Para pemimpin sektor publik dan swasta dunia hendaknya bertanggung jawab atas pengembangan integral dari semua dengan menempatkan pribadi manusia di pusat kebijakan publik. Pesan itu disampaikan oleh Paus Fransiskus dalam pertemuan tahunan Forum Ekonomi Dunia (WEF) berlangsung di Davos, Swiss.
Prefek Dikasteri Vatikan untuk Peningkatan Pengembangan Manusia Integral Kardinal Peter Turkson membacakan pesan Paus itu dalam pertemuan 21-24 Januari 2020 bertema, “Pemangku Kepentingan untuk Dunia yang Kohesif dan Berkelanjutan,” yang dilaksanakan untuk memperingati 50 tahun WEF.
Forum yang didirikan tahun 1971 itu adalah organisasi internasional untuk kerja sama publik-swasta yang menyatukan para pemimpin politik, bisnis, budaya, dan masyarakat terkemuka lainnya untuk membentuk agenda global, regional, dan industri.
Dengan fokus pada tema WEF, dalam pesannya seperti yang dilaporkan oleh Robin Gomes dari Vatican News, Paus mencatat bahwa organisasi itu memberikan kepada berbagai pemangku kepentingan kesempatan untuk mengeksplorasi cara-cara inovatif dan efektif untuk membangun dunia yang lebih baik. Organisasi itu juga memberikan peluang untuk mengatasi isolasionisme, individualisme, dan penjajahan ideologis yang, “dengan sedih mencirikan terlalu banyak perdebatan kontemporer,” kata Paus.
Paus mencatat, banyak perkembangan dalam ekonomi, pasar tenaga kerja, teknologi digital dan lingkungan, telah memberi manfaat bagi umat manusia. Tetapi, Paus menyesal karena perkembangan itu juga berdampak buruk dan menciptakan kekosongan pengembangan yang signifikan.
Paus mengingatkan WEF, “kita semua adalah anggota satu keluarga manusia.” Hal itu, tegas Paus, adalah dasar dari kewajiban moral untuk saling memperhatikan dan dari “prinsip menempatkan pribadi manusia, bukan mengejar kekuasaan atau keuntungan semata, di pusat kebijakan publik.”
Itulah panggilan untuk melampaui pendekatan teknologi atau ekonomi jangka pendek dan memberikan pertimbangan penuh pada dimensi etis dalam mencari resolusi terhadap persoalan sekarang ini atau mengusulkan inisiatif untuk masa depan.
Paus menyesalkan bahwa terlalu sering, “penglihatan materialistis atau utilitarian, kadang-kadang tersembunyi, kadang-kadang dirayakan, mengarah pada praktik dan struktur yang sebagian besar, atau bahkan semata-mata dimotivasi demi kepentingan pribadi.” Pendekatan itu, kata Paus, memandang orang lain sebagai sarana yang dimaksudkan dan mensyaratkan kurangnya solidaritas dan kasih amal, yang mengarah pada ketidakadilan yang nyata.
Di sisi lain, Paus mencatat bahwa pengembangan manusia yang benar-benar integral hanya bisa berkembang kalau semua anggota keluarga manusia dimasukkan dalam, dan berkontribusi untuk, mengejar kebaikan bersama.
“Dalam mengupayakan kemajuan sejati,” Paus mendesak WEF agar tidak lupa bahwa “menginjak-injak martabat orang lain sebenarnya melemahkan nilai seseorang.” Dalam hal itu, Paus juga menggarisbawahi pentingnya “ekologi integral” yang berkaitan dengan rumah kita bersama.
Meskipun mengakui prestasi lima puluh tahun terakhir WEF, Paus berharap Forum itu akan mengingat “tanggung jawab moral yang tinggi yang harus kita masing-masing upayakan yakni pengembangan integral dari semua saudara dan saudari kita, termasuk generasi mendatang.”
Paus berharap perembukan mereka mengarah pada “pertumbuhan solidaritas, terutama dengan mereka yang paling membutuhkan, yang mengalami ketidakadilan sosial dan ekonomi dan yang keberadaannya bahkan terancam.”(PEN@ Katolik/pcp berdasarkan Vatican News)