Senin, Desember 23, 2024
29.1 C
Jakarta

Peran dan fungsi magisterium dalam Gereja Katolik

Jan van Eyck
Jan van Eyck

Kadang-kadang umat Katolik berbicara tentang “magisterium” dan perannya dalam Gereja Katolik, namun banyak umat belum menyadari peran dan fungsi magisterium dalam Gereja. Secara sederhana, magisterium bisa kita katakan sebagai kantor pengajaran resmi Gereja, dalam arti peran atau otoritas, bukan pusat birokrasi, yang terdiri dari paus dan para uskup dalam persekutuan dengan. Mereka diberi tugas untuk menafsirkan tulisan dalam Kitab Suci dan membuat penilaian tentang “tradisi dalam Gereja, serta membuat pernyataan resmi tentang keaslian tradisi-tradisi itu.

Definisi magisterium (wewenang mengajar) tertulis dalam Katekismus Gereja Katolik, yakni “tugas penafsiran secara otentik Sabda Allah yang tertulis atau diturunkan itu, dipercayakan hanya kepada Wewenang Gereja yang hidup, yang kewajibannya dilaksanakan atas nama Yesus.” Ini berarti, tugas penafsiran telah dipercayakan kepada para uskup dalam persekutuan dengan penerus Petrus, Uskup Roma. (KGK 85)

Tugas, yang diberikan oleh Yesus Kristus kepada para rasul dan Santo Petrus, itu dapat dilihat dalam Perjanjian Baru, khususnya dalam Kisah Para Rasul saat timbul perselisihan mengenai penerimaan orang bukan Yahudi.

Santo Petrus mendapat penampakan saat dia ia didesak oleh Allah untuk menerima yang “najis.” Setelah itu ia menyatakan, “Bolehkah orang mencegah untuk membaptis orang-orang ini dengan air, sedangkan mereka yang telah menerima Roh Kudus sama seperti kita?” “Lalu dia menyuruh mereka dibaptis dalam nama Yesus Kristus” (Kisah Para Rasul 10: 47-48).

Baptisan orang bukan Yahudi adalah salah satu contoh bagaimana Petrus dan para rasul menghadapi situasi baru, saat mereka harus mencermati tindakan yang benar. Terinspirasi oleh Roh Kudus, mereka dapat membuat pewartaan yang menafsirkan firman Allah dengan cara yang otentik.

Umat ​​Katolik percaya bahwa paus dan para uskup dalam persekutuan dengannya dapat dipercaya karena janji Yesus untuk mengirimkan Roh Kudus kepada mereka, dan membimbing mereka dalam proses mewartakan “dogma” tertentu dan dalam menilai keaslian tradisi tertentu.

Seluruh konsep magisterium bergantung pada kepercayaan ini, dan kembali pada janji Yesus, “Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran” (Yohanes 14:16-17).(PEN@ Katolik/pcp berdasarkan Philip Kosloski/Aleteia)

 

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini