(Renungan berdasarkan bacaan Injil Minggu Paskah ke-6 [A], 17 Mei 2020: Yohanes 14:15-21)
Dalam perjamuan terakhir, Yesus berjanji kepada murid-murid bahwa Ia akan mengirim penolong yang lain untuk bersama mereka selamanya. Siapa penolong yang lain ini?
Kita semua tahu, Dia adalah Roh Kudus, pribadi ketiga dari Tritunggal Mahakudus. Namun, bagaimana Yesus menggambarkan Dia dalam Injil Yohanes, dan mengapa Ia menyebut Roh Kudus sebagai “penolong”? Yesus menamai Dia sebagai penolong, atau dalam bahasa Yunani, “parakletos.” Kata luar biasa ini berasal dari dua kata dasar Yunani, “para” berarti “di samping,” dan “kaleo” berarti “memanggil.”
Dengan demikian, parakletos dapat dipahami sebagai seseorang yang dipanggil untuk berada di samping kita, terutama saat dibutuhkan. Sangat penting melihat konteks asli kata ini muncul: di ruang sidang. Tidak heran, kata parakletos dapat diterjemahkan juga sebagai advokat yang membantu, membela kita, dan berbicara atas nama kita dalam persidangan. Namun, seperti kita tahu, seorang pembela yang baik tidak hanya membantu di dalam ruang sidang. Ia ada baik sebelum maupun sesudah persidangan. Dia memberikan nasihat dan mempersiapkan kita untuk proses pengadilan. Pada akhirnya, dia menghibur jika kita menghadapi hukuman berat atau bersukacita jika kita berhasil menang. Tidak heran jika kata parakletos diterjemahkan sebagai advokat, penghibur, penasihat, dan penolong. Tetapi, mengapa Yesus memilih kata ini dari kata-kata yang lain?
Alasannya, Yesus tahu ketika para murid mulai mewartakan Injil-Nya, mereka akan hadapi banyak kesulitan termasuk diadili. Petrus dan Yohanes menghadapi pengadilan di hadapan Sanhedrin [Kis 4:5 dst]. Stephanus dituduh melakukan penistaan agama dan dilempari batu sampai mati [Kis 7]. Paulus menjalani banyak persidangan sebelum menyerahkan hidupnya untuk Yesus. Dalam kenyataan semacam ini, Yesus melakukan hal yang benar: mengirim parakletos. Roh Kudus akan berada di sisi para murid menghadapi cobaan dan kesulitan ketika mereka mewartakan Yesus. Memang, sulit memahami tindakan para murid untuk bertahan bahkan menyerahkan hidupnya tanpa Roh Kudus berada di pihak mereka.
Di zaman ini, sebagai murid Kristus, kita menghadapi masa sulit global akibat Covid19. Beberapa dari kita beruntung karena hanya perlu tinggal di rumah. Beberapa dari kita beruntung karena dapat menikmati Misa live streaming, bahkan dua kali sehari! Tetapi bagi banyak orang, pandemi berarti kehilangan mata pencaharian, bahkan hidup mereka. Bagi banyak orang, mereka tidak dapat pergi ke gereja bahkan ketika tidak ada pandemi.
Kita memang membutuhkan parakletos. Tetapi, salah satu karunia Roh Kudus adalah kita juga diberdayakan menjadi parakletos kecil bagi saudara-saudari kita. Saat komunitas Dominikan di Surabaya diminta menutup gereja sementara untuk pelayanan publik, kita segera mencari cara agar dapat memberikan layanan online bagi umat paroki kita. Kita juga bersyukur, banyak orang menyumbangkan barang-barang bantuan ke paroki, dan para imam paroki serta para pengurus gereja bekerja keras menyalurkan bantuan ini kepada yang membutuhkan.
Alih-alih mengeluh tidak dapat ke gereja atau menyalahkan orang lain atas situasi buruk ini, harus meminta Roh Kudus untuk memberdayakan kita menjadi parakletos kecil dan menemukan cara untuk menjadi pembela, penghibur dan berada di samping saudara-saudari kita yang membutuhkan.
Pastor Valentinus Bayuhadi Ruseno OP