“Umat Kristen di seluruh dunia terinspirasi oleh keberanian yang telah ditunjukkan oleh Gereja Zimbabwe dalam membela martabat dan hak asasi manusia yang fundamental,” kata Ketua Departemen Urusan Internasional dari Konferensi Waligereja Inggris dan Welsh Mgr Declan Lang yang berbicara atas nama waligereja itu. Mgr Lang mengatakan, para uskup Inggris dan Welsh sedang berdoa untuk, dan solidaritas dengan, Uskup Agung Harare Mgr Robert Ndlovu dan saudara-saudaranya, para uskup di Zimbabwe.
Awal bulan ini, para uskup Zimbabwe mengeluarkan surat gembala berjudul “The March is Not Ended” (gerakan belum berakhir), yang menyesali “krisis konvergensi keruntuhan ekonomi, kemiskinan yang semakin dalam, kerawanan pangan, korupsi dan pelanggaran hak asasi manusia di antara krisis-krisis lain yang membutuhkan penyelesaian mendesak.” Surat itu juga mencatat tindakan keras terhadap perbedaan pendapat yang dimulai bulan Agustus menyusul demonstrasi-demonstrasi menentang pemerintah saat ini.
Dalam pernyataannya, Mgr Lang mengatakan, “Surat gembala baru-baru ini yang berisi seruan untuk kebenaran, keadilan dan rekonsiliasi adalah kesaksian yang kuat atas penderitaan yang dialami Zimbabwe dan cara maju bagi negara itu untuk keluar dari ini.”
Dalam beberapa pekan terakhir, para uskup dan umat Zimbabwe menerima dukungan dari berbagai sumber, termasuk ungkapan solidaritas luas dari umat Injili Zimbabwe dan dari Konferensi Waligereja Katolik Afrika Selatan, serta surat gembala ekumenis dari Dewan Gereja-Gereja Sedunia (WCC).
Menyusul kritik pemerintah terhadap para uskup Zimbabwe, Duta Vatikan untuk Zimbabwe, Uskup Agung Paolo Rudelli melakukan kunjungan solidaritas kepada Uskup Agung Ndlovu, yang dipilih dalam serangan pribadi berisi kata-kata yang tajam itu. Kunjungan Nuncio juga merupakan tindakan simbolis tentang solidaritas dengan semua uskup Zimbabwe.
Para diplomat asing yang bertugas di Zimbabwe juga “menyatakan keprihatinan mendalam atas krisis politik, ekonomi, sosial dan kesehatan saat ini yang dihadapi rakyat Zimbabwe hari ini.”
Dalam pernyataan yang dikeluarkan 28 Agustus, kepala-kepala misi dari Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Kanada, Belanda, Norwegia dan Polandia berpendapat, “Covid-19 tidak boleh digunakan sebagai alasan untuk membatasi kebebasan dasar warga negara.” Sebaliknya, mereka desak pemerintah “untuk mengatasi korupsi dan ekstraksi ilegal kekayaan Zimbabwe untuk keuntungan pribadi, yang terus merusak pembangunan Zimbabwe.”(PEN@ Katolik/pcp berdasarkan Vatican News)