Bacaan Injil hari ini 18 November (Lukas 19:11-28) sebenarnya adalah kisah yang sama dengan kisah Injil hari Minggu kemarin. Kalau hari Minggu kemarin diambil dari Injil Matius, hari ini dari versi Injil Lukas. Keduanya hampir sama, cerita dan perumpamaan Yesus pun sangat mirip tidak ada perbedaan yang begitu terlihat dari kedua versi perumpamaan ini. Tapi hari ini kita merenungkan makna sebuah kesetiaan.
Biasanya dalam hidup ini kesetiaan jadi kata yang begitu berharga. Pertama kita temukan kata ini dalam hidup berumah tangga. Setiap pasangan diajak setia kepada pasangan masing-masing. Kedua, setia dalam pilihan hidup yang dijalani. Kami para biarawan-biarawati juga para imam diajak setia dengan hidup kami ini, sungguh mau bertekun dan mendedikasikan diri dengan apa yang kita jalani. Terkadang apalagi pada zaman super modern sekarang ini, kita cepat merasa bosan dan tidak tahan lama dengan apa yang kita lakukan. Kita mau mencari-cari hal yang membuat kita tidak jenuh tetapi tidak jarang kita pun tidak menjadi setia dengan apa yang kita jalani.
Belajar untuk setia bukanlah hal mudah. Ini sangatlah sulit, tetapi indah pada akhirnya. Kesetiaan yang kita jalani adalah bentuk penyerahan diri dan pengorbanan. Pertama-tama kita belajar dari Yesus sendiri yang sungguh setia pada rencana Allah, sehingga Ia rela wafat di kayu salib. Dalam bacaan Injil hari ini kita diajak setia dengan hal-hal sederhana yang kita jalani dan kita miliki. Ketika kita mampu untuk setia dan bertekun dengan apa yang ada, berarti kita pun akan mampu untuk setia dan bertangggung jawab dengan hal yang lebih besar lagi.
Sahabat terkasih, kesetiaan kita sangatlah berharga. Ketika kita sungguh dapat dan mampu untuk setia, kita pun mampu menunjukkan ketulusan hati dengan apa yang kita jalani dan lakukan. Walaupun banyak godaan dan tantangan saat ini, kita diundang untuk sungguh-sungguh setia dengan pilihan dan hidup yang kita jalani saat ini. (FRAY.EL.OP)