Saat Gereja merayakan pesta Epifani 6 Januari (yang dirayakan oleh Gereja Indonesia, 3 Januari), Paus Fransiskus ikut bersama umat Katolik di seluruh dunia dalam doa Angelus yang disiarkan secara live-streaming.
Seperti dilaporkan oleh Devin Watkins dari Vatican News, sambil berdiri di perpustakaan Istana Apostolik, Paus merenungkan terang yang dibawa oleh pesta liturgi itu ke dunia kita. Paus mengatakan Epifani merayakan misteri yang sama dengan Natal, yakni kelahiran Kristus, tetapi dari perspektif terang dan manifestasi Tuhan kepada bangsa-bangsa. Terang itu, kata Paus, harus “disambut dalam iman dan terang itu dibawa kepada orang lain dalam kasih, melalui kesaksian, dalam pewartaan Injil.”
Ketika merenungkan penglihatan Yesaya (60: 1-6), Paus mengatakan deskripsi nabi itu tentang masanya lebih relevan, “kegelapan menutupi bumi, dan kekelaman menutupi bangsa-bangsa.” Dalam ketidakjelasan itu, nabi Yesaya mengumumkan kedatangan “terang yang diberikan oleh Allah untuk Yerusalem dan ditakdirkan untuk menyinari jalan semua bangsa.” Penglihatan menarik ini, kata Paus, mengundang harapan, dan mengingatkan kita bahwa terang Allah mengatasi semua bayangan kegelapan.
Beralih ke cerita Matius tentang orang Majus yang menyembah Yesus (Mat 2: 1-12), Paus menunjukkan bahwa terang yang diramalkan oleh Yesaya adalah Bayi dari Betlehem, meskipun tidak semua orang menerima jabatan raja-Nya. “Dia adalah bintang yang muncul di cakrawala, Mesias yang ditunggu, melalui Dia, Allah akan membuka kerajaan cinta, keadilan dan perdamaian-Nya,” kata Paus. “Dia lahir tidak hanya untuk beberapa orang, tapi untuk semua pria dan wanita, untuk semua bangsa.”
Tetapi bagaimana, tanya Paus Fransiskus, apakah terang Kristus bersinar di mana-mana dan pada semua orang? Melalui pewartaan Injil, kata Paus. Allah, lanjut Paus, gunakan “metode” yang sama untuk datang kepada kita. Dalam Inkarnasi, Allah mendekati orang lain dan menerima “realitas orang lain.”
“Bintang itu adalah Kristus,” kata Paus, “tapi kita juga bisa dan juga harus menjadi bintang bagi saudara dan saudari kita, sebagai saksi-saksi dari harta kebaikan dan belas kasihan tak terbatas yang diberikan Sang Penebus dengan cuma-cuma kepada semua orang.”
Paus lalu mendesak setiap orang untuk menyambut terang Kristus pada Epifani ini, dan membiarkan diri dibimbing, seperti orang-orang Majus, dan dipertobatkan oleh Kristus. “Inilah perjalanan iman, melalui doa dan renungan tentang karya Tuhan, yang terus mengisi kita dengan sukacita dan keajaiban baru.”(PEN@ Katolik/pcp/Vatican News)