Yang pernah hidup berkomunitas pasti sering mengalami gesekan atau konflik dengan sesama anggota komunitas. Begitu ada permasalahan atau miskomuinikasi dengan seorang anggota, anggota lain tidak mau berbicara dan menjadi marah. Itu sangat wajar dalam hidup bersama. Kadang kala, harus ada yang mengalah dan menerima, harus ada yang meminta maaf dan membuka pembicaraan terlebih dahulu. Ini juga sangat wajar karena kita datang dari latar belakang berbeda serta membawa konsep berbeda. Tetapi, ketika kita sama-sama mau berjalan dalam komunitas, kita harus memurnikan motivasi dan membangun kebersamaan dengan dasar yang sama.
Dalam bacaan pertama hari ini 28 Oktober 2020 (Efesus 2:19-22), kita dipanggil menjadi anggota keluarga Allah, di mana tidak ada lagi perbedaan, tidak ada lagi orang asing, karena kita memiliki fondasi yang sama yaitu Yesus sebagai dasar dari panggilan kita bersama. Ketika berada dalam komunitas, bukan lagi gelar dan posisi, tetapi aku sebagai pengikut Yesus yang mau hidup bersama-sama dengan anggota komunitasku. Dan, dalam bacaan Injil (Lukas 6:12-19) ternyata para rasul juga berasal dari latar belakang berbeda. Tetapi, karena cinta dan kesadaran akan tujuan mereka sebagai murid Yesus, segala perbedaan dan kekurangan disingkirkan. Tidak ada lagi keegoisan, tidak ada lagi pemikiran ‘aku lebih hebat dibanding yang lain,’ tetapi aku mau berjalan bersama membantu dan berdampingan satu dengan yang lain dalam hidup berkomunitas.
Sahabat yang terkasih, hari ini kita diingatkan bahwa hidup bersama dalam komunitas bukan hal mudah Tetapi, itu mudah dan menyenangkan kalau kita mampu menyadari dasar dan fondasi hidup bersama kita adalah Yesus yang adalah cinta, dan ketika kita sungguh mau menerima dan terbuka dengan anggota komunitas. Jatuh bangun, gesekan dan konflik adalah sarana untuk mempererat dan mengenal anggota sehingga kita sungguh mampu mencintai anggota komunitas kita dengan lebih tulus lagi.
FRAY.EL.OP