Penyembahan – adorasi – “adalah akhir dan tujuan” perjalanan orang-orang Majus, fokus Perayaan Epifani atau Hari Raya Penampakan Tuhan, 6 Januari 2020, yang dirayakan di Indonesia pada hari Minggu atau sehari sebelumnya. “Begitu kita kehilangan rasa penyembahan,” kata Paus Fransiskus dalam homili, “kita kehilangan arah dalam kehidupan Kristen, yakni perjalanan menuju Tuhan, bukan menuju diri kita sendiri.”
Injil, kata Paus seperti dilaporkan Christopher Wells dari Vatican News, memperingatkan tentang risiko bagi mereka yang tidak mampu menyembah. Dari Herodes, “yang menggunakan kata ‘menyembah’, tetapi hanya untuk menipu,” kita belajar bahwa “kalau kita tidak menyembah Allah, kita akhirnya menyembah diri kita sendiri.”
Demikian juga, para imam kepala dan ahli Taurat, tidak mampu menyembah. Meskipun mereka tahu akan nubuat, “dan bisa mengutipnya dengan tepat,” mereka tidak bisa pergi ke sana sendiri. “Dalam kehidupan Katolik,” kata Paus, “berpengetahuan tidaklah cukup. Kalau kita tidak keluar dari diri sendiri, kalau kita tidak berjumpa dengan orang lain, dan menyembah, kita tidak bisa mengenal Allah.”
Paus berdoa agar di awal tahun baru kita bisa “menemukan lagi bahwa iman menuntut penyembahan.” Adorasi, kata Paus, “berarti menempatkan Tuhan sebagai pusat, bukan diri kita sendiri.”
Penyembahan, jelas Paus, berarti “memberi ruang bagi rencana Allah,” dan menyadari bahwa kita milik Allah, “bisa berbicara dengan-Nya secara bebas dan intim.” Penyembahan, kata Paus, berarti menemukan bahwa, “untuk berdoa, cukuplah mengatakan ‘ya Tuhanku dan Allahku’ dan membiarkan diri kita diliputi oleh kasih-Nya yang lembut.”
Dengan berdoa dalam adorasi, lanjut Paus, “kita izinkan Yesus menyembuhkan dan mengubah kita … mengubah kita dengan kasih-Nya, menyalakan terang di tengah kegelapan kita, memberi kita kekuatan dalam kelemahan, dan keberanian di tengah pencobaan.”
Menyembah Allah, kata Paus, membebaskan kita dari perbudakan terhadap berhala-berhala saat ini, yang tidak boleh disembah, seperti “dewa uang, dewa konsumerisme, dewa kesenangan, dewa kesuksesan, dewa kesuksesan, dewa diri sendiri.” Paus mengatakan, “penyembahan berarti membungkuk rendah di hadapan Yang Mahatinggi, dan menemukan dalam kehadiran-Nya bahwa hebatnya kehidupan tidak karena memiliki, tetapi karena mencintai.”
“Banyak orang Katolik berdoa, tetapi tidak menyembah,” kata Paus. “Terserah kepada kita, sebagai Gereja, untuk mempraktekkan kata-kata yang kita doakan dalam mazmur hari ini: ‘Kiranya semua bangsa di bumi menyembah-Mu, ya Tuhan.” Hanya dengan demikian, kata Paus, kita juga akan menemukan “seperti orang-orang Majus, makna perjalanan kita.”(PEN@ Katolik/paul c pati berdasarkan Vatican News)