Sejak 7 Juli hingga 4 Agustus 2019 di Biên Hoà (Vietnam), para biarawan Dominikan (OP) menyelenggarakan Kapitel Umum Pemilihan Master di Biên Hoà (Vietnam) dan pemilihan Master Jendral yang baru untuk periode sembilan tahun mendatang akan terjadi hari ini, 13 Juli 2019.
Untuk mengetahui yang sudah dilakukan Pastor Bruno Cadoré OP selama sembilan tahun dan apa yang akan dilakukan kapitel itu, khususnya kesan imam itu terhadap Dominikan Provinsi Filipina, PEN@ Katolik mencoba melaporkan apa yang dikatakan imam itu dalam tayangan YouTube seperti judul tulisan ini, yang diterbitkan dan dibagikan oleh Universitas Santo Tomas (UST) Manila.
Pertama, Pastor Bruno Cadoré OP melihat kesetiaan saudara-saudaranya di Provinsi Filipina. “Indah melihat kalian bisa sepenuhnya terlibat dalam modernitas, dalam semua keberadaan saat ini dan dalam waktu yang sama sungguh beriman dan hadir untuk Tuhan, dan sangat percaya kepada-Nya.”
Kedua, imam itu memberi kesaksian tentang keberagamaan Provinsi Filipina. “Saudara-saudaraku sangat bermurah hati dan benar-benar berkomitmen dalam pewartaan dengan cara yang sangat berbeda-beda.” Imam itu menceritakan tentang kepercayaan kepada Provinsi Filipina untuk menjalankan UST, yang menurut imam itu adalah “cara yang sangat penting untuk misi.”
Tapi di saat yang sama, jelasnya, “saudara-saudara lain berada di pulau-pulau, jauh dari sini, hidup bersama orang-orang yang terlupakan, yang mau bertemu saudara-saudara kita untuk menjadi teman mereka. Saya kira itulah kesaksian yang sangat indah dalam pewartaan Injil.”
Pastor Bruno Cadoré sungguh percaya bahwa misi di universitas kini prioritas untuk evangelisasi. “Adalah penting mempercayai kemampuan manusia untuk berpikir. Bukan sekedar memiliki pendapat, tetapi berpikir bersama.”
Setelah sembilan tahun, tegas imam itu, “saya melihat bahwa mungkin lebih gampang mengatakan beberapa orang bisa berpikir untuk Ordo. Tapi yang benar adalah, “di saat setiap orang punya kapasitas dan kita tidak berpikir bersama, kita tidak akan bisa membangun persekutuan.”
Pastor Cadoré mengingat perkataan Saudara Timothy yang mengatakan bahwa yang benar dalam peziarahan adalah “menemukan rahmat Tuhan dalam pekerjaan di kalangan saudara-saudarimu, di kalangan teman-temanmu, keluarga Dominikan.”
Dalam sembilan tahun, kata Pastor Timothy kepada Pastor Cadoré “engkau pergi mengelilingi Ordo dan bertemu saudara-saudari dan Dominikan Awam, engkau menemukan Gereja di begitu banyak negara dan budaya yang berbeda, serta persatuan Ordo atau para Pewarta hanya datang dari satu rahmat yakni Rahmat Firman Tuhan.
Dikatakan, menyukai keberagamaan dan identitas kita itu penting, “tetapi selanjutnya engkau akan menemukan bahwa keberagamaan itu penting karena kita adalah satu.” Persoalan utama dari pewartaan Injil, lanjutnya, adalah “mewartakan persekutuan dan mewartakan kemampuan manusia untuk berada dalam persekutuan.”
Dominikus, cerita Pastor Cadoré, juga mulai sebagai seorang imam yang bersama uskupnya mengunjungi Prancis Selatan. “Uskup dan dia menemukan pentingnya mewartakan kembali Injil dan mereka pun mulai mewartakan dengan mengikuti cara Yesus dengan para Murid-Nya yang mewartakan dari satu kota ke kota yang lain.”
Di saat yang sama, Dominikus memutuskan tidak kembali pulang tetapi tinggal tetap di sana dan meminta agar dia dipanggil ‘saudara’. Menurut Pastor Cadoré, “menjadi saudara dalam kemanusiaan merupakan permulaan dari pewartaan.”
Hari ini, setelah sembilan tahun, seorang Master Jendral akan menggantikan Pastor Cadoré. Dan sesudah Kapitel Umum itu, kata imam itu, “saya akan pulang ke provinsi saya dan rasanya saya perlu novisiat kedua dan menemukan kehidupan normal sebagai seorang ‘saudara’. (PEN@ Katolik/paul c pati)