Hari ini, 3 November 2020, kita merayakan Pesta Santo Martinus de Porres, salah satu anggota Ordo Pewarta. Dari Martinus kita dapat belajar banyak hal. Dia adalah salah seorang bruder yang memiliki bela rasa. Dia memiliki hati untuk menolong orang-orang yang lemah dan terbuang. Dia memberikan hidupnya untuk menolong dan memperhatikan mereka. Meskipun Martinus mengalami hal yang tidak menyenangkan dalam hidupnya, namun dia tetap mencintai mereka yang membutuhkan. Dia tidak melakukan hal-hal yang besar dalam hidupnya. Dia hanya melakukan hal sederhana, namun hal itu menjadi salah satu pengalaman bermakna bagi mereka yang berjumpa dengan Martinus. Dia bukan seorang yang pandai, tetapi dia mengerti akan cinta Tuhan yang harus dibagikan kepada sesamanya.
Dalam bacaan Injil hari ini (Lukas 10: 25-37), kita diingatkan meneladani Martinus. Pada bagian pertama Injil, ada undangan bagi kita untuk menunjukkan cinta kita kepada Allah dan sesama kita. Pada bagian kedua, kita diingatkan juga untuk menjadi Orang Samaria yang baik hati, yang membantu orang lain. Martinus menunjukan cinta kepada Allah dan sesamanya dalam hidupnya. Dia juga menjadi Orang Samaria yang baik yang sungguh membantu orang lain yang membutuhkan bantuan tanpa memandang bulu. Cinta dan bela rasa adalah fondasi Martinus dalam melayani.
Salah satu simbol yang digunakan untuk melambangkan hidup Martinus adalah Sapu Lidi. Dengan sapu lidi di tangan, Dia menunjukkan cinta dan pelayanannya untuk para anggota komunitasnya. Dia tidak menjadi terkenal, tetapi lewat hal-hal sederhana ia menunjukan bahwa ia sungguh menjadi seorang Dominikan yang sejati. Hal ini menunjukkan kepada kita betapa kayanya Ordo Pewarta, ada anggota yang sangat pintar, tapi juga ada anggota yang rendah hati dan sederhana. Mereka bersama-sama menimba dari sumber yang sama yaitu spiritualitas Dominikan. Kita berdoa semoga Santo Martinus de Porres menjadi inspirasi kita untuk hidup suci, sederhana dan rendah hati serta sungguh dapat melayani dan membantu orang-orang yang ada di sekitar kita dengan kepekaan diri kita. Dan, akhirnya kita sungguh dapat menghadirkan Tuhan kepada sesama kita.
FRAY.EL.OP