Senin, November 25, 2024
32.6 C
Jakarta

Tak pernah sedetik pun Allah tinggalkan kita, sebab Ia telah ada sebelum dunia dijadikan

Hari ini kamu di rumah saja

Di sebuah desa yang asri, hiduplah sepasang kakek dan nenek. Sang kakek gemar beternak, sementara si nenek adalah seorang penyayang binatang. Maka, tak heran jika di halaman belakang rumah mereka banyak terdapat hewan peliharaan atau ternak, seperti ayam, bebek, kelinci, burung kenari dan anjing.

Suatu hari, beberapa pemuda dari kota datang ke desa mereka dan berkunjung dari rumah ke rumah untuk mempengaruhi para penduduk agar mereka mau mengikuti ajaran agama mereka. Dan, tibalah mereka di rumah kakek dan nenek itu.

Setelah disambut dengan ramah, para pemuda itu pun mulai menceritakan kebenaran dan kebaikan tentang agama mereka, dan membeberkan kekurangan dari agama lain. Namun, baik sang kakek maupun sang nenek keduanya tetap diam. Kemudian, si kakek mengajak mereka berkeliling ke halaman belakang rumah mereka. Sementara si nenek yang mengikuti mereka mulai membersihkan beberapa kandang hewan peliharaan mereka.

Lalu si kakek berkata, “Anak muda, setiap manusia yang beragama itu seperti hewan yang memiliki kandangnya masing-masing. Kalau kandang kita kotor, maka apa yang harus kita lakukan?”
Salah satu dari mereka pun menjawab, “Harus kita bersihkan, Pak!”
“Betul sekali, Nak!” kata si kakek.

“Maka, sama halnya dengan agama yang kita anut, kalau ada yang kurang benar, maka kita sendirilah yang harus meluruskannya. Bukan berarti kita lalu pindah kandang, karena setiap kandang pasti punya kotorannya sendiri,” tambah si kakek sembari tersenyum.

Sahabat terkasih, melalui kisah di atas, kita semua pun diajak untuk sejenak melihat ke dalam diri kita terlebih dahulu, supaya kita dapat memperbaiki apa yang masih kurang atau belum benar. Selain itu, hal ini perlu, supaya agama tidak menjadi suatu hal yang harus diperdebatkan, melainkan menjadi sarana bagi manusia untuk bersama-sama mendekatkan diri kepada Tuhan.

Oleh karena itu, dalam bacaan Injil beberapa hari ini, kita dapat melihat bagaimana Tuhan Yesus berusaha meluruskan pengertian atau pemahaman orang-orang Yahudi tentang Allah, dan tentang siapa diri-Nya. Tuhan Yesus melakukan hal ini bukan karena Ia ingin berdebat dengan mereka, tetapi karena Ia ingin agar mereka mempunyai dasar iman yang benar dan dapat menerima keselamatan.

Namun sayangnya, orang-orang Yahudi (orang Farisi dan Ahli Taurat) lebih senang mempertahankan ‘kotoran’ mereka, yaitu iri hati, kesombongan dan kebencian, yang pada akhirnya semua itu telah menutup mata hati mereka, sehingga mereka pun tidak dapat melihat Sang Terang dan Kebenaran yang ada di hadapan mereka.

Contohnya, di dalam bacaan pertama hari ini 2 April 2020 (Kejadian 17:3-9), Allah berkata kepada Abraham, “Dari pihakmu, engkau harus memegang perjanjian-Ku, engkau dan keturunanmu turun-temurun.”

Dalam hal ini, orang Yahudi menganggap diri mereka sebagai keturunan Abraham yang layak untuk disebut sebagai anak-anak Allah. Akan tetapi, mereka tidak melakukan apa yang Abraham lakukan atau meneladani iman Abraham.

Jika mereka sungguh percaya kepada Abraham, maka sudah seharusnya mereka pun percaya kepada Yesus yang adalah sang Mesias yang telah dijanjikan Allah kepada bangsa Israel. Itulah sebabnya, Yesus pun berkata, “Sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada.”

Kini, pertanyaannya bagi kita ialah, “apa yang perlu kita lakukan agar hati kita senantiasa bersih, sehingga kita dapat melihat kehadiran Allah di dalam hidup keagamaan kita?”

Semoga, setiap peristiwa yang telah, sedang, dan akan terjadi dalam kehidupan ini dapat menginspirasi bahwa tak pernah sedetik pun Allah meninggalkan kita, sebab Ia telah ada sebelum dunia ini dijadikan, dan Ia akan tetap ada sekalipun dunia ini berlalu.

Maka, biarlah masa Prapaskah ini menjadi ajang bagi kita untuk senantiasa membersihkan ‘kandang’ (hati dan pikiran kita) dari setiap kekhawatiran dan kesalahan maupun dosa, supaya kita dapat semakin setia dan percaya pada rencana-Nya. Sebab, sebagaimana kabar gembira-Nya hari ini (Yohanes 8:51-59), “Sungguh, barangsiapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya.”

Frater Agustinus Hermawan OP

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini