy di Keuskupan Agung Samarinda. “Sungguh kehidupan dan karyanya mewarnai gerak langkah Keuskupan Samarinda, sehingga menjadi seperti ini. Kontribusi Pastor Teddy sungguh sangat besar dan dirasakan oleh para pastor, OMK, umat, dan masyarakat,” kata uskup.
Mengenang Pastor Teddy yang lahir di Mataram, 11 Desember 1967, dan masuk Novisiat 27 Juli 1986, lalu mengucapkan Kaul Pertama 22 Juli 1988 dan Kaul Kekal 22 Juli 1995 di Yogyakarta dalam MSF dan ditahbiskan imam di Yogyakarta 8 Juli 1996 itu, menurut Mgr Harjo, memberikan inspirasi “bagaimana menjadi orang yang penuh kasih, karena dengan demikian hidup kita terus–menerus bersemangat.”
“Semoga hidup kita terus berkembang dan bersemangat mengikuti Kristus dengan setia dan konsisten hingga menerima kehidupan abadi sebagaimana dirintis oleh Pastor Teddy, dan kita berkumpul bersama dia dalam kehidupan kekal di surga kelak,” kata Mgr Harjo.
Homili Uskup Agung Samarinda itu dipenuhi litani kasih kepada Tuhan yang diwujudkan dalam kasih kepada sesama. Membaca WA pribadi, WA Group dan Facebook, ada begitu banyak ungkapan beladuka karena meninggalnya Pastor Teddy tak terduga. “Ungkapan-ungkapan mereka “bukan hanya menunjukkan kehilangan dan duka tetapi menunjukkan bagaimana Pastor Teddy bagi mereka,” kata Mgr Harjo.
Menurut Mgr Harjo, medsos itu mengungkap “banyak orang yang merasa didampingi, dikuatkan, ditemani, dihargai, dimengerti, diperkaya, dibuka wawasan, diberi input berharga, dihibur, diberi teladan.” Melalui postingan-postingan itu, lanjut uskup, “disampaikan penilaian tentang tingginya kreativitasnya, kesederhanaannya, semangatnya, ketegasannya dan komitmennya yang tidak kenal lelah, serta bahasa humor dan tidak mau mengecewakan orang lain.”
Kalau semua itu dikumpulkan, menurut uskup, akan jadi cerita panjang sekali “tapi belum gambarkan secara utuh siapa Pastor Teddy itu.” Meski demikian Mgr Harjo melihat, yang disampaikan dan yang disharingkan di Facebook dan WA Grup mau menunjukkan kasih Pastor Teddy yang mereka rasakan, kasih Pastor Teddy kepada Tuhan yang mewujud dalam kehidupan, karya dan pelayanannya.”
Maka, kata uskup, “kalau saya meraba-raba dan berharap tidak salah, semua itu dihidupi dan dilakukan karena Allah yang diimani sungguh telah mengasihi dia sebelumnya dan dia ingin mengasihi Tuhan sepenuh hati, sepenuh diri, dengan mewujudkan penyerahan dirinya bagi Gereja, bagi kongregasi, bagi sesama, bahkan bagi masyarakat luas, melalui cara hidupnya sebagai biarawan dan sebagai imam.”
Karena kasih yang besar, kata uskup, Pastor Teddy punya semangat tinggi dan kata orang, dia tak pernah rasa lelah, bahkan tak peduli dengan kesehatannya sendiri. “Meski lelah dia tetap pergi karena punya komitmen tinggi terhadap yang dijanjikan dan melayani umat sungguh-sungguh. Itu tertulis dalam postingan yang saya buka. Pasti Anda melihat dengan cara berbeda, tapi intinya, semua dilakukan karena kasih kepada Allah dan ingin mengasihi Allah dengan mewujudkan dalam hidup dan perutusan.”
Mgr Harjo amati dalam diri Pastor Teddy dibenarkan perkataan Santo Paulus bahwa hidup ini milik Tuhan dan Pastor Teddy menghidupi itu, bahwa “hidup saya milik Tuhan maka saya serahkan diri saya sepenuhnya kepada Allah melalui cara hidup, melayani dan menjalankan perutusan di mana pun.”
Pastor Teddy juga ingin ambil bagian dalam perwujudan karya keselamatan dengan nilai-nilai luhur Kerajaan Allah yang rupa-rupanya dia hidupi atau ingin dihidupi dengan sungguh-sungguh bahkan ingin agar orang-orang lain pun menghidupinya, begitu perasaan Uskup Agung Samarinda itu.
Rupanya Pastor Teddy membela nilai-nilai kebenaran dan keadilan. “Kalau ada yang tidak benar dia tidak enggan mengkritik. Saya dengar, dulu dia kadang-kadang ikut unjuk rasa. Satu ungkapan bahwa dia tak merasa nyaman melihat yang tidak beres, misalnya ketidakadilan. Maka dia ingin agar semakin banyak orang yang memegang kebenaran juga menegakkan keadilan dengan kasih, kata Mgr Harjo yang merasa Pastor Teddy sungguh memegang nilai-nilai Kerajaan Allah dan manusiawi serta mewujudkan dalam kehidupan dan perutusan “dan ingin agar orang lain pun menghidupi hal yang sama.”
Pastor Teddy dikatakan sebagai Pastor Orang Muda “karena masih sangat kentara semangat mudanya di usia yang tidak terlalu muda, 54 tahun.” Menurut Mgr Harjo, imam itu bahkan “punya passion atau minat atau dorongan untuk layani orang muda dan di mana pun berada dia punya kepedulian amat tinggi untuk layani orang muda.”
Pastor Teddy yang pernah jadi Pastor Rekan paroki Purwosari, Solo, sebagai anggota MSF Provinsi Jawa, pindah jadi anggota MSF Provinsi Kalimantan di tahun 1999. Dia diterima oleh Pastor Herman Stahlhacke MSF sebagai Superior Provinsial saat itu dan oleh Pastor Huvang Hurang MSF dia ditugaskan jadi pemimpin Asrama Don Bosco Samarinda dan pendamping seminaris. Keuskupan Agung Samarinda juga mempercayai imam itu untuk menangani Komisi Kepemudaan.
Bulan Maret 2008, Pastor Teddy terpilih menjadi Superior MSF Provinsi Kalimantan untuk periode kedua. Setelah menjalankan tugas pelayanannya, dia studi kepemudaan di Don Bosco School of Technology Manila, Filipina, hingga tahun 2013.
Kembali ke Indonesia, Pastor Teddy ditugaskan sebagai pengurus dan penanggung jawab Wisma Sikhar di Banjarbaru dan menangani Komisi Kepemudaan Keuskupan Banjarmasin. Dan tanggal 9 Desember 2016, dia menjadi Prokurator Misi Provinsi dengan tugas khusus “Pembentukan sahabat-sahabat MSF dan meninjau misi-misi yang baru.”
Tanggal 15 Juli 2017, Pastor Teddy pindah kembali ke Keuskupan Agung Samarinda dan ditugaskan sebagai Kepala Paroki Santa Theresia Sangotta, dan Agustus 2020 menjadi Kepala Paroki Santo Paulus Lambing, Kutai Barat, dan tetap sebagai Pastor Kevikepan Mahakam Ilir Keuskupan Agung Samarinda dan Penasehat Komisi Kepemudaan Keuskupan Agung Samarinda hingga akhir hayatnya.(PEN@ Katolik/paul c pati)
Semua foto dalam tulisan ini diambil secara screenshot oleh PEN@ Katolik/pcp