Perbuatan baik setiap hari, yang diilhami oleh kasih Kristus, memungkinkan kita menunggu dengan tenang pesta kehidupan setelah kematian, demikian Paus Fransiskus mengingatkan umat Kristen saat berbicara kepada peziarah di Lapangan Santo Petrus dan yang ikut melalui berbagai platform media untuk berdoa Angelus 8 November bersama Paus.
Saat merenungkan bacaan Injil hari itu (Mat 25:1-13), perumpamaan tentang sepuluh gadis, Paus ingat bahwa di zaman Yesus, pernikahan dirayakan malam hari dan karenanya diterangi dengan obor. Dalam perumpamaan ini, beberapa pengiring pengantin, yang “bodoh” lupa membawa minyak ekstra untuk pelita mereka, sedangkan yang “bijaksana” melakukannya. Ketika pengiring pengantin yang bodoh sadar bahwa mereka tidak punya cukup minyak untuk pelita mereka, mereka pergi dan membeli lebih banyak, tetapi mereka terlambat pulang dan ditolak dari pesta pernikahan itu.
Dengan perumpamaan ini, jelas Paus, “Yesus ingin memberitahukan kepada kita bahwa kita harus bersiap untuk kedatangan-Nya.” Tidak hanya kedatangan yang terakhir, tegas Paus, tetapi juga komitmen harian kita untuk perjumpaan itu, “dan untuk itu pelita iman tidaklah cukup; kita juga perlu minyak amal kasih dan pekerjaan-pekerjaan yang baik.”
Iman yang benar-benar mempersatukan kita dengan Yesus, kata Paus, adalah, “iman yang bekerja dengan cinta.” Inilah yang dilambangkan oleh gadis-gadis bijaksana, “minyak cadangan yang mereka bawa bersama pelita mereka, menunjukkan perbuatan baik yang dilakukan dalam kerjasama dengan kasih karunia.”
Jika kita ingin bersiap untuk perjumpaan terakhir dengan Tuhan, sekarang kita harus bekerja sama dengan-Nya dan melakukan perbuatan-perbuatan baik yang diilhami oleh kasih-Nya, kata Paus.
Sayangnya, menurut Paus, “kita lupa tujuan hidup kita,” yang merupakan “janji pasti untuk bertemu dengan Tuhan,” dan karena itu kita kehilangan rasa pengharapan. Sikap ini, kata Paus, menghalangi pandangan apa pun tentang akhirat. “Orang lakukan segalanya seolah-olah mereka tidak pernah akan pergi ke kehidupan lain.”
Karena alasan inilah, lanjut Paus, “orang hanya peduli tentang memiliki, pergi berkeliling, membangun diri sendiri …,” dan “jika kita membiarkan diri dibimbing oleh apa yang tampaknya paling menarik bagi kita, oleh pencarian demi kepentingan sendiri, hidup kita menjadi steril; kita tidak mengumpulkan cadangan minyak untuk pelita kita, dan lampu akan padam sebelum Tuhan datang.”
Di sisi lain, tegas Paus, jika kita waspada dan sesuai dengan rahmat Tuhan dengan berbuat baik, “Tuhan bisa datang bahkan di saat kita tidur,” seperti para pengiring pengantin, dan ini tidak akan membuat kita khawatir, karena kita punya cadangan minyak yang terkumpul melalui pekerjaan-pekerjaan baik sehari-hari.(PEN@ Katolik/paul c pati berdasarkan Vatican News)