Rabu, Desember 18, 2024
27.4 C
Jakarta

Hari Minggu Laut: Tahta Suci menyerukan perlindungan hak-hak pelaut

Seorang pria menyiapkan jaring ikan di sepanjang jalan dekat daerah pelabuhan di Karachi, Pakistan
Seorang pria menyiapkan jaring ikan di sepanjang jalan dekat daerah pelabuhan di Karachi, Pakistan

Tanggal 14 Juli 2019 adalah Hari Minggu Laut, atau hari yang disisihkan setiap tahun untuk mengingat dan berdoa bagi pelaut, keluarga mereka, dan semua pendukung mereka. Paus Fransiskus merayakan kesempatan itu dengan sebuah tweet yang mengatakan bahwa dia berdoa bagi para pelaut dan nelayan serta keluarga mereka, dan mendorong setiap upaya untuk melindungi hak asasi mereka.

Prefek Dikasteri Vatikan untuk Peningkatan Pengembangan Manusia Integral Kardinal Peter Turkson mengeluarkan pesan yang meminta “organisasi-organisasi internasional bersama dengan otoritas pemerintah serta berbagai pemain dunia maritim untuk memperbarui upaya mereka guna  melindungi dan menjaga hak-hak semua orang yang bekerja di laut.”

Sudah sepantasnya, kata Kardinal Turkson, untuk berhenti sejenak guna merefleksikan betapa pentingnya pelaut bagi kenyamanan dan kesejahteraan kita. Berkat pekerjaan pelaut, tegas kardinal itu, kita menerima sebagian besar harta yang kita miliki di rumah kita, “belum lagi bahan bakar untuk mobil kita, pakaian yang kita kenakan, dan banyak barang lain yang semuanya dibuat di bagian-bagian dunia yang jauh dan dibawa kepada kita oleh para pelaut.”

Maka, kata kardinal itu, di berbagai Gereja di seluruh dunia, hari Minggu kedua bulan Juli secara tradisional ditetapkan sebagai Minggu Laut. Pada hari itu, “umat beriman diminta mengingat dan berdoa bagi 1,5 juta pelaut yang bolak-balik laut dan lautan mengangkut hampir 90% barang-barang dari negara yang satu ke negara lain.”

Kardinal Turkson menceritakan bagaimana pelaut bisa pada suatu waktu tinggal berbulan-bulan di ruang terbatas, jauh dari keluarga dan orang-orang yang mereka cintai, disertai masalah-masalah seperti gaji tertunda, kondisi kerja yang berat, ancaman pembajakan bahkan serangan teroris.

Menurut kardinal, dalam kasus kecelakaan maritim, para pelaut sering didiskriminalisasi dan ditahan tanpa perlindungan hukum yang efektif dan perlakuan yang adil. “Dalam campuran kebangsaan, budaya dan agama yang tidak menentu, peluang untuk berinteraksi secara sosial dengan jumlah awak kapal di atas kapal telah berkurang,” sementara “isolasi dan depresi, ditambah kurangnya lingkungan yang mendukung, mempengaruhi kesehatan mental pelaut, kadang-kadang konsekuensinya tragis dan memilukan bagi keluarga, awak kapal dan pemilik kapal.”

Meskipun mengakui bahwa ratifikasi dan implementasi beberapa konvensi internasional dan legislasi telah meningkatkan kondisi kerja dan kehidupan di atas sejumlah besar kapal komersial, kardinal itu mengatakan ada banyak kasus di mana “pemilik kapal yang tidak bermoral mengambil keuntungan dari penegakan hukum yang kurang ketat.”

Kardinal Turkson terus berseru “kepada organisasi-organisasi internasional bersama dengan otoritas pemerintah dan berbagai pemain di dunia maritim untuk memperbarui upaya mereka dalam melindungi dan menjaga hak-hak semua orang yang bekerja di laut.”

Kardinal juga menyemangati para kapelan dan relawan Stella Maris atau Kerasulan Laut dan mendesak mereka untuk “waspada dan mendekati setiap pelaut dan nelayan dengan semangat sama seperti yang menggerakkan para perintis pelayanan itu hampir seratus tahun lalu, 4 Oktober 1920, saat mereka memutuskan menghidupkan kembali dan merestrukturisasi pelayanan luas Gereja Katolik bagi masyarakat laut.”

“Di wajah-wajah para pelaut dari berbagai negara,” kata kardinal, “saya mengajak kalian mengenali wajah Kristus di tengah-tengah kalian. Dalam kebingungan bahasa, saya sarankan kalian berbicara bahasa cinta Kristiani yang menyambut semua orang dan tidak mengecualikan siapa pun.”

Mengutip Paus Fransiskus, kardinal itu mendorong pelaut agar mereka tidak takut mencela ketidakadilan dan mengadvokasi “untuk bekerja sama membangun kebaikan bersama dan humanisme kerja baru, guna meningkatkan karya yang menghormati martabat orang yang tidak hanya melihat keuntungan atau kebutuhan produksi tapi meningkatkan kehidupan bermartabat karena tahu bahwa kebaikan rakyat dan kebaikan perusahaan berjalan seiring.” (PEN@ Katolik/pcp berdasarkan laporan Linda Bordoni/Vatican News)

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini