Senin, Desember 23, 2024
26.7 C
Jakarta

Melawan virus corona harus merupakan kerja sama dan kerja bersama-sama

Botol plastik berisi tes untuk coronavirus di laboratorium medis
Botol plastik berisi tes untuk coronavirus di laboratorium medis

Oleh Pastor Wilfrid Babun SVD*

Ui baru dua hari, rasanya sudah lama benar’. Itu satu reaksi temanku tentang apa yang terjadi hari-hari ini. Waktu terasa lama, bagai sementara berada di satu area kosong menakutkan. Berhari-hari, apalagi, waktu itu bergulir sangat pelan. Semoga badai ini cepat berlalu karena ada niat baik membangun kerja sama lintas bangsa demi kemanusiaan. Penyebaran Covid-19, dengan tingkat eskalasi super hebat, memang membuat global shock. Negara harus ekstra kerja keras. Dan, di garda terdepan, petugas kesehatan, yang merupakan saudara-saudara kita, paling tahu apa artinya bertarung nyawa. Kita angkat topi buat mereka semua, di mana saja. Salut.

Pandemi Covid-19 membuka mata kita. Sangat tepat bila pemerintah dan komunitas agama mengeluarkan pernyataan tegas antara lain, stay di rumah saja. Kita lalu mengenal social distancing. Dengan cara itu, kita diharapkan secara sadar mempersempit dan membatasi interaksi sosial, menghentikan atau memperlambat penyebaran virus. Upaya preventif lain adalah physical distancing. Protokol kesehatan ini menegaskan supaya sedapat mungkin menghindari kontak fisik, apalagi dengan seseorang ‘yang terindikasi terpapar’ virus itu.

Keputusan Menteri Kesehatan RI No. HK.01.07/MENKES/169/20 menjadi cantolan hukum Tentang Penetapan Rumah Sakit Rujukan Penanggulangan Penyakit Infeksi Emerging Tertentu. Untuk itu, ada 132 rumah sakit rujukan infeksi di 34 provinsi. Media-media pun gegap gempita menyerukan informasi lawan corona. Virus corona adalah musuh kita bersama. Melawannya harus merupakan kerja sama dan kerja bersama-sama. Kita diharapkan tidak ke mana-mana untuk hal tidak perlu dan tidak penting. Ada juga instruksi pemerintah cq Menteri Pendidikan dan Kebudayaan agar-agar anak perlu ‘dirumahkan’.

Ujuan akhir nasional ditiadakan. Itu satu keputusan sangat revolusioner. ‘Peniadaan Ujian Nasional (UN) mulai tingkat SD sampai SMA menjadi penerapan kebijakan social distancing dan physical distancing untuk memotong rantai penyebaran virus Covid-19’. Penegasan itu disampaikan dalam ratas dengan pembahasan Ujian Nasional, 20 Maret 2020.

Gereja pun cepat tanggap. Keuskupan Agung Jakarta mengeluarkan Edaran Imbauan Waspada virus corona. Surat Keputusan No:170/3.5.1.2/2020, angka 1(satu) memperpanjang masa darurat Covid-19 hingga 30 April 2020, maka semua kegiatan yang mengumpulkan banyak orang DITIADAKAN.

Rujukan dari Surat Keputusan ini berdasarkan Dekrit dari Kongregasi Suci untuk Ibadah Ilahi dan Tata Tertib Sakramen. Huruf (a), ‘Seluruh Misa Pekan Suci 2020, Misa mingguan dan Misa harian  dan sebagai gantinya akan disiarkan secara online (live streaming, Youtube, TVRI dan RRI).

Keuskupan Agung Ende Flores NTT, dalam Instruksi Pastoral Mgr Vinsensius Potokota mengatakan ‘pelayanan sakramen dan pengakuan, devosi jalan salib … yang melibatkan banyak orang dihentikan. Begitu juga ritual keagamaan tahunan Semana Santa yang dilakukan setiap hari Jumat Agung di Keuskupan Larantuka Flores Timur NTT dibatalkan.

Uskup Ruteng Mgr Siprianus Hormat menerbitkan Instruksi Pastoral No.001/1.1/III/ 2020 berkaitan dengan Wabah Virus Corona. Angka (9) mengatakan: Pelayanan perayaan besar: Pekan Suci akan disampaikan pada waktunya. Pada bagian lain Uskup Ruteng yang baru ditahbiskan 19 Maret 2020 mengingatkan pentingnya ‘tetap melaksanakan doa, ibadat, baca Kitab Suci dan jalan salib dalam keluarga…” (angka 4).

Virus pandemik corona memang terjadi persis ketika umat Katolik dalam rangkaian masa Prapaskah, mempersiapkan diri untuk perayaan Paskah Alleluya. 40 hari merupakan rangkaian hari-hari khusus  menyongsong perayaan Kebangkitan itu yang diselenggarakan 12 April 2020. Selama 40 hari itu umat Katolik bersendiri dalam puasa, pantang, doa dan amal. Momen spesial atau waktu kudus itu dimanfaatkan untuk ‘nyepi’ membersihkan diri dari segala dosa dan kesalahan. Orang kembali ke inti diri, forum internum. Refleksi dan kotemplasi yang panjang menata seluruh dimensi kehidupan terhadap Tuhan, sesama dan lingkungan. Manusia memang hidup selalu dalam relasi triadik itu.

Perjalanan pulang ke diri sendiri adalah satu petualangan spiritual.’Tempat yang paling menarik sekaligus tidak menyenangkan adalah perjalanan pulang kembali ke dalam diri sendiri’ (Bdk. Neonbasu Gregor SVD (ed), A Song For Nagasaki: Yayasan Mawar Sejati Australia, hlm.7). Lama, jauh, lelah, meletihkan, maka secara phsikologis, manusia bisa mengalami ketakutan. Enggan berdialog dengan diri sendiri. Takut berdialog dengan alam yang telah kita rusakkan. Dan Tuhan bersabda: ‘wahai manusia, mengapa engkau telanjang?’ Telanjang adalah bentuk ketakutan eksistensial yang paling purba. Manusia justru tidak memiliki dari apa yang dia dimiliki!

Dan pandemik virus corona yang menakutkan dalam persepktif lain, seakan menghantar kita untuk masuk ke dalam waktu kudus, ruang kosong yang menelanjangi itu. Waktu khusus dan kudus itu diformulasi secara profan ‘back home dan stay home’. Bikin apa? Kita berdialog di kesunyian relung batin. Tentang ini, saya membatin pada sajak ‘Isa’ Chairil Anwar:

Itu tubuh
mengucur darah
mengucur darah

rubuh
patah

mendampar tanya: aku salah!…’

Kita memang bukanlah apa-apa.
We are nothing
nothingness!

Yang ada, banyak salah. Pada Tuhan ‘ada segalanya’. Kesadaran diri berupa ulah tapa, tobat dan doa kita tingkatkan. Dengan begitu, keterlibatan sosial (spiritualitas sosial) kita menjadi kuat. Ada keseimbangan yang positif: dimensi spiritual dan aksi sosial jadi terintegrasi. Hidup lalu menjadi berkat dan bermartabat. Masa tobat kita bisa menjadi momentum pengobatan gratis dari Allah. Proses transformasi internal yang dipadukan dengan pertobatan sosial, nah, itu sudah klop.

Waspada wabah korona, itu penting. Waspada terhadap wabah spritual, ketika orang enggan back home dan stay home juga penting. Stay home karena virus corona yang menakutkan, bisa menjadi nutrisi spiritual journey  untuk menyembuhkan? Stay home, back home dan at home: satu ajakan yang indah! And may dear corona, please go to hell!

Pastor Wilred SVD

Pastor Wilfrid Babun SVD
Tinggal di Provinsi SVD Ruteng Flores NTT

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini