Dalam Misa di Santa Marta hari Senin, 4 Mei 2020, Paus Fransiskus berdoa untuk keluarga-keluarga yang tertutup di rumah karena pandemi. Paus mengakui, keluarga berusaha melakukan banyak hal yang belum pernah mereka lakukan sebelumnya. Paus juga menyebutkan realitas kekerasan dalam rumah tangga. “Mari kita berdoa untuk keluarga-keluarga, agar mereka tetap dalam keadaan damai disertai kreativitas dan kesabaran selama karantina ini.”
Dalam homili, Paus menekankan pentingnya persatuan meskipun banyak perbedaan. Homili itu berbicara tentang kritik Gereja perdana terhadap Santo Petrus karena makan bersama orang-orang berdosa, dan pesan Yesus dalam Injil, “Aku adalah gembala dari semua.”
Dalam bacaan pertama, dari Kisah Para Rasul, umat Kristen di Yerusalem mencela Santo Petrus karena makan dengan kaum pagan. Ini hanyalah salah satu contoh dari banyak perpecahan yang kita temukan di tahun-tahun pertama Gereja, kata Paus.
Roh perpecahan ini menuntun kita untuk memecah belah orang antara orang benar dan orang berdosa, antara “kita” dan “mereka”, lanjut Paus. Kita sering yakin bahwa kitalah yang memiliki tempat yang benar di hadapan Tuhan. Terkadang hal itu mengarah pada pemikiran bahwa orang lain dikutuk. Faktanya, dalam suasana keagamaan waktu itu, tidak hanya Petrus, tetapi Yesus pun dikritik karena makan bersama orang berdosa.
Inilah penyakit Gereja yang lahir dari ideologi, kata Paus. Paus memperingatkan, komitmen kita terhadap posisi ideologis bisa menjadi lebih penting daripada mendengarkan Roh Kudus yang membimbing kita. Ini dapat menyebabkan perpecahan.
Paus kemudian mengutip seorang kardinal emeritus yang tinggal di Vatikan. Kardinal itu mengatakan, Gereja itu seperti sungai. Ada yang lebih dekat yang ini dan ada yang dengan yang itu. Tapi semua orang ada di sungai yang sama. “Tidak ada yang di luar, semua orang di dalam,” kata Paus. “Tuhan menginginkannya seperti ini.”
Beralih ke Injil, Paus menekankan kata-kata Yesus, “Ada lagi pada-Ku domba-domba lain yang bukan dari kandang ini. Domba-domba itu harus Kutuntun juga, dan mereka akan mendengarkan suaraku, dan mereka akan menjadi satu kawanan, dengan satu gembala” (Yoh 10:16). Kenyataan bahwa “setiap orang di dalam Yesus adalah penting,” kata Paus. Yesus “mati untuk semua orang,” tegas Paus. Dia mati tidak hanya untuk kebaikan dan keadilan, tetapi bahkan bagi mereka yang membuat hidup kita sulit, untuk pencuri, bahkan bagi mereka yang tidak percaya kepada-Nya. “Dia mati untuk semua orang.”
Paus mengajak kita untuk berdoa bagi persatuan semua pria dan wanita, agar ada satu Gembala, satu-satunya Pastor. “Semoga Tuhan membebaskan kita dari psikologi perpecahan. Semoga Dia membantu melihat aspek ini, kenyataan besar tentang Yesus ini: bahwa di dalam Dia kita semua adalah saudara dan saudari dan Dia adalah Gembala dari semua,” kata Paus. “Sabda hari ini: ‘Semua orang, semua orang!’”(PEN@ Katolik/pcp berdasarkan Christopher Wells/Vatican News)