Jumat, November 22, 2024
25.6 C
Jakarta

Pastor Alfons Betan SVD dosen eksegese yang cerdas, setia memikul salib, meninggal

Pastor Alfons Gabriel Betan SVD
Pastor Alfons Gabriel Betan SVD

Ketika Pastor Alfons Gabriel Betan SVD belajar di Roma, General SVD menyurati Provinsial SVD Ende menanyakan kemungkinan Pastor Alfons membantu tim SVD di Samoa, Samudera Pasifik, membina kaum awam dan Kerasulan Kitab Suci sebelum kembali ke Provinsi SVD Ende. Pastor Alfons juga menyampaikan keinginannya kepada provinsial untuk bekerja di Samoa selama tiga tahun.

Provinsial Ende menjawab kedua surat itu dengan isi yang sama, “Pastor Alfons dibutuhkan di Provinsi SVD Ende untuk merintis pembentukan Pusat Kerasulan Kitab Suci sesuai resolusi Kapitel Provinsi Ende ke-13, 1988.” Maka, September 1991 Pastor Alfons kembali ke Provinsi SVD Ende dan sejak 3 Januari 1992 menjadi Koordinator Kerasulan Kitab Suci Provinsi SVD Ende. Ia pun mulai menjajaki pembentukan pusat kerasulan Kitab Suci. Setelah menerima laporan imam itu, Provinsi SVD Ende memulai “Pusat Pelayanan Kerasulan Kitab Suci (PPKKS)” yang berpusat di Seminari Tinggi Santo Paulus Ledalero.

Namun Pastor Alfons Gabriel Betan SVD yang berkarya sebagai dosen Eksegese Kitab Suci di Sekolah Tinggi Filsafat Katolik (STFK) Ledalero, Flores, meninggal dunia 20 November 2020 pukul 22.10 WITA di Biara Simeon Ledalero, dalam usia 62 tahun.

“Pastor Alfons adalah pengikut Tuhan yang setia. Ia selalu memperhatikan setiap orang yang datang kepadanya dengan penuh kasih. Ia juga seorang murid Yesus yang setia memikul salibnya. Selama sakit ia tidak pernah mengeluh dan hanya dua kata yang diucapkan yakni pengampunan dan pembebasan. Sehingga ia minta maaf kepada semua mereka yang merawatnya di Biara Simeon Ledalero,” kata Pastor Leo Kleden SVD dalam Misa Requiem di Kapela Agung Seminari Tinggi Ledalero, 22 November.

Menurut dokumen SVD Provinsi Ende, yang dimuat di seminariledalero.org, anak dari pasangan Yohanes Leki Betan dan Theresia Riberu itu lahir di Waiwerang, Adonara, 24 Maret 1958. Karena ingin menjadi imam biarawan dan misionaris, setelah pendidikannya di Seminari Menengah San Dominggo Hokeng, dia melamar dan diterima sebagai calon SVD. Dia mulai menjalani Novisiat di Seminari Tinggi Santo Paulus Ledalero, 8 Januari 1977, dan dua tahun kemudian, 8 Januari 1979, ia mengikrarkan kaulnya.

Setelah selesai studi filsafat tahun 1981, dia menjalani Tahun Orientasi Pastoral (TOP) di Paroki Atambua, Timor, dan kembali ke Seminari Ledalero untuk studi teologi. Tanggal 1 Agustus 1984, dia mengikrarkan kaul kaulnya untuk kekal dalam Serikat Sabda Allah. Setelah tahbisan diakon 28 Oktober 1984, dia ditahbiskan imam 8 Juni 1985 di Larantuka.

Setelah ditahbiskan, Pastor Alfons mendaoat tugas di Provinsi SVD Jawa dan ditempatkan oleh Uskup Agung Jakarta di Paroki Pademangan Jakarta.

Akhir tahun 1986, Pastor Alfons pindah ke Provinsi SVD Ende dan mendapat tugas belajar Eksegese di Universitas Gregoriana Roma. Tapi, Pastor Peter McHugh, Sekretaris Studi Generalat SVD, menganjurkan agar dia belajar Theologi Biblis untuk bisa memulai Kerasulan Kitab Suci di Provinsi SVD Ende. Pastor Alfons menerima anjuran itu.

Selain menangani PPKKS, tahun 1996 Pastor Alfons diundang memberi kuliah Kitab Suci di Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi Santo Yohanes Pematangsiantar. Tahun 2005, Pastor Alfons ditugaskan untuk mengambil program doktoral di Universitas Santo Tomas Manila dan dia berfhasil mempertahankan disertainya, 11 Maret 2010.

Di tahun yang sama, Pastor Alfons kembali ke Seminari Tinggi Ledalero sebagai dosen dan aktif dalam kegiatan kerasulan kitab suci. Ia juga terpilih sebagai salah satu anggota Dewan Rumah Seminari Tinggi Ledalero (2011- 2014).

Tapi, sejak kembali dari Filipina, pertengahan 2010, Pastor Alfons mengalami gangguan kesehatan. Setelah pemeriksaan, ternyata dia mengalami gangguan pada Kelenjar Tyroid. Setiap tahun dia menjalani pemeriksaan dan perawatan di Rumah Sakit Santo Vinsensius Surabaya dan Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung. Namun pemeriksaan secara rutin terhenti akibat wabah corona sejak Maret 2020. Akibatnya kondisi kesehatannya menurun, dan 20 November 2020 sekitar pukul 22.10 WITA, Pastor Alfons meninggal.

Mendengar berita kematiannya, beberapa alumni STFK Ledalero memberi komentarnya. Walburgus Abulat mengatakan kepada PEN@ Katolik, “Pastor Alfons adalah dosen yang luar biasa. Ia mengajar beberapa mata kuliah termasuk Eksegese Yohanes. Dia sosok dosen yang mencurahkan seluruh waktu dan pikirannya untuk mahasiswa.”

Sebagai dosen pembimbing skripsi, lanjut mantan watrtawan iitu, Pastor Alfons mendampingi mahasiswa dengan bagus dengan memberikan buku-buku sumber utama terkait tulisan yang digeluti. “Pastor Alfons tidak saja memberi buku tetapi terlibat dalam diskusi dan memberi masukan positif untuk mendapatkan keutuhan tulisan,” lanjutnya.

Menurut Rommylindo Hilfison, Pastor Alfons adalah dosen Ekseget yang cerdas. “Dia bisa menyederhanakan materi yang begitu sulit sehingga mahasiswa dapat mengerti,” kata guru mata pelajaran Seni Musik SMAK Frateran Maumere itu.

Dalam akun FB-nya, Redem Kono menulis, Pastor Alfons adalah sosok Dosen Eksegese Kitab Suci yang tenang dan ramah kepada siapa saja. “Saya bersyukur pernah dibimbing beliau sebagai Prefek dan pembimbing rohani rohani di Unit Fransiskus Ledalero, ketika masih di STFK Ledalero,” tulis dosen Binus Jakarta itu.(PEN@ Katolik/yuven fernandez)

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini