“Daripada mengeluh tentang halangan akibat pandemi di masa-masa sulit ini, marilah kita melakukan sesuatu untuk orang yang berkekurangan: bukan hadiah untuk diri sendiri dan teman-teman, tapi untuk orang yang membutuhkan yang tidak terpikirkan oleh siapa pun!”
Demikian desakan Paus Fransiskus kepada umat Kristiani saat memimpin doa Angelus di Lapangan Santo Petrus pada hari Minggu keempat dan terakhir Adven, 20 Desember, seraya mengajak umat untuk mempertimbangkan dengan cara apa Allah mengajak kita untuk mengatakan “ya”, terutama dalam kesulitan seputar Natal tahun 2020.
Paus lalu memperingatkan umat agar membeli hadiah tidak memusnahkan hati kita menjelang liburan. “Konsumerisme telah mencuri Natal,” kata Paus seperti dilaporkan oleh Devin Watkins dari Vatican News. Paus menunjukkan bahwa Keluarga Kudus memenuhi kandang di Betlehem dengan kemiskinan dan cinta, bukan konsumerisme.
Saat merenungkan Injil Kabar Sukacita hari itu (Luk 1: 26-38), Paus mengatakan undangan untuk menjadi Bunda Mesias membawa sukacita murni dan pencobaan besar. Menurut Injil, tegas Paus, Maria bertunangan dengan Yusuf, dan menghadapi hukuman mati jika ditemukan hamil.
“Pastinya, pesan ilahi itu akan memenuhi hati Maria dengan cahaya dan kekuatan,” kata Paus. “Namun demikian, dia dihadapkan dengan keputusan penting: mengatakan ‘ya’ kepada Tuhan, dengan mempertaruhkan segalanya, bahkan hidupnya, atau menolak undangan itu dan melanjutkan kehidupannya yang biasa.”
Paus mencatat bagaimana Maria memberikan persetujuan atas undangan Tuhan dengan mengatakan sepenuh hati fiat, “Jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” Dalam bahasa Yunani aslinya, jelas Paus, ungkapan yang dikaitkan dengan Maria itu “menunjukkan kehendak yang kuat, keinginan besar akan sesuatu terjadi.”
Miliknya tidaklah sederhana, “ya” yang bersifat tunduk, kata Paus. Maria secara aktif mengikatkan dirinya pada Allah. “Dia adalah seorang wanita yang sedang jatuh cinta yang disiapkan untuk segera dan sepenuhnya melayani Tuhannya.” Maria, lanjut Paus, tidak ragu-ragu atau memaksakan syarat-syarat kepada Allah.
Paus merenungkan betapa sering kita menunda-nunda dalam hidup, bahkan dalam kehidupan spiritual kita. Kita tahu bahwa berdoa itu baik, kata Paus, tetapi kita mengatakan tidak punya waktu. “Saya tahu itu penting untuk membantu seseorang, tapi hari ini saya tidak bisa. Saya akan membantunya besok.” Namun, saat kita memasuki Masa Natal, Maria mengajak kita memberikan jawaban “ya” yang cepat dan berani, apa pun biayanya.(PEN@ Katolik/paul c pati)